Ibarat Mengisi Air di Ember Yang Bocor

Jumat, 01 Februari 2019
بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ember bocor
Ibarat Mengisi Air di Ember Yang Bocor
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Kita semua tentu tidak ingin jika setelah beramal saleh susah payah kemudian amal itu menjadi sia-sia; tidak bernilai pahala, maka pada kesempatan ini penulis akan menyebutkan beberapa sebab yang menjadikan amal saleh menjadi sia-sia, semoga Allah menjadikan risalah ini ditulis ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Pengantar
Muhammad bin Malik bin Dhaigham berkata, “Telah menceritakan kepadaku maula (tuan) kita Abu Ayyub, “Suatu hari Abu Malik pernah berkata kepadaku, “Wahai Abu Ayyub, waspadailah bahaya nafsumu terhadap dirimu, karena aku melihat penderitaan kaum mukmin di dunia tidak ada habis-habisnya. Demi Allah, jika akhirat tidak datang kepada seorang mukmin dengan membawa kebahagiaan, maka akan berkumpul padanya dua perkara; penderitaan dunia dan kesengsaraan di akhirat.” Aku pun berkata, “Biarlah ayahku menjadi tebusanmu, bagaimana akhirat tidak datang kepada seorang mukmin dengan membawa kebahagiaan padahal ia telah bersusah payah menghadap Allah di dunia dan bekerja keras?” Ia menjawab, “Wahai Abu Ayyub, apakah sudah pasti diterima dan sudah pasti selamat?” Selanjutnya ia berkata, “Betapa banyak orang yang menyangka bahwa dirinya telah berbuat baik, berkurban dengan baik, berniat baik, dan beramal baik, lalu semua itu dikumpulkan pada hari Kiamat dan dilempar ke mukanya (tidak diterima).” (Sifatush Shofwah 3/360)
Sebab Amal Menjadi Sia-Sia
Ada beberapa penyebab tidak diterimanya amal saleh dari seseorang, sehingga ia ibarat seorang yang bekerja namun tidak diberi upah atau ibarat mengisi air di ember yang bocor.
Berikut beberapa sebab tidak diterimanya amal saleh dari seseorang:
1. Tidak di atas agama Islam atau di atas syirik kepada Allah Ta’ala
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Qs. Ali Imran: 85)
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. Az Zumar: 65)
2. Membenci syariat Islam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (Qs. Muhammad: 9)
3. Murtad dari Islam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa yang kafir sesudah beriman, maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (Qs. Al Maidah: 5)
4. Tidak Ikhlas
Dari Abu Umamah Al Bahiliy ia berkata, “Ada seorang yang datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan bertanya, “Beritahukan kepadaku tentang seorang yang berperang agar mendapatkan pahala dan disebut namanya? Apa yang dia peroleh?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dia tidak memperoleh apa-apa.” Orang itu bertanya demikian tiga kali, namun Beliau tetap menjawab, “Dia tidak memperoleh apa-apa.” Selanjutnya Beliau bersabda,
«إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا، وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ»
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal selain yang ikhlas karena-Nya dan mencari keridhaan-Nya.” (Hr. Nasa’I, dan dinyatakan hasan shahih oleh Al Albani)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
"Aku sangat tidak butuh kepada sekutu, siapa saja yang beramal menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syiriknya." (HR. Muslim)
Dari Mahmud bin Lubaid ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ
“Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa kalian adalah syirk kecil.”
Para sahabat bertanya, “Apa itu syirk kecil, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمُ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
“Riya.  Allah ‘Azza wa Jalla akan berfirman kepada mereka (orang-orang yang berbuat riya’), ketika amal manusia diberi balasan, “Pergilah kalian kepada orang yang kalian beramal karena riya kepada mereka di dunia! Lihatlah apakah kalian mendapatkan balasa!” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1555)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil; hanya memberatkannya namun tidak bermanfaat.”
Termasuk pula beramal saleh karena dunia. Allah Azza wa Jalla berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.--Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Huud: 15-16)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ
“Celaka hamba dinar, hamba dirham dan hamba khamishah (pakaian mewah). Jika diberi ia senang, jika tidak ia marah. Celakalah dan tersungkurlah, kalau terkena duri semoga tidak tercabut.” (HR. Bukhari)
5. Kemunafikan besar
Kemunafikan besar atau akbar adalah kemunafikan terkait akidah dengan menampakkan keislaman di luar dan menyembunyikan kekafiran di batinnya. Allah Azza wa Jalla berfirman,
فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ (52) وَيَقُولُ الَّذِينَ آمَنُوا أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَأَصْبَحُوا خَاسِرِينَ (53)
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, "Kami takut akan mendapat bencana.". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.--Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan, "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.” (Qs. Al Ahzab: 52-53)
6. Menentang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Allah Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan (yang) menghalangi manusia dari jalan Allah serta menentang Rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka.” (Qs. Muhammad: 32)
7. Tidak memiliki adab terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (Qs. Al Hujurat: 2)
8. Tidak di atas tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa yang mengerjakan amal yang tidak kami perintahkan, maka amal itu tertolak.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, sebelum seseorang beramal, hendaknya ia tengok hatinya; apakah karena Allah atau karena selain-Nya. Setelah itu, ia tengok amalnya, apakah ada contoh atau perintah dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam atau tidak?
7. Bersedekah namun dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti hati penerima
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ (263) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (264)
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.--Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan mengungkit-ungkitnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu jadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Qs. Al Baqarah: 263-264)
8. Ujub
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ، فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ، وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ، فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ: أَقْصِرْ، فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ، فَقَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا؟ فَقَالَ: وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ، أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ، فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا، فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا، أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا؟ وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي، وَقَالَ لِلْآخَرِ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ
“Ada dua orang bersaudara di tengah-tengah bani Israil, yang satu mengerjakan dosa, sedangkan yang satu lagi rajin beribadah. Orang yang rajin beribadah ini senantiasa memperhatikan saudaranya yang mengerjakan dosa sambil berkata, “Berhentilah (melakukan dosa)!” Suatu ketika orang yang rajin beribadah ini memergoki saudaranya sedang mengerjakan dosa, lalu ia berkata, “Berhentilah melakukan dosa!” Namun saudaranya balik menjawab, “Biarkanlah aku bersama Tuhanku, dan memangnya kamu dikirim untuk mengawasiku?” Maka orang yang rajin beribadah itu berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu atau tidak akan memasukkanmu ke surga.” Maka Allah mencabut nyawa keduanya, dan keduanya berkumpul bersama di hadapan Allah. Allah berfirman kepada orang yang rajin beribadah, “Apakah kamu mengetahui keadaan Diriku atau berkuasa terhadap apa yang Aku lakukan dengan Tangan-Ku?” Maka Allah berfirman kepada orang yang mengerjakan dosa, “Pergilah dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku,” sedangkan kepada yang satu lagi Allah berfirman, “Bawalah dia ke neraka.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, “Demi Allah yang nyawaku di Tangan-Nya, ia telah mengucapkan kata-kata yang membuat dirinya binasa dunia dan akhirat.”
(Hr. Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Albani)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Jika Allah membukakan untukmu pintu shalat malam, janganlah engkau memandang orang yang tidur dengan pandangan merendahkan.
Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa, jangan engkau memandang orang yang tidak berpuasa dengan pandangan merendahkan.
Jika Allah membukakan untukmu pintu jihad, jangan engkau memandang orang yang tidak berjihad dengan pandangan merendahkan.
Bisa saja orang yang tidur, yang tidak berpuasa dan yang tidak berjihad lebih dekat kepada Allah daripada dirimu.

Kemudian beliau melanjutkan, “Engkau berada di pagi hari bangun dari tidur lalu menyesal lebih baik dari pada berada di pagi hari dalam keadaan terjaga lalu berbangga, karena orang yang sombong (ujub), amalannya tidak akan naik ke sisi Allah.” (Madarijus Salikin 1/17)
9. Bersumpah mendahului Allah Azza wa Jalla
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Jundab bin Abdillah ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لِفُلَانٍ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ، فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ، وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ "
Ada seorang yang berkata, “Demi Allah! Allah tidak akan mengampuni si fulan,” maka Allah Ta’ala berfirman, “Siapa yang bersumpah mendahuluiku, bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan? Aku telah mengampuni si fulan dan Aku hapus amalmu.” 
10. Melakukan perbuatan buruk atau kezaliman
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu , bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab, “Orang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan barang-barang.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«المُفْلِسُ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ بِصَلَاتِهِ وَصِيَامِهِ وَزَكَاتِهِ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا فَيَقْعُدُ فَيَقْتَصُّ هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْتَصّ مَا عَلَيْهِ مِنَ الخَطَايَا أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ»
“Orang bangkrut dari kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat dengan membawa shalat, puasa, dan zakat, namun ia pernah mencela si fulan, menuduh si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, lalu orang ini duduk, maka si fulan (yang dizaliminya) mengurangi kebaikannya, yang lain juga mengurangi kebaikannya, dan ketika kebaikanya telah habis sebelum kesalahannya tertebus, maka kesalahan orang-orang itu diambil dan dilimpahkan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke neraka.” (Hr. Tirmidzi, dan ia menyatakan hasan shahih)
Beliau juga bersabda,
«مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ  دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ»
“Barang siapa yang pernah berbuat zalim kepada saudaranya baik terkait dengan kehormatannya atau lainnya, maka mintalah untuk dihalalkan (dimaaf) pada hari ini, sebelum tiba hari tidak ada dinar dan dirham. Jika dia memiliki amal saleh, maka akan diambil daripadanya seuai kezaliman yang dilakukannya. Tetapi jika ia tidak memiliki kebaikan, maka  akan diambil keburukan orang lain (yang dizaliminya) dan dipikulkan kepadanya.” (Hr. Bukhari)
11. Melanggar larangan-larangan Allah di saat sepi
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا، فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا»
“Aku benar-benar mengetahui ada beberapa kaum dari umatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lalu Allah Azza wa Jalla menjadikannya seperti debu yang berhamburan.”
Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami sifat mereka! Jelaskanlah kepada kami agar kami tidak termasuk mereka karena kami tidak mengetahui!” Beliau bersabda,
«أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ، وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ، وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ، وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا»
“Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian, dari golongan kalian, melakukan shalat malam sebagaimana yang kalian lakukan, hanyasaja ketika menyendiri, mereka melakukan larangan-larangan Allah.” (Hr. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
Renungan
Hendaknya kita menyadari, bahwa sebagaimana amal saleh dapat menghapuskan keburukan, demikian pula amal buruk dapat menghapus kebaikan. Berikut sekedar renungan agar amal saleh kita, tidak kita hapus dengan keburukan, wallahul musta’an
Hati-hati dengan ember yang bocor
1. Anda belajar agama agar disebut Ahli Ilmu, bersedekah agar disebut dermawan, dan berjihad agar disebut pemberani (ember bocor).
2. Anda melakukan amalan sunah seperti shalat malam dan puasa sunah, namun dalam waktu yang bersamaan anda menyakiti tetangga. (Ember bocor)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, “Ada seorang yang berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya si fulanah dikenal banyak shalatnya, puasanya, dan sedekahnya, namun ia menyakiti tetangganya dengan lisannya?” Beliau bersabda, “Dia di neraka.” Lalu ia bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, si fulanah dikenal kurang puasa, sedekah, shalatnya, ia bersedekah dengan sepotong aqith (semacam keju), dan tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya?” Beliau bersabda, “Dia di surga.” (Hr. Ahmad, dan dinyatakan isnadnya hasan oleh para pentahqiq Musnad Ahmad)
3. Anda mengerjakan semua shalat, tetapi secara tidak thuma’ninah. (Ember bocor)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha, bahwa ada seorang laki-laki masuk masjid, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan duduk di pojok masjid. Lalu orang itu shalat, kemudian datang kepada Beliau sambi mengucapkan salam, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Wa alaikas salam,” dan bersabda, “Kembalilah lagi dan lakukan shalat karena engkau belum shalat.” Maka orang itu kembali shalat, kemudian datang kepada Beliau sambil mengucapkan salam, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Wa alaikas salam,” dan bersabda, “Kembalilah lagi dan lakukan shalat karena engkau belum shalat.” Orang itu pun berkata pada kedua kali atau ketiga kalinya, “Ajarilah aku wahai Rasulullah.” Beliau pun bersabda, “Jika engkau hendak shalat, maka sempurnakanlah wudhu, lalu menghadap kiblat, kemudian bertakbirlah. Lalu bacalah ayat Al Qur’an yang mudah bagimu, kemudian rukulah sehingga engkau thuma’ninah ketika ruku. Lalu bangunlah, sehingga engkau berdiri lurus, kemudian sujudlah sehingga engkau thuma’ninah dalam keadaan sujud. Kemudian bangunlah sehingga engkau thuma’ninah dalam keadaan duduk, lalu sujudlah sehingga engkau thuma’ninah dalam keadaan sujud, dan bangunlah sehingga engkau thuma’niah dalam keadaan duduk. Lakukanlah seperti itu dalam semua shalatmu.” (HR. Bukhari (6251) dan Muslim (397))
4. Anda memberikan banyak sedekah kepada orang miskin, tetapi Anda mempermalukan mereka, mengungkit-ungkit pemberian, dan melukai hati mereka. (Ember bocor)
7. Anda menegakkan tahajjud di malam hari, berpuasa dan membaca Quran setiap hari tetapi Anda memutuskan hubungan dengan kerabat Anda. (Ember bocor)
8. Anda berpuasa dan bersabar untuk rasa lapar dan haus tetapi Anda masih saja berkata dusta. (Ember bocor)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لمَ ْيَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْس ِللهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak mau meninggalkan kata-kata dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak lagi butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)
Jangan mengumpulkan semua perbuatan baik Anda dalam ember yang bocor. Anda berjuang untuk mengisinya, namun isinya dengan mudah habis melalui lubang yang bocor!
Sikap yang harus dimiliki dalam beribadah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60) أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ (61)

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,--Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (Qs. Al Mu’minun: 60-61)
Dalam Shahih Bukhari dari Aisyah radhiyallahu anha secara marfu (dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam), bahwa mereka adalah orang-orang yang berpuasa dan bersedekah, namun mereka takut jika amal mereka tidak diterima. (Hr. Ahmad dan Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam wal hamdulillahi Rabbil alamin.
Marwan bin Musa

Maraji’: Maktabah Syamilah versi 3.45, Hidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Penulis), Untaian Mutiara Hadits (Penulis), http://www.drmalo.com/IMG/pdf/kh_muhbitat-aemaal.pdf  dll.
 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger