بسم
الله الرحمن الرحيم
Bagaimana Mengisi Bulan Ramadhan?
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Bulan
Ramadhan yang kita cintai telah tiba. Setiap muslim menyambut kedatangannya
dengan penuh gembira. Bagaimana tidak? Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh
kebaikan dan keberkahan. bulan Ramadhan adalah bulan di mana Al Qur’an
diturunkan. Di bulan itu setan-setan dibelenggu, pintu neraka ditutup dan pintu
surga dibuka. Di bulan itu terdapat malam malam yang lebih baik daripada seribu
bulan, itulah malam Lailatul Qadr, di mana beribadah pada malam itu seperti
beribadah selama seribu bulan. Di bulan itu ada doa mustajab bagi setiap muslim,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ عُتَقَاءَ فِي كُلِّ يَوْمٍ
وَلَيْلَةٍ، لِكُلِّ عَبْدٍ مِنْهُمْ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ
“Sesungguhnya
Allah memiliki hamba-hamba yang dimerdekakan (dari neraka) pada setiap siang
dan malamnya, dan bagi masing-masing hamba memiliki doa mustajab.” (HR. Ahmad dan
dinyatakan isnadnya shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim oleh Pentahqiq
Musnad Ahmad cet. Ar Risalah. Al Hafizh dalam Athraful Musnad
7/203 mengisyaratkan, bahwa hadits ini dibatasi di bulan Ramadhan).
Beberapa amalan menghadapi bulan Ramadhan
1.
Bersyukur kepada Allah Subhaanahu
wa Ta'aala karena telah disampaikan-Nya ke bulan Ramadhan.
2.
Meminta kepada Allah Azza wa
Jalla agar dimudahkan dalam mengerjakan amalan yang wajib dan amalan yang sunah
di bulan itu, serta meminta kepada-Nya agar diterima amalan itu.
3.
Bertobat dari segala dosa dan
maksiat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
تُغْلَقُ
أَبْوَابُ النَّارِ وَتُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ ، وَتُصَفَّدُ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ
، قَالَ : وَيُنَادِيْ فِيْهِ مَلَكٌ : يَا باَغِي الْخَيْرِ أَبْشِرْ ، وَيَا بَاغِي
الشَّرِّ أَقْصِرْ ، حَتَّى يَنْقَضِيَ رَمَضَانُ
“Pintu-pintu neraka ditutup, pintu-pintu
surga dibuka, setan-setan dibelenggu, dan di bulan itu ada malaikat yang
menyeru, “Wahai yang menginginkan kebaikan! Bergembiralah. Wahai yang
menginginkan keburukan! berhentilah,” hingga bulan Ramadhan selesai.” (HR.
Ahmad, dan dinyatakan shahih oleh pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar
Risalah).
4.
Mempraktekkan adab-adab puasa dan
memperbanyak amal saleh, di antaranya:
a.
Makan sahur, dan
mengakhirkannya.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ
“Makan sahurlah, karena dalam sahur ada
keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
‘Amr bin Maimun berkata, “Para sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
adalah orang yang paling segera dalam berbuka dan paling lambat dalam makan
sahur.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih)
Habis waktu makan sahur adalah dengan
terbitnya fajar (lihat QS. Al Baqarah: 187), tidak dengan tibanya waktu yang
biasa disebut “Imsak.”
b. Menjaga
diri dari perbuatan sia-sia dan berkata kotor, berkata dusta, bersikap bodoh
dan bersuara keras.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ
أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ
فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ
فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ
فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ
بِصَوْمِهِ
“Puasa adalah perisai (penghalangnya dari maksiat dan
syahwat serta penghalangnya dari neraka), maka jika
kamu sedang berpuasa, janganlah berkata kotor dan berteriak-teriak. Jika ada
yang memaki atau mengajak bertengkar katakanlah, “Saya sedang puasa.”
Demi Allah yang nyawa Muhammad di Tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang
berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kesturi. Bagi orang yang
berpuasa ada dua kegembiraan; kegembiraan ketika berbuka dan ketika bertemu
Tuhannya dengan puasanya itu.” (HR. Bukhari)
c.
Bersikap dermawan. Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ
النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ
وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ
الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ *
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Beliau sangat
dermawan sekali di bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya. Jibril biasa
menemuinya di setiap malam bulan Ramadhan lalu bertadarus Al Qur’an dengan
Beliau. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat dermawan
terhadap kebaikan melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)
d.
Shalat Tarawih.
Shalat tarawih lebih utama
dilakukan bersama imam hingga selesai, karena akan dicatat untuknya seperti
shalat semalam suntuk. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ
قِيَامُ لَيْلَةٍ
“Sesungguhnya orang yang melakukan qiyamul
lail bersama imam hingga selesai, maka akan dicatat untuknya qiyamullail
semalam suntuk.” (HR. Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah, serta dishahihkan oleh
pentahqiq Jami’ul Ushul 6/121)
e.
Memperbanyak membaca Al Qur’an,
berdzikr, beristighfar dan berdoa.
f.
Menyegerakan berbuka.
g.
Berbuka dengan kurma berjumlah
ganjil, jika tidak ada dengan air. Anas radhiyallahu 'anhu berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُفْطِرُ عَلَى رَطَبَاتٍ قَبْلَ
أَنْ يُصَلِّيَ ، فَإِنْ لمَ تَكُنْ فَعَلَى تمَرَاتٍ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ ، حَسَا
حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan
kurma basah sebelum shalat. Jika tidak ada, maka Beliau berbuka dengan kurma kering.
Jika tidak ada juga, maka Beliau berbuka dengan meneguk beberapa tegukan air.”
(HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Hakim, dan dihasankan oleh Tirmidzi)
h.
Berdoa ketika berbuka seperti
dengan doa berikut:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَ اْبتَلَّتِ اْلعُرُوْقُ وَ ثَبَتَ
اْلاَ جْرُ اِنْ شَاء َاللهُ
“Telah
hilang rasa haus, telah basah tenggorokan, dan semoga pahala tetap didapat
Insya Allah.” (HR. Abu Dawud 2/306, dan lain-lain, lihat Shahihul Jami’
4/209)
Doa ini dibaca setelah berbuka. Tentunya ketika
hendak makan membaca “Bismillah”, namun jika lupa ia mengucapkan, “Bismillah
fii awwalihi wa aakhirih” (Sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Dawud dan
Tirmidzi) dan makan menggunakan tangan kanan.
Jika
kita berbuka di rumah orang lain dianjurkan mengucapkan,
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ، وَأَكَلَ
طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ
“Orang-orang
yang berpuasa berbuka di dekatmu dan orang-orang yang baik makan makananmu,
serta semoga malaikat mendoakan rahmat untukmu.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan
An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, dishahihkan oleh Al Albani dalam
Shahih Abi Dawud).
i.
Beri’tikaf.
I’tikaf lebih utama
dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Ia pun hendaknya mencari malam
lailatul qadr dalam I’tikafnya di malam-malam yang ganjil. Hendaknya orang yang
beri’tikaf memanfaatkan waktunya yang ada dengan sebaik-baiknya seperti
memperbanyak dzikr, membaca Al Qur’an, mengerjakan shalat-shalat sunnah dan
amalan sunat lainnya serta memperbanyak tafakkur tentang keadaannya yang telah
lalu, hari ini dan yang akan datang serta merenungi hakikat hidup di dunia dan
kehidupan di akhirat kelak. Demikian pula hendaknya menghindari perbuatan yang
sia-sia seperti banyak bercanda, ngobrol, dsb. Dan tidak mengapa bagi orang
yang beri’tikaf keluar dari masjid jika terpaksa harus keluar (seperti buang
air, makan dan minum jika tidak ada yang mengantarkan makan untuknya, pergi
berobat, mandi dsb.)
Aisyah berkata, “Sunnahnya bagi
yang beri’tikaf adalah tidak menjenguk orang yang sakit, tidak menyentuh istri,
memeluknya, tidak keluar kecuali jika diperlukan, dan i’tikaf hanya bisa
dilakukan dalam keadaan puasa, juga tidak dilakukan kecuali di masjid jaami’ (Masjid
yang di sana dilakukan shalat Jum’at dan
jama’ah).”
I’tikaf menjadi batal jika seseorang
keluar dari masjid tanpa suatu keperluan dan karena melakukan jima’.
Doa
ketika mengetahui lailatul qadr adalah,
اَللّهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ
عَنِّيْ
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha
Pemaaf, maka maafkanlah aku.” (HR. Imam Ahmad dan Penyusun Kitab Sunan, kecuali Abu Dawud. Tirmidzi
berkata, “Hadits hasan shahih.”)
j.
Ber’umrah, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ
تَعْدِلُ عَمْرَةً أَوْ حَجَّةً مَعِيْ
“Berumrah di bulan Ramadhan seperti
berumrah atau berhaji bersamaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
k. Mengisi
hari-hari dengan amal shalih, seperti berbakti kepada orang tua, menyambung
tali silaturrahim, mendidik anak, menjenguk orang yang sakit, melakukan amar
ma’ruf-nahi munkar, mendamaikan orang yang bertengkar, menjaga lisan dan
pandangan serta anggota badan lainnya agar tidak terjatuh ke dalam yang haram
dan mengerjakan amal shalih lainnya.
Keutamaan memberi
makan orang yang berbuka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ
لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئاً
“Barang siapa yang memberi makan untuk berbuka orang yang berpuasa, maka
ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa dikurangi
sedikitpun.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Shahihul Jaami’ 6415)
Marwan
bin Musa
Maraaji’: Ramadhan
fadhaa’il wa taujiihaat (Syaikh M. Ibrahim Al Hamd), Fiqhus Sunnah (Syaikh
Sayyid Sabiq), Bughyatul mutathawwi’ (M. bin Umar Bazmuul), Riyaadhus
Shaalihin (Imam Nawawi), Taubah fii Ramadhaan (Ibrahim Al Manshur)
dll.
0 komentar:
Posting Komentar