Di Balik Penciptaan Alam Semesta

Kamis, 26 Juni 2014
بسم الله الرحمن الرحيم
Di Balik Penciptaan Alam Semesta
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ
"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," (Terj. QS. Ali Imran: 190)
Ya, pada penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat dalil akan adanya Allah, kekuasaan-Nya, keesaan-Nya, kebesaran-Nya, ilmu-Nya yang sempurna, hikmah-Nya yang dalam, dan rahmat-Nya yang luas.
Dalil adanya Allah Azza wa Jalla
Perhatikanlah alam semesta yang tampak di hadapan Anda; dengan keadaannya yang tersusun rapi dan indah. Ada langit dan ada bumi, ada siang dan ada malam, ada matahari dan ada bulan, ada gunung-gunung dan ada lembah, ada dataran dan ada lautan, di samping keindahannya yang begitu menarik perhatian. Ini semua menunjukkan adanya Allah Azza wa Jalla. Tidak mungkin semua itu muncul dengan tiba-tiba. Allah Azza wa Jalla berfirman,
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ-أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَل لَّا يُوقِنُونَ
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu (Pencipta) ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?--Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).” (Terj. QS. Ath Thuur: 35-36)
Sungguh aneh sekali, masih ada di antara manusia yang mengingkari akan adanya Allah Azza wa Jalla. Tidakkah mereka menggunakan akal sehat mereka? Mungkinkah benda-benda yang ada di hadapan mereka muncul secara tiba-tiba, mobil misalnya, handphone, pesawat, meja, kursi, lemari, piring, dan sebagainya. Bukanlah sebagai alasan yang bisa diterima oleh akal hanya karena mereka tidak melihat pembuatannya kemudian mereka menyatakan, bahwa benda-benda itu ada dengan sendirinya tanpa ada yang membuatnya.
Dalil terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla
Matahari yang bersinar terang, bulan yang bercahaya, bintang-bintang yang bertaburan di langit, gunung-gunung yang menjulang tinggi, langit-langit yang tegak tanpa tiang, bumi yang luas dengan berbagai fasilitas yang ada, itu semua menunjukkan kemahakuasaan Allah Azza wa Jalla. Dia sanggup menciptakan semua itu sendiri. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
لِلّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Terj. QS. Al Ma’idah: 120)
Dalil terhadap keesaan Allah Azza wa Jalla
Tersusunnya alam semesta ini dalam keadaannya yang rapi dan indah, siang berganti malam, malam berganti siang, ada musim panas dan musim dingin, matahari terbit setiap hari dari timur dan tenggelam di barat, dan seterusnya. Semua ini terdapat dalil terhadap keesaan Allah Azza wa Jalla. Kalau seandainya di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan lain di samping Allah, tentu akan hancur alam semesta. Allah Azza wa Jalla berfirman,
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Mahasuci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (Terj. QS. Al Anbiya’: 22)
Coba bayangkan, jika di di langit dan di bumi ada tuhan-tuhan lain di samping Allah, tentu akan banyak ketetapan. Tuhan yang satu mengusulkan matahari terbit dari timur, tuhan yang satu lagi mengusulkan matahari terbit dari barat, tuhan yang lain mengusulkan agar matahari dari utara, sedangkan tuhan yang satu lagi mengusulkan agar matahari terbit dari selatan, maka sudah pasti akan hancur alam semesta. Kalau dalam sebuah pemerintahan saja kita tidak menerima jika ada dua atau lebih pemimpin atau presiden, maka mengapa kita menerima pernyataan ada banyak tuhan yang menguasai alam semesta?
Dalil terhadap kebesaran Allah Azza wa Jalla
Saudaraku, langit yang ada di atas kita begitu luas, bumi yang kita pijak begitu lebar, dan di sana masih ada ciptaan Allah Azza wa Jalla lainnya yang lebih besar lagi. Perhatikanlah hadits berikut,
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَاالْكُرْسِيُّ فِى الْعَرْشِ اِلَّا كَحَلْقَةٍ مِنْ حَدِيْدٍ اُلْقِيَتْ بَيْنَ ظَهْرَيْ فَلَاةٍ مِنَ اْلاَرْضِ
Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu ia berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kursiy[i] dibanding ‘Arsyi tidak lain seperti gelang besi yang diletakkan di padang pasir yang luas di bumi.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Kitab Al ‘Arsy (no. 58), Adz Dzahabi dalam Al ‘Uluw (150-Ringkasan Syaikh Al Albani), Baihaqi dalam Al Asma’ wash Shifat hal. 510 dari hadits Abu Dzar, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah (109) dan Mukhtashar Al ‘Uluw hal. 130.)
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : جَاءَ حَبْرٌ مِنَ الْأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّا نَجِدُ أَنَّ اللَّهَ يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالْأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ وَالْمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ وَسَائِرَ الْخَلَائِقِ عَلَى إِصْبَعٍ فَيَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ تَصْدِيقًا لِقَوْلِ الْحَبْرِ ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ )البخاري)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata, “Datang seorang pendeta Yahudi kepada Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya kami mendapati bahwa (pada hari kiamat) Allah akan menjadikan langit di atas satu jari, bumi di atas satu jari, pohon-pohon di atas satu jari, air dan tanah di atas satu jari serta seluruh makhluk di atas satu jari, lalu berfirman, “Akulah Raja,” maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tersenyum hingga tampak gigi serinya sebagai pembenaran Beliau terhadap ucapan pendeta yahudi itu, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun membaca ayat, (yang artinya: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Tuhan dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.(QS. Az Zumar: 67)” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
أُذِنَ لِيْ أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلاَئِكَةِ اللهِ تَعَالَى مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ اِلىَ عَاتِقِهِ مَسِيْرَةَ سَبْعِمِائَةِ سَنَةٍ
"Saya diizinkan menceritakan tentang salah satu malaikat Allah yang memikul 'arsy, bahwa jarak antara bagian bawah telinganya dengan pundaknya sejauh perjalanan 700 tahun." (Silsilah Ash Shahiihah: 151)
Jika makhluk-makhluk ciptaan-Nya sedemikian besarnya, lalu bagaimana Penciptanya, Allahu akbar. 
Dalil terhadap ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu
Jumlah makhluk yang diciptakan Allah Subhaanahu wa Ta’ala sangat banyak, baik manusia, hewan, tumbuhan dan lainnya yang beraneka ragam, masing-masing dari mereka dapat hidup sampai tiba ajalnya. Ini semua menunjukkan, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’ala Dialah yang memberikan rezeki mereka, Dia berfirman,
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (Terj. QS. Huud: 6)
Hal ini juga menunjukkan, bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu, buktinya semua makhluk baik besar maupun kecil di penjuru dunia mendapat perhatian-Nya; mereka dapat hidup memperoleh rezeki-Nya.
Dalil terhadap hikmah Allah yang dalam
Keseimbangan alam semesta, keindahan penciptaan manusia dan makhluk-makhluk lainnya, serta kerapihannya menunjukkan hikmah (kebijaksanaan) Allah Azza wa Jalla. Dia tidaklah menciptakan itu semua main-main dan tanpa ada maksud dan tujuan, Dia berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?” (Terj. QS. Al Mu’minun: 115)
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاء وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلاً ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (Terj. QS. Shaad: 27)
Oleh karenanya, Allah Subhaanahu wa Ta’ala tidaklah menciptakan manusia main-main. Dia menciptakan manusia dan jin tidak lain agar mereka hanya menyembah dan beribadah kepada-Nya serta mengisi hidup mereka di dunia dengan beribadah yang nantinya Dia akan membalas mereka dengan balasan yang besar, berupa surga yang penuh kenikmatan. Inilah beban yang dipikulkan kepada mereka selama mereka hidup di dunia. Dia berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Terj. QS. Adz Dzaariyaat: 56)
Sungguh tidak sejalan dengan hikmah-Nya, jika Dia menciptakan surga yang penuh dengan kenikmatan lalu memberikan begitu saja kepada manusia sedang mereka tidak dibebani apa-apa sebagaimana tidak bijaksana seorang pengusaha merekrut para karyawan lalu memberikan gaji yang besar kepada mereka, tetapi para karyawan itu tidak ditugaskan apa-apa.
Dalil terhadap rahmat-Nya yang luas
Tidakkah kita mendengar orang yang memohon kepada Allah kemudian dikabulkan-Nya, makhluk-makhluk-Nya yang kelaparan diberinya rezeki, manusia yang tersesat diberi-Nya petunjuk dan dibimbingan ke jalan yang lurus. Ini semua menunjukkan kasih sayang Allah Azza wa Jalla kepada makhluk-makhluk-Nya. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwa pernah para tawanan di hadapkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara mereka ada seorang wanita yang memerah susunya untuk memberi minum (anaknya), yang ketika menemukan anaknya, ia segera mengambilnya dan menempelkannya ke perutnya sambil menyusuinya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa salla bersabda,
«أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ» قُلْنَا: لاَ، وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ، فَقَالَ: «لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا»
“Apakah menurut kalian wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?” Kami menjawab, “Tidak akan, sedangkan ia sanggup untuk tidak melemparnya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya.”
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya. Wa shallallahu 'alaa Muhammad wa 'alaa ahlihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji': Maktabah Syamilah versi 3.45, Software Al Bahits (Indeks ayat Al Qur’an), Untaian Mutiara Hadits (Penulis), dll.


[i] Waki’ meriwayatkan dalam tafsirnya dari Ibnu ‘Abbas bahwa ia berkata, “Kursiy adalah tempat Allah meletakkan kedua kaki-Nya, sedangkan ‘Arsyi tak ada seorangpun yang bisa mengukur besarnya.” (Diriwayatkan juga oleh Hakim dalam mustadraknya dari Ibnu Abbas secara mauquf, katanya, “(Riwayat ini) shahih sesuai syarat syaikhain (Bukhari-Muslim).”

Belajar Mudah Ilmu Tauhid (6)

Selasa, 24 Juni 2014
بسم الله الرحمن الرحيم

Belajar Mudah Ilmu Tauhid (6)

(Wala’ dan Bara’, Hakikat Islam, Rukun Islam, Hakikat Iman, dan Rukun Iman)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut ini pembahasan tentang Wala’ dan Bara’, Hakikat Islam, Rukun Islam, Hakikat Iman, dan Rukun Iman yang kami terjemahkan dari kitab At Tauhid Al Muyassar karya Syaikh Abdullah bin Ahmad Al Huwail; semoga Allah menjadikan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamiin.
Definisi Wala’ dan Bara’ secara bahasa
Wala’ secara bahasa dari kata walayah yang artinya mahabbah (cinta).
Bara’ secara bahasa adalah masdar dari kata baraa yang artinya memutuskan. Disebut baral qalam artinya meruncingkan pena.
Definisi Wala’ dan Bara’ secara istilah
Wala artinya mencintai kaum muslimin, menolong mereka, memuliakan, menghormati, dan mendekat kepada mereka.
Bara’ artinya membenci kaum kafir, menjauhi mereka, dan tidak membela mereka.
Urgensi Wala’ dan Bara’
-        Wala’ dan Bara’ termasuk dasar-dasar akidah Islam.
-        Sebagai ikatan iman yang paling kuat.
-        Termasuk ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pembagian wala’
Wala’ terbagi dua:
Pertama, tawalli.
Kedua, muwalah.
Tentang Tawalli
Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang tawalli.
Arti Tawalli
Tawwali artinya menyukai syirk, pelakunya, menyukai kekafiran, dan pelakunya. Demikian juga membela orang-orang kafir untuk melawan kaum mukmin.
Hukum Tawalli
Tawalli merupakan kufur akbar dan membuat seseorang murtad dari Islam.
Dalil hukum tawalli
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
“Barang siapa di antara kamu bertawalli kepada mereka, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.” (Terj. QS. Al Ma’idah: 51)
Tentang Muwalah
Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang muwalah.
Definisi Muwalah dan batasannya
Maksudnya adalah mencintai orang-orang kafir dan musyrik karena sebab dunia, namun tidak disertai pembelaan, sehingga tidak termasuk tawalli.
Hukum muwalah
Hukumnya haram dan termasuk dosa besar.
Dalil hukum muwalah
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاء تُلْقُونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang;.” (Terj. QS. Al Mumtahanah: 1)
Fenomena berwala’ kepada orang-orang kafir
Di antara fenomena berwala’ kepada orang-orang kafir adalah:
1.     Menyerupai mereka dalam hal pakaian dan berbicara.
2.     Bersafar ke negeri mereka dengan tujuan tamasya dan bersenang-senang.
3.     Tinggal di negeri mereka dan tidak mau berpindah ke negeri kaum muslimin untuk membawa agama.
4.     Menggunakan kalender mereka, khususnya kalender yang menyebutkan upacara keagamaan dan hari raya mereka, seperti kalender masehi.
5.     Ikut serta dalam acara hari raya mereka atau membantu mereka mengadakannya, atau mengucapkan selamat terhadapnya, dan atau menghadiri pelaksanaannya.
6.     Memberi nama anak dengan nama-nama mereka.
Pembagian manusia dalam hal disikapi dengan wala’ dan bara’
Manusia dalam hal disikapi dengan wala dan bara’ terbagi menjadi tiga golongan:
Golongan pertama, orang-orang yang dicintai secara murni tanpa ada kebencian di sana.
Mereka ini adalah orang-orang mukmin yang bersih.
Golongan kedua, orang-orang yang dibenci dan dimusuhi dengan kebencian yang murni tanpa ada rasa cinta dan sikap wala’.
Mereka ini adalah orang-orang kafir yang jelas kekafirannya.
Golongan ketiga, orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lain.
Mereka ini adalah orang-orang mukmin yang berbuat maksiat. Mereka dicintai karena ada keimanannya dan dibenci karena kemaksiatan yang mereka lakukan di bawah kufur dan syirk.
Hakikat Islam
Islam secara bahasa artinya tunduk dan menyerahkan diri.
Secara syara’ Islam artinya menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menaati-Nya, dan berlepas diri dari syirk dan para pelakunya.
Makna Islam secara umum dan khusus
Makna Islam secara umum adalah beribadah kepada Allah sesuai syariat-Nya sejak Allah mengutus para rasul sampai tegaknya hari Kiamat.
Makna Islam secara khusus tertuju kepada agama yang dibawa Nabi  Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rukun (tiang penopang) Islam
Rukunnya ada lima:
1.     Bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
2.     Mendirikan shalat
3.     Menunaikan zakat
4.     Berpuasa Ramadhan
5.     Berhaji ke Baitullah bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke sana.
Rukun-rukun tersebut bisa dibagi lagi menjadi dua:
Pertama, rukun yang menjadi penopang bangunan. Ini disebut sebagai rukun asasi. Yang termasuk ke dalam rukun ini ada dua, yaitu: Dua kalimat syahadat dan shalat.
Kedua, rukun yang menyempurnakan bangunan tersebut. Ini disebut rukun tamam. Yang termasuk ke dalam rukun ini ada tiga, yaitu: menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah.
Dalil rukun Islam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
"Islam dibangun di atas lima (dasar); bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan puasa di bulan Ramadhan.  (Muttafaq ‘alaih)
Hakikat Iman
Arti iman secara bahasa adalah pembenaran dan pengakuan.
Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah, iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Ia akan bertambah dengan ketaatan dan akan berkurang dengan kemaksiatan.
Rukun Iman
Rukun iman ada enam:
1.     Beriman kepada Allah
2.     Beriman kepada para malaikat-Nya.
3.     Beriman kepada kitab-kitab-Nya.
4.     Beriman kepada rasul-rasul-Nya.
5.     Beriman kepada hari akhir.
6.     Beriman kepada qadar yang baik dan yang buruk.
Berikut kandungan rukun-rukun tersebut:
Beriman kepada Allah
Beriman kepada Allah mencakup empat hal:
1.     Beriman kepada wujud Allah.
2.     Beriman kepada Rububiyyah-Nya (bahwa Dia yang mengatur, yang menguasai, dan memiliki alam semesta).
3.     Beriman kepada Uluhiyyah-Nya (keberhakan-Nya untuk disembah).
4.     Beriman kepada nama-nama dan sifat-Nya.
Beriman kepada para malaikat-Nya
Beriman kepada malaikat mencakup empat hal:
1.     Beriman kepada wujud mereka.
2.     Beriman kepada malaikat yang kita ketahui namanya, seperti Jibril. Sedangkan malaikat yang tidak kita ketahui namanya, maka kita imani secara garis besar.
3.     Beriman kepada sifat malaikat yang kita ketahui.
4.     Beriman kepada perbuatan mereka yang kita ketahui yang mereka lakukan atas perintah Allah.
Beriman kepada kitab-kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah mencakup empat hal:
1.     Beriman bahwa kitab-kitab itu benar-benar turun dari sisi Allah.
2.     Beriman kepada kitab yang kita ketahui namanya, seperti Al Qur’an, Taurat, dan Injil. (Aadapun yang tidak kita ketahui namanya, maka kita beriman kepadanya secara garis besar-pent).
3.     Membenarkan beritanya yang shahih, seperti berita yang disampaikan Al Qur’an dan berita dari kitab-kitab terdahulu yang belum dirubah atau diselewengkan yang disahkan penukilannya dalam syariat kita.
4.     Mengamalkan hukum-hukum yang belum dimansukh disertai sikap ridha dan menerima, baik kita memahami hikmahnya atau tidak. Dan semua kitab-kitab terdahulu telah dimansukh oleh Al Qur’an.
Beriman kepada para rasul
Beriman kepada para rasul mencakup empat hal:
1.     Beriman bahwa risalah mereka betul-betul dari sisi Allah Ta’ala. Barang siapa yang kafir kepada salah seorang rasul, maka sama saja kafir kepada semua rasul.
2.     Beriman kepada rasul yang kita ketahui namanya, seperti Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh ‘alaihimus salam.  (adapun yang tidak kita ketahui namanya, maka kita beriman kepadanya secara garis besar).
3.     Membenarkan berita yang shahih dari mereka.
4.     Mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada kita, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah penutup para nabi dan rasul yang diutus kepada semua manusia.
Beriman kepada hari Akhir
Beriman kepada hari akhir mencakup tiga hal:
1.     Beriman kepada adanya kebangkitan.
2.     Beriman kepada hisab (pemeriksaan amal) dan pembalasan.
3.     Beriman kepada surga dan neraka.
Termasuk ke dalam beriman kepada hari Akhir adaah beriman kepada semua yang akan terjadi setelah mati, seperti fitnah kubur, azab kubur, dan nikmat kubur.
Beriman kepada Qadar
Beriman kepada qadar mencakup empat hal:
1.     Beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara garis besar maupun secara rinci.
2.     Beriman bahwa Allah mencatat semua itu dalam Lauh Mahfuzh.
3.     Beriman bahwa semua yang terjadi tidak lepas dari kehendak Allah Ta’ala.
4.     Beriman bahwa semua yang terwujud adalah makhluk ciptaan Allah Ta’ala, baik dzatnya, sifatnya, maupun gerakannya.
Dalil rukun iman yang enam
Allah Ta’ala berfirman,
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi...dst.” (Terj. QS. Al Baqarah: 177)
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan qadar.” (Terj. QS. Al Qamar: 49)
Dalam As Sunnah, disebutkan dalam hadits Jibril ketika ia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Beritahukan kepadaku tentang iman? Maka Beliau bersabda,
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.
“Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, serta kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim)
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.
Diterjemahkan dari kitab At Tauhid Al Muyassar oleh Marwan bin Musa
 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger