Fiqh Shalat Istisqa' (3)



بسم الله الرحمن الرحيم
Fiqh Shalat Istisqa' (Meminta Hujan kepada Allah) Bag. 3
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini merupakan lanjutan pembahasan tentang shalat istisqa' dan hal-hal yang berkaitan dengannya, semoga Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Di antara doa istisqa'
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اسْتَسْقَى قَالَ اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ وَأَحْيِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ
'Amar bin Syu'aib meriwayatkan dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila meminta hujan mengucapkan,
اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ وَأَحْيِ بَلَدَكَ
"Ya Allah, hujanilah hamba-hamba-Mu dan binatang-binatang milik-Mu. Sebarkanlah rahmat-Mu serta hidupkanlah negri milik-Mu yang mati." (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani).
Dari Sa'ad, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa dalam istisqaa',
اللَّهُمَّ جَلِّلْنَا سَحَابًا كَثِيفًا قَصِيفًا دَلُوقًا حَلَوقًا ضَحُوكًا زِبْرِجًا تُمْطِرُنَا مِنْهُ رَذَاذًا قَطْقَطًا سَجْلًا بُعَاقًا يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
"Ya Allah, kenakan seluruhnya kepada kami awan tebal, yang guruhnya kencang, deras, berkilat. Engkau hujani kami daripadanya baik berupa gerimis, rintik-rintik dan yang deras guyurannya. Wahai Yang memiliki keagungan dan kemuliaan." (HR. Abu 'Uwaanah dalam shahihnya).
Doa istisqa' lainnya adalah:
اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا.
"Ya Allah, siramilah hujan kepada kami. Ya Allah, siramilah hujan kepada kami. Ya Allah, siramilah hujan kepada kami."
Dalam sebuah lafaz disebutkan:
اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا
"Ya Allah, siramilah hujan kepada kami. Ya Allah, siramilah hujan kepada kami. Ya Allah, siramilah hujan kepada kami." (HR. Bukhari dan Muslim)
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا، مَرِيئًا مَرِيعًا، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلًا غَيْرَ آجِل.
"Ya Allah, siramilah hujan kepada kami dengan hujan yang membantu, baik akibatnya dan menyuburkan, bermanfaat dan tidak membahayakan, segera dan tidak lambat." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ، وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِين.
(HR. Abu Dawud)
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مَرِيئًا مَرِيعًا طَبَقًا عَاجِلًا غَيْرَ رَائِثٍ، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ.
"Ya Allah, siramilah hujan kepada kami dengan hujan yang baik akibatnya, menyuburkan, merata, segera tidak lambat, bermanfaat dan tidak berbahaya." (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Dan dianjurkan ketika berdoa istisqaa' mengangkat kedua tangan dengan menjadikan punggung kedua telapak tangannya ke atas lagit sebagaimana dalam hadits berikut,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَسْقَى فَأَشَارَ بِظَهْرِ كَفَّيْهِ إِلَى السَّمَاءِ * (مسلم)
Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila meminta hujan berisyarat dengan punggung kedua tangannya ke langit." (HR. Muslim)
Imam Nawawiy berkata, "Jamaah kawan-kawan kami (yang semadzhab) dan lainnya berkata, "Sunnahnya dalam setiap doa menghilangkan bala' seperti kemarau panjang dan semisalnya adalah dengan mengangkat kedua tangannya dan menjadikan kedua punggung telapak tangannya ke langit, sedangkan jika berdoa meminta sesuatu atau mencapai sesuatu maka dengan menjadikan bagian bawah telapak tangannya ke langit. Mereka berhujjah dengan hadits ini."[i]
Ketika kita melihat hujan turun, maka dianjurkan mengucapkan,
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
"Ya Allah, jadikanlah hujan ini bermanfaat." (HR. Bukhari)
Demikian juga dianjurkan membuka bajunya agar sebagian badannya mendapatkan curahan hujan berdasarkan hadits Anas berikut, ia berkata:
أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ قَالَ فَحَسَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا قَالَ لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى *
"Kami dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kehujanan, Beliau pun membuka bajunya, hingga hujan mengena tubuhnya. Kami pun bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau lakukan ini?" Beliau menjawab, "Karena hujan ini baru datang dari Tuhannya (baru diciptakan Allah Ta'ala)." (HR. Muslim)
Setelah hujan berhenti, ucapan yang disyari'atkan adalah:
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ
"Kita dihujani karena karunia Allah dan rahmatNya." (HR. Bukhari)
Termasuk syirk apabila menisbatkan turunnya hujan kepada bintang ini dan itu seperti mengucapkan "Kita dihujani karena ada bintang ini dan itu." dsb.
Adab-adab beristisqaa' (meminta hujan):
a.    Kembali kepada Allah dan memohon kepada-Nya.
b.    Hendaknya imam menasihati orang-orang untuk bertakwa kepada Allah, menjauhi perbuatan zalim dan permusuhan serta bertobat dari maksiat. Karena maksiat adalah sebab terhentinya hujan dan takwa adalah sebab mendapat keberkahan.
     Umar bin 'Abdul 'Aziz pernah menulis surat kepada Maimun bin Mihraan, "Sesungguhnya aku menulis surat kepada penduduk negeri agar mereka keluar pada hari ini dan bulan ini untuk meminta hujan. Siapa saja yang sanggup berpuasa dan bersedekah, maka lakukanlah. Karena Allah berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّى، وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
"Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan dirinya-Menyebut nama Tuhannya lalu mengerjakan shalat." (Al A'laa : 14-15)
Ucapkanlah seperti yang diucapkan kedua bapak-ibumu (Adam dan Hawaa'),
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Keduanya berkata, "Wahai Tuhai kami, kami telah menganiaya diri kami. Apabila Engkau tidak mengampuni dan tidak menyangi kami, niscaya kami tergolong orang-orang yang rugi. " (Al A'raaf : 23)
Juga ucapkanlah seperti yang diucapkan Nuh,
وَإِلاَّ تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُن مِّنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan jika Engkau tidak mengampuni dan menyayangi aku. Tentu aku termasuk orang-orang yang rugi." (Huud : 47)
Juga ucapkan seperti yang diucapkan Musa,
إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Maka Allah pun mengampuninya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al Qashash: 16)
Dan ucapkanlah seperti yang diucapkan Yunus,
لاَ إِلَهَ إِلا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim." (Al Anbiyaa' : 87)." (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari Ibnu 'Uyaynah dari Ja'far bin Barqan. Syaikh Abdul Wahab bin Abdul 'Aziz Az Zaid berkata dalam risalahnya "Al Istisqaa' sunanuhu wa aadaabuhu" hal.40, "Isnadnya shahih.").
c.    Mengakui kesalahan dan memohon ampunan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
Al Auza'iy berkata, "Manusia keluar untuk istisqa', lalu Bilal bin Sa'ad berdiri di tengah-tengah mereka, memuji Allah dan menyanjungnya, lalu ia berkata, "Wahai orang-orang yang hadir! Bukankah kalian mengaku berbuat dosa?" Mereka menjawab, "Ya, benar." Ia pun berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya kami mendengar Engkau berfirman, "Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik." (Terj. At Taubah: 91). Ya Allah, kami telah mengakui kesalahan kami, maka ampunilah kami, rahmatilah kami dan siramilah hujan kepada kami." Lalu ia mengangkat kedua tangannya dan manusia pun mengangkat tangan mereka, kemudian mereka diberi hujan."                                                                                             
d.    Hendaknya imam menentukan waktu untuk keluar bersama orang-orang.
e.    Ketika keluar, maka hendaknya imam berpenampilan sederhana.
f.     Tidak mengapa wanita dan anak-anbak ikut keluar. Tentunya bagi wanita memperhatikan syarat-syaratnya seperti memakai jilbab syar'i, tidak bertabarruj (berhias) dan menjaga diri dari membuat laki-laki terfitnah.
g.    Dibolehkan bertawassul dengan orang yang salih yang masih hidup, yakni meminta agar dia berdoa kepada Allah Ta'ala.
h.    Melakukan shalat istisqaa' dan berkhutbah setelahnya atau sebelumnya.
i.      Mengangkat kedua tangan dalam berdoa lebih tinggi dari biasanya (setentang dengan muka dan tidak melewati kepalanya) dan dengan mengarahkan punggung tapak tangan ke langit.
Bersambung…
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Subulus Salam (Imam Ash Shan'ani), Nailul Awthar (Imam Syaukani), Shalatul Istisqa' (DR. Sa'id Al Qahthani), Bughyatul Mutathawwi' (DR. M. Bin Umar Bazmul), Al Fiqhul Muyassar dll.



[i] Inilah jama' (penggabungan) antara hadits di atas dengan hadits berikut, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ بِبُطُونِ أَكُفِّكُمْ وَلَا تَسْأَلُوهُ بِظُهُورِهَا
"Apabila kamu meminta kepada Allah, maka mintalah dengan bagian bawah telapak tangan kamu. Janganlah meminta kepada-Nya dengan punggung telapak tangan kamu."(HR. Abu Dawud, dan dinyatakan "Hasan shahih" oleh Syaikh Al Albani)
Sehingga apabila meminta dihilangkan balaa' adalah dengan punggung telapak tangan, namun apabila meminta sesuatu maka dengan bagian bawah tapak tangan. Oleh karena itu, di antara  ulama ada yang menafsirkan ayat "Wa yad'uunanaa raghabaw wa rahabaa" Al Anbiyaa' : 90 (artinya: mereka berdoa kepada kami dengan rasa harap dan cemas), rasa harap adalah dengan bagian bawah telapak tangan ketika berdoa, sedangkan rasa cemas adalah dengan menggunakan punggung telapak tangan ketika berdoa untuk menghilangkan bala'.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger