Konsep Ketuhanan Dalam Islam

Senin, 23 Mei 2016
بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫قل هو الله احد‬‎
Konsep Ketuhanan Dalam Islam
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Konsep ketuhanan dalam Islam sejalan sekali dengan akal dan fitrah manusia. Berikut ini kami tunjukkan kepada Anda tentang konsep ketuhanan dalam Islam, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Adanya Allah
Adanya Allah Azza wa Jalla dibuktikan oleh dalil syara, dalil akal, dalil fitrah, dan dalil hissi (inderawi).
Dalil syara tentang adanya Allah misalnya dengan disebutkan nama-Nya berulang kali dalam semua kitab samawi seperti dalam Taurat, Zabur, Injil, dan Al Qur’an. Demikian pula tidak mungkin ada firman-Nya tanpa ada yang berfirman.
Dalil akal yang menunjukkan adanya Allah adalah adanya makhluk ciptaan. Secara akal, tidak mungkin ada hasil ciptaan tanpa ada yang menciptakan. Tidak perlu jauh-jauh membayangkannya. Mungkinkah barang-barang yang ada di hadapan kita terwujud secara tiba-tiba tanpa ada yang membuatnya, misalnya meja, kursi, perabotan dan perhiasan, kasur, karpet, lampu, setrika, piring, gelas, komputer, hp, motor, mobil, dan sebagainya? Tentu tidak mungkin. Bahkan jika ada yang mengatakan di hadapan kita, bahwa barang-barang itu muncul secara tiba-tiba tanpa ada yang membuatnya, tentu kita katakan bahwa orang tersebut telah gila. Jika terhadap barang-barang itu saja kita tidak menerima jika dikatakan, bahwa barang-barang itu ada dengan sendirinya, apalagi alam semesta ini yang tersusun rapi dan indah, ada matahari, ada bulan, ada langit, ada bumi, ada daratan, ada lautan, ada sungai-sungai, ada bukit dan ada lembah, ada hewan dan ada manusia. Apakah semua itu muncul secara tiba-tiba? Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (35) أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ (36)
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu (Pencipta) pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?--Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (QS. Ath Thuur: 35-36)
Tidak bisa dibenarkan, hanya karena kita tidak melihat proses penciptaan langit dan bumi, kemudian kita katakan, bahwa langit dan bumi itu muncul secara tiba-tiba, sebagaimana tidak dapat dibenarkan hanya karena kita tidak melihat proses pembuatan barang-barang yang ada di hadapan kita, kemudian kita katakan, bahwa barang itu ada dengan sendirinya.
Dalil fitrah yang menunjukkan adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah, bahwa manusia sudah tertanam dalam dirinya kepercayaan terhadap adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta ini, termasuk dirinya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalil hissiy yang menunjukkan adanya Allah Azza wa Jalla adalah kita mendengar dan menyaksikan pengabulan terhadap doa seseorang ketika ia berdoa kepada Allah, demikian pula kita telah mengetahui adanya mukjizat luar biasa yang Allah berikan kepada para nabi dan rasul-Nya sehingga mereka berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, dimana itu semua terdapat dalil akan adanya Tuhan yang mengutus mereka, yaitu Allah Azza wa Jalla.  
Mengenal Allah
Jika seseorang bertanya, “Siapa Allah?” atau “Bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam?”  Maka seseorang dapat menjawabnya dengan surat Al Ikhlas berikut ini:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Katakanlah, "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.--Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.--Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,--Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." (QS. Al Ikhlas: 1-4)
Perhatikanlah surat tersebut!
Surat tersebut menerangkan kepada kita siapa Allah dan seperti apa konsep ketuhanan dalam Islam.
Ayat yang pertama menyebutkan, bahwa Allah Mahaesa.
Ya, dalam Islam tuhan itu hanya satu, yaitu Allah, dan Dia Mahaesa, tidak berbilang. Dia sendiri saja; tidak banyak.
Konsep ini adalah konsep yang sejalan dengan fitrah dan akal manusia. Hal itu, karena jika tuhan itu banyak, maka banyak pula yang disembah dan diminta, dan jika banyak yang disembah dan diminta, tentu akan menyusahkan dan memberatkan penyembahnya. Jika seorang penyembah hanya menyembah satu tuhan dan meninggalkan yang lain, tentu tuhan yang lain akan cemburu dan akan terjadi pertengkaran antara sesama tuhan. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ (22)
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Mahasuci Allah yang mempunyai 'Arsy dari apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al Anbiya’: 22)
مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ (91)
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya, masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,” (QS. Al Mu’minun: 99)
Ayat yang kedua menerangkan, bahwa Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Benar sekali! Tuhan dalam konsep Islam menjadi sandaran seluruh makhluk, kepada-Nya mereka menyembah dan kepada-Nya mereka memohon pertolongan serta meminta dipenuhi kebutuhan.
Tuhan dalam konsep Islam Mahakaya; tidak membutuhkan alam semesta, bahkan semua makhluk butuh kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (15)
“Wahai manusia! Kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)
Allah juga Mahakuasa atas segala sesuatu, Dia berfirman,
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (27)
Katakanlah, "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.--Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS. Ali Imran: 26-27)
Sekarang perhatikanlah patung dan berhala yang disembah oleh sebagian manusia, apakah mereka memiliki kekuasaan dan kemampuan? Sama sekali tidak. Jangankan menolong para penyembahnya, menolong diri mereka sendiri pun mereka tidak bisa. Perhatikanlah berhala-berhala yang dihancurkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, apakah berhala-berhala itu dapat melawannya?
Ayat yang ketiga menerangkan, bahwa tuhan dalam konsep Islam tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Ayat ini merupakan bantahan terhadap mereka yang mengatakan bahwa tuhan mempunyai anak. Demikian pula terdapat bantahan bagi kaum Nasrani yang mengatakan bahwa Isa atau Yesus anak tuhan. Kalau sekiranya Isa anak tuhan, tentu keadaannya sama seperti tuhan dan mahakuasa, tetapi kenyataannya dia sama seperti manusia yang lain, butuh makan, butuh minum, butuh istirahat, dan memerlukan kebutuhan manusia lainnya, bahkan hampir saja Beliau dibunuh oleh orang-orang Yahudi, kemudian Allah menyelamatkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (75)
“Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, keduanya biasa memakan makanan.” (QS. Al Maidah: 75)
Di samping itu, kalau sekiranya Allah mempunyai anak, tentu harus ada istrinya, padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia berfirman,
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (101)
“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al An’aam: 101)
Ayat yang keempat menunjukkan, bahwa tidak ada yang serupa dan setara dengan tuhan. Ini sangat tepat sekali, yakni tidak ada yang sama seperti Allah, dan memang benar, bahwa Tuhan harus seperti itu; tidak ada yang menyamai-Nya, karena jika ada yang sama dengan tuhan, maka yang lain itu juga berhak disembah, tetapi kenyataannya tidak ada. Dari ayat ini juga kita dapat menyimpulkan bahwa sifat Allah tidak sama dengan sifat makhluk-Nya, dan bahwa Dia disifati dengan sifat-sifat sempurna tanpa ada kekurangan sama sekali.
Khatimah (Penutup)
Saudaraku, konsep ketuhanan dalam Islam begitu jelas, benar, mudah dicerna, dan sejalan dengan fitrah dan akal manusia, maka benarlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (85)   
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam, wal hamdu lillahi Rabbil ‘alamin.
Marwan bin Musa
Maraji’: Syarh Tsalatsatil Ushul (Muhammad bin Shalih Al Utsaimin), Minhajul Muslim (Abu Bakr Al Jazairiy), Aisarut Tafasir (Abu Bakr Al Jazairiy), dll.

Fawaid Riyadhush Shalihin (22)

Sabtu, 21 Mei 2016
بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫الإستقامة‬‎
Fawaid Riyadhush Shalihin (22)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut Fawaid (Kandungan Hadits) Riyadhush Shalihin yang banyak kami rujuk dari kitab Syarh Riyadhush Shalihin karya Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy, kitab Bahjatun Nazhirin karya Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy,  dan lainnya. Hadits-hadits di dalamnya merujuk kepada kitab Riyadhush Shalihin, akan tetapi kami mengambil matannya dari kitab-kitab hadits induk. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ أَحَدُهُمَا يَأْتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْآخَرُ يَحْتَرِفُ، فَشَكَا المُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ»
(84) Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Ada dua orang bersaudara di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; yang satunya datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk belajar agama), sedangkan yang satu lagi bekerja, lalu yang bekerja ini mengeluhkan tentang saudaranya yang hanya datang belajar kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (tidak bekerja), maka Beliau bersabda, “Boleh jadi engkau mendapatkan rezeki karena sebabnya.” (HR. Tirmidzi dengan isnad yang shahih sesuai syarat Muslim)
Fawaid:
1. Barang siapa yang fokus belajar agama untuk menjaga syariat Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.
2. Dorongan untuk membantu para Ahli Ilmu dan para penuntut ilmu syar’i.
3. Sepatutnya seorang penuntut ilmu mempunyai pekerjaan dan tidak menjadi tanggungan orang lain.
4. Menafkahi penuntut ilmu termasuk kunci rezeki.
BAB : ISTIQAMAH[i]
Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (QS. Huud: 112)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ--نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ --نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu."--Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.--Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat: 30-32)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ--أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan Kami adalah Allah," kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka cita.--Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaaf: 13-14)
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِيِّ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ: " قُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ، فَاسْتَقِمْ "
(85) Dari Sufyan bin Abdullah Ats Tsaqafi ia berkata, “Aku pernah berkata, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku sebuah perkataan dalam Islam yang tidak saya tanyakan kepada seorang pun setelahmu.” Beliau bersabda, “Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim)
Fawaid:
1. Anjuran bertanya tentang sesuatu yang menghimpun semua perkara kebaikan.
2. Beriman kepada Allah mencakup beriman kepada wujud-Nya, Rububiyyah-Nya (keesaan-Nya dalam menguasai dan mengatur alam semesta), Uluhiyyah-Nya (keesaan-Nya untuk diibadati), nama dan sifat-Nya, hukum-hukum-Nya, berita yang disampaikan-Nya, kemudian tetap istiqamah di atas syariat-Nya.
3. Sebagian Ahli Ilmu berkata, “Sumber istiqamah kembali kepada dua hal, yaitu: benarnya keimanan kepada Allah dan mengikuti apa yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir maupun batin.”
4. Bertanya kepada Ahli Ilmu ketika tidak mengetahui.
5. Iman berupa ucapan dan perbuatan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قَارِبُوا وَسَدِّدُوا، وَاعْلَمُوا أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَلَا أَنْتَ؟ قَالَ: «وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ»
(86) Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mendekatlah dan bersikap luruslah! Ketahuilah, tidak ada seorang pun di antara kalian yang selamat karena amalnya.” Para sahabat berkata, “Apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Demikian pula saya, hanyasaja Allah telah melimpahkan kepadaku rahmat dan karunia-Nya.” (HR. Muslim)
Maksud “Mendekatlah” adalah bersikap sederhana tanpa berlebihan dan meremehkan, sedangkan maksud “sikap lurus” adalah istiqamah.
Para ulama berkata, “Maksud istiqamah adalah tetap menaati Allah Ta’ala.”
Fawaid:
1. Tidak ada yang dapat memenuhi hak Allah Ta’ala. Akan tetapi, amal saleh merupakan sebab yang memasukkan seseorang ke surga sebagaimana firman Allah Ta’ala di surat An Nahl ayat 32, dan seseorang diberi taufik untuk beramal saleh adalah karena karunia Allah dan rahmat-Nya.
2. Cara meraih kebaikan, yaitu dengan bersikap istiqamah di atas jalan Allah Ta’ala tanpa bersikap berlebihan dan meremehkan.
3. Seseorang tidak boleh bersikap ujub (bangga dan tertipu) oleh amalnya, sehingga berjalan di atas sikap raja (berharap) tanpa ada rasa khauf (takut) dalam dirinya.
4.  Bersikap istiqamah disesuaikan dengan kemampuan.
5. Meminta pertolongan kepada Allah agar dapat beramal saleh dan tidak bersandar kepada kemampuan diri sendiri.
BAB : MEMIKIRKAN KEAGUANGAN CIPTAAN ALLAH TA’ALA, SEBENTARNYA  KEHIDUPAN DUNIA, PERISTIWA DAHSYAT PADA HARI KIAMAT, SEMUA PERKARA YANG TERKAIT DENGAN KEDUANYA, KETELEDORAN JIWA, BAGAIMANA MENATANYA, DAN MEMBAWANYA UNTUK TETAP ISTIQAMAH
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا للهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا
"Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu berfikir.” (QS. Saba’: 46)
إِنَّ في خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآياتٍ لأُولِي الأَلْبَابِ--الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,--(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau.” (QS. Ali Imran: 190-191)
أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى الإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ-وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ-وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ-وَإِلَى الأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ-فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,--Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?--Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?--Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?--Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (QS. Al Ghasyiyah: 17-21)
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأَرْضِ فَيَنْظُرُوا
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan…dst.” (QS. Muhammad: 10)
Ayat-ayat berkenaan dengan hal ini sangat banyak, sedangkan dalam hadits sebelumnya sudah disebutkan,
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ
“Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menghisab dirinya.” (Namun hadits ini dhaif sebagaimana disebutkan pada hadits no. 66)
Penjelasan:
Berfikir dalam bab ini maksudnya hendaknya seseorang menggunakan akal-fikirannya agar dapat menyimpulkan sesuatu dari yang dia fikirkan, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan demikian.
Bersambung…
Marwan bin Musa
Maraji': Tathriz Riyadh Ash Shalihin (Syaikh Faishal bin Abdul Aziz An Najdiy), Syarh Riyadh Ash Shalihin (Muhammad bin Shalih Al Utsaimin),  Bahjatun Nazhirin (Salim bin ’Ied Al Hilaliy), Al Maktabatusy Syamilah versi 3.45, dll.


[i] Istiqamah adalah seseorang tetap berada di atas syariat Allah Ta’ala sebagaimana yang diperintah-Nya, tentunya diawali sikap ikhlas sebelumnya (Syarh Riyadhush Shalihin 1/302).

Beberapa Buku Yang Perlu Dipelajari Penuntut Ilmu

Senin, 16 Mei 2016
بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫الكتب الإسلامية‬‎
Beberapa Buku Yang Perlu Dipelajari Penuntut Ilmu
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut beberapa buku yang menurut kami perlu dibaca dan dipelajari penuntut ilmu, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Pengantar
Kitab-kitab yang telah disusun para ulama begitu banyak[i], tidak mungkin bagi kita membaca semuanya dengan usia kita yang pendek. Maka dari itu, di sini penulis menyebutkan beberapa buku yang jika dibaca, dipelajari, dan dipahami dengan baik, insya Allah seorang penuntut ilmu memiliki wawasan yang cukup terhadap agama dan tidak terlalu tertinggal dengan para penuntut ilmu lainnya.
Namun perlu diketahui, bahwa modal utama untuk mendalami ilmu agama adalah bahasa Arab. Oleh karena itu, seorang penuntut ilmu harus bisa bahasa Arab. Dalam kaedah Ushul Fiqh disebutkan,
مَالاَ يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
“Suatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengannya, maka sarana penyempurna itu menjadi wajib.”
Berikut beberapa kitab yang menurut pengetahuan penulis yang terbatas perlu dibaca dan dipelajari oleh penuntut ilmu (Anda dapat mendownload buku-buku tersebut pada versi online risalah ini dengan alamat: http://wawasankeislaman.blogspot.co.id/2016/05/beberapa-buku-yang-perlu-dipelajari.html ):
Bidang Akidah
1. SyarhTsalatsatil Ushul (Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin) atau Syarh Tsalatsatil Ushul (Syaikh Haitsam Sarhan)
2. Nubdzahfil ‘Aqidah (Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin)
3. Al‘AqidahAsh Shahihah (Syaikh Abdul Aziz bin Baz)
4. AtTauhidAl Muyassar (Syaikh Abdullah Al Huwail)
5. KitabAtTauhid (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab)
6. AlMulakhkhash fi SyarhKitab At Tauhid (Syaikh Shalih Al Fauzan)
7. FathulMajid Syarh KitabAt Tauhid (Abdurrahman bin Hasan Alus Syaikh)
8. AqidatutTauhid (Syaikh Shalih Al Fauzan)
9. SyarhAl ‘Aqidah AlWasithiyyah (Syaikh Shalih Al Fauzan)
10. MujmalUshulAhlis Sunnah fil ‘Aqidah (Syaikh Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql) [ii]
11. SyarhAl ‘Aqidah AthThahawiyyah (Imam Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi)
12. AlMu’taqad Ash Shahih (Syaikh Abdussalam bin Barjas)
Bidang Tafsir
1. TafsirAl Qur’anil Azhim (Al Hafizh Ibnu Katsir)
2. AisarutTafasir (Syaikh Abu Bakar Al Jaza’iriy)
3. TaisirulKarimirRahman fii Tafsir Kalamil Mannan (Syaikh Abdurrahman As Sa’diy).
4. ZubdatutTafsir (Syaikh Muhammad Sulaiman Al Asyqar)
Bidang Hadits
1. SyarhAlArba’in An Nawawiyyah (Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin)
2. KutubusSittah (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah)
3. AhaditsAs Sunan AlArba’ah Al Maudhu’ah (Syaikh M. Nashiruddin Al Albani)
4. MukhtasharShahihAl Bukhari (Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani)
4. MukhtasharShahihMuslim (Imam Al Mundziri)
5. Jami’ushShahih laisafish Shahihain (Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i)
6. TaudhihulAhkamSyarh Bulughul Maram (Syaikh Abdullah Al Bassam)
7. BahjatunNazhirin SyarhRIyadhush Shalihin (Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy)
8. ShahihAt Targhib watTarhib (Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani)
10. AlAdzkar (Imam An Nawawi)
Bidang Fiqih
1. AlWajizfii Fiqhis Sunnati wal Kitabil Aziz (Syaikh Abdul Azhim bin Badawi)  
3. FiqhusSunnah (Syaikh S. Sabiq) dan Ta’liqnya Tamamul Minnah oleh Syaikh Al Albani
5. ShahihFiqhis Sunnah (Syaikh Abu Malik Kamal bin As Sayyid Salim)
6. AlMulakhkhashAl Fiqhi (Syaikh Shalih Al Fauzan)
7. MinhajulMuslim (Syaikh Abu Bakar Al Jaza’iriy)
8. MudzakkiratulFiqh (Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin)
9. Mausu’ahAlFiqhil Islami (Muhammad bin Ibrahim At Tuwaijiri)
10. Tamamul Minnah Fi Fiqhil Kitab wa Shahihis Sunnah (Adil bin Yusuf Al Azzaziy)
Bidang Faraidh
1. TashilulFaraidh (Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin)
3. SyarhAlQalaid Al Burhaniyyah (Syaikh Alauddin bin Sa’ad)
Catatan:
Dalam masalah fiqh terkadang kita temukan perbedaan pandangan para ulama, maka di sini penulis menyarankan untuk membaca risalah Al Khilafbainal Ulama karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, agar seorang penuntut ilmu memiliki sikap yang bijak di tengah-tengah khilaf para ulama dan adab yang baik terhadap mereka.
Bidang Adab dan Akhlak
1. AlAdabul Mufrad (Imam Bukhari)
2. AlAdabusy Syar’iyyah (Imam Ibnu Muflih)
3. AlJawabul Kafi (Imam Ibnul Qayyim)
4. AlKabair (Imam Adz Dzahabi)
5. AinanNahnu MinAkhlaqis Salaf (Abdul Aziz Al Julail dan Bahauddin Aqil) atau Hayatus salaf bainal qauli wal 'amal
6. TazkiyatunNufus (Syaikh Ahmad Farid)
7. HishnulMuslim (Syaikh Sa’id bin Ali Al Qahthani)
8. TalbisIblis (Imam Ibnul Jauziy)
9. Risalah Minal Qalb (Syaikh Wahid Abdussalam Bali)
Bidang Sirah wa Tarikh
1. ArRahiqul Makhtum (Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarafuri)
2. AsSirah An Nabawiyyah AshShahihah (Syaikh Akram Dhiya Al Umariy).
3. ShahihQashashilAnbiya (Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy)
4. Shuwarmin HayatishShahabah (Syaikh Abdurrahman Ra’fat Basya)
5. Shuwarmin HayatitTabi’in (Syaikh Abdurrahman Ra’fat Basya)
6. MujazAt TarikhAl Islami (Syaikh Ahmad Ma’mur Al Usairiy)
Demikianlah beberapa buku yang penulis sarankan untuk dibaca dan dipelajari. Silahkan juga buka file ini "Program Takhashshus" sebagai pelengkap. Atau silahkan lihat pula di channel telegram kami berikut:

Di Antara Sekian Buku Agama Yang Patut Anda Miliki

1. Akidah

a. Syarh Tsalatsatil Ushul dan terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/6892  

b. Syarah Ushulil Iman dan terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/6895  .

c. At Tauhid Al Muyassar dan terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/6897 .

d. Kitab Tauhid dan syarahnya di sini: https://t.me/wawasan_muslim/6900

d. Al Qaulul Mufid: https://t.me/wawasan_muslim/6984  dan Diagram Al Qaulul Mufid : https://t.me/wawasan_muslim/6902   

e. Syarah Aqidah Wasithiyyah dan terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/6903  

f. Aqidah Thahawiyyah dan Terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/6998  

g. Aqidah Salaf As-habil Hadits dan Terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/7001  

h. Syarh Lum'atil I'tiqad:

https://t.me/wawasan_muslim/12651

2. Tafsir

a. Tafsir Ibnu Katsir: https://t.me/wawasan_muslim/6905  

b. Tafsir As Sa’di : https://t.me/wawasan_muslim/6907  

c. At Tafsir Al Muyassar: https://t.me/wawasan_muslim/6908  

d. Aisarut Tafasir: https://t.me/wawasan_muslim/6909  .

e. Mukhtashar fit tafsir: https://t.me/wawasan_muslim/7019  

3. Hadits

a. Al Arba’in : https://t.me/wawasan_muslim/6910   dan syarahnya di sini: https://t.me/wawasan_muslim/6915  ,

b. Mukhtashar (ringkasan) Shahih Bukhari dan Muslim: https://t.me/wawasan_muslim/6911  

c. Bulughul Maram: https://t.me/wawasan_muslim/6916  atau di sini (terjemahnya): https://t.me/wawasan_muslim/6985   )

c. Taudhihul Ahkam: https://t.me/wawasan_muslim/7002  ,

d. Riyadhush Shalihin dan terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/6995  

e. Bahjatun Nazhirin: https://t.me/wawasan_muslim/6992  

f. Untaian Mutiara Hadits: https://t.me/wawasan_muslim/7013  

 

4. Fiqih

a. Al Mukhtashar Fiqhil Islami dan terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/6922  

b. Al Wajiz : https://t.me/wawasan_muslim/7008  

 c. Al Mulakhkhash Al Fiqhi: https://t.me/wawasan_muslim/6917  

d. Minhajul Muslim : https://t.me/wawasan_muslim/6920  

f. Fiqhus Sunnah: https://t.me/wawasan_muslim/7012  dan Tamamul Minnah : https://t.me/wawasan_muslim/6921  .

f. Shahih Fiqhis Sunnah: https://t.me/wawasan_muslim/7005  

g. Al Faraidh Al Muyassar: https://t.me/wawasan_muslim/6925  

5. Sirah

a. Ar Rahiqul Makhtum dan terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/6837  

b. Shahih Sirah Nabawiyyah dan terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/6840  

c. Shahih Qashashil Anbiya: https://t.me/wawasan_muslim/6926

d. Shuwar min hayatish Shahabah:  https://t.me/wawasan_muslim/7014 .

e. Sirah Ibnu Hisyam dan terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/6833  

6. Akhlak dan Tazkiyatun Nufus

a. Al Adabul Mufrad  : https://t.me/wawasan_muslim/7023  

b. Al Adabusy Syar’iyyah: https://t.me/wawasan_muslim/7025  

c. Al Kabair dan terjemahnya: https://t.me/wawasan_muslim/7018   

d. Al Jawabul Kafi: https://t.me/wawasan_muslim/7028  

e. Aadabul Muslim: https://t.me/wawasan_muslim/6929  

f. Aina Nahnu min Akhlaqis salaf: https://t.me/wawasan_muslim/6927  

g. At Tarbiyah ala Manhaj Ahlis Sunnah:  https://t.me/wawasan_muslim/7531

7. Doa-Doa Sesuai Sunnah

a. Al Adzkar: https://t.me/wawasan_muslim/7031  

b. Hisnul Muslim: https://t.me/wawasan_muslim/7032


Khatimah (Penutup)
Syaikh Shalih Al Fauzan dalam mukadimah Al Mulakhkhash Al Fiqhi berkata, “Ketahuilah olehmu wahai pembaca yang mulia, bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah dengan dipahami dan ditadabburi, sambil meminta bantuan penjelasan kepada para guru yang tulus dan ikhlas, membaca kitab-kitab tafsir, syarah-syarah hadits, kitab-kitab fiqh, kitab-kitab nahwu dan bahasa Arab dimana Al Qur’nul Karim turun dengannya. Ini semua merupakan cara memahami Al Qur’an dan As Sunnah. Oleh karena itu, wajib bagimu wahai saudaraku kaum muslim, -agar amalmu menjadi sah- mempelajari ilmu yang membuat keadaan agamamu menjadi baik, seperti shalat, puasa, haji, hukum-hukum seputar zakat harta, dan hukum-hukum mu’amalah yang engkau butuhkan agar engkau melakukan apa yang Allah halalkan bagimu dan menjauhi apa yang Dia haramkan atasmu sehingga usahamu menjadi halal dan doamu pun menjadi mustajab. Semua itu adalah perkara yang sangat engkau butuhkan, dan semua itu mudah dengan izin Allah selama maksud dan niatmu benar. Berusahalah membaca buku-buku yang bermanfaat, berkomunikasilah dengan para ulama untuk bertanya hal yang masih musykil bagimu, dan ambillah hukum-hukum agamamu dari mereka. Demikian pula hendaknya engkau hadir dalam forum dan kajian agama yang diadakan di masjid atau tempat lainnya, dan ikut menyimak program-program keagamaan yang disiarkan di radio. Demikian pula hendaknya engkau membaca majalah dan buletin yang berbicara tentang masalah agama. Jika engkau telah berusaha dan mengikuti sarana-sarana kebaikan itu, maka pengetahuanmu menjadi sempurna, dan pandanganmu menjadi terang. Dan jangan lupa wahai saudaraku, bahwa ilmu akan berkembang dan bertambah dengan beramal. Jika engkau mengamalkan ilmu yang telah engkau ketahui, maka Allah akan menambahkan ilmumu sebagaimana dalam kata-kata hikmah terdahulu,
مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ ; أَوْرَثَهُ اللهُ عِلْمَ مَالَمْ يَعْلَمْ
 “Barang siapa yang mengamalkan ilmu yang diketahuinya, maka Allah akan mengaruniakan kepadanya ilmu yang tidak diketahuinya.”
Hal ini juga ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Bertakwalah kepada Allah. Allah akan mengajarimu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 282)
Ilmu adalah sesuatu yang berhak engkau luangkan waktu untuknya, dan dikejar oleh orang-orang yang berakal, karena dengan ilmu hati akan hidup dan amal menjadi baik.” (Al Mulakhkhash Al Fiqhi 1/11)
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam, wal hamdulillahi Rabbil alamin.
Marwan bin Musa


[i] Anda dapat lihat contoh kitab-kitabnya di web-web yang menyediakan perpustakaan Islam seperti: (1) http://www.shamela.ws/, (2) http://www.almeshkat.net/books/index.php , (3) http://saaid.net/book/index.php , (4) http://www.ahlalhdeeth.com/vb/forumdisplay.php?f=16 , (5) http://www.islamway.com/index.php?iw_s=library , (6) http://library.islamweb.net/newlibrary/index.php , (7) http://waqfeya.com/  dan (8) http://wawasankeislaman.blogspot.co.id/p/perpustakaan-islam-elektronik.html  maupun software perpustakaan Islam seperti Maktabah Syamilah versi 3.47 (50 GB) yang memuat 25.000 judul kitab, Mausu’ah Baramij Al Islaamiyyah (dari situs http://www.hmuslim.com/index.php),  kumpulan kitab dalam bentuk pdf dengan nama Maktabah Ilmiyyah (memuat 11.884 kitab), dll.
[ii] Alhamdulillah, penulis telah memberikan syarah (penjelasan) terhadap kitab ini dalam risalah penulis dengan judul Aqidah Islam (1) s.d Aqidah Islam (26) sebagaimana dapat Anda lihat di sini: http://wawasankeislaman.blogspot.co.id/p/aqidah_5.html .
 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger