Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad (8)

Minggu, 30 Maret 2014
بسم الله الرحمن الرحيم
Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (8)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan risalah mengenal lebih dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah menjadikan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri
عَنْ سَهْلٍ رَضِي اللَّه عَنْه أَنَّ امْرَأَةً جَاءَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبُرْدَةٍ مَنْسُوجَةٍ فِيهَا حَاشِيَتُهَا أَتَدْرُونَ مَا الْبُرْدَةُ قَالُوا الشَّمْلَةُ قَالَ نَعَمْ قَالَتْ نَسَجْتُهَا بِيَدِي فَجِئْتُ لِأَكْسُوَكَهَا فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحْتَاجًا إِلَيْهَا فَخَرَجَ إِلَيْنَا وَإِنَّهَا إِزَارُهُ فَحَسَّنَهَا فُلَانٌ فَقَالَ اكْسُنِيهَا مَا أَحْسَنَهَا قَالَ الْقَوْمُ مَا أَحْسَنْتَ لَبِسَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحْتَاجًا إِلَيْهَا ثُمَّ سَأَلْتَهُ وَعَلِمْتَ أَنَّهُ لَا يَرُدُّ قَالَ إِنِّي وَاللَّهِ مَا سَأَلْتُهُ لِأَلْبَسَهُ إِنَّمَا سَأَلْتُهُ لِتَكُونَ كَفَنِي قَالَ سَهْلٌ فَكَانَتْ كَفَنَهُ *
Dari Sahl radhiyallahu 'anhu, bahwa ada seorang wanita yang datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa burdah yang bagian pinggirnya ditenun, -Sahl berkata, “Tahukah kalian burdah itu?” Orang-orang berkata, “Jubah,” Sahl berkata, “Ya, wanita itu berkata, “Aku tenun burdah itu dengan tanganku sendiri agar aku dapat memakaikan burdah itu kepadamu,” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengambilnya, Beliau memang membutuhkannya, kemudian Beliau keluar menemui kami dan menjadikannya burdah tersebut untuk kain bawahnya, lalu seseorang menganggapnya bagus sambil berkata, “Pakaikanlah aku kain itu, sungguh bagus sekali,” lalu orang-orang berkata kepadanya, “Kamu ini bagaimana, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memakainya karena butuh, mengapa kamu memintanya, padahal kamu tahu bahwa Beliau tidak akan menolak orang yang meminta,” ia pun berkata, “Sesungguhnya saya, demi Allah, tidaklah meminta untuk dipakai, namun saya memintanya agar menjadi kafan saya nanti.” Sahl pun berkata, “Maka kain itu pun menjadi kain kafannya.” (HR. Bukhari) 
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hal kebersihan
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرٌ مِنَ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَاسْتِنْشَاقُ الْمَاءِ وَقَصُّ الْأَظْفَارِ وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الْإِبِطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ قَالَ زَكَرِيَّاءُ قَالَ مُصْعَبٌ وَنَسِيتُ الْعَاشِرَةَ إِلَّا أَنْ تَكُونَ الْمَضْمَضَةَ زَادَ قُتَيْبَةُ قَالَ وَكِيعٌ انْتِقَاصُ الْمَاءِ يَعْنِي الِاسْتِنْجَاءَ (مسلم)
Dari ‘Aisyah ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada 10 hal yang termasuk fitrah manusia; mencukur kumis, membiarkan janggut, bersiwak, menghirup air ke hidung, memotong kuku, mencuci sela-sela jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinjaa’ (bersuci dari buang air) –Zakariyya (salah seorang yang meriwayatkan hadits) berkata, “Mush’ab berkata, “Saya lupa yang kesepuluhnya sepertinya berkumur-kumur.” (HR. Muslim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عُرِضَ عَلَيْهِ طِيبٌ فَلَا يَرُدَّهُ فَإِنَّهُ خَفِيفُ الْمَحْمَلِ طَيِّبُ الرَّائِحَةِ *  (النسائي)
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Barang siapa yang diberi minyak wangi, maka jangan ditolak, karena minyak wangi itu mudah dibawa dan harum.” (HR. Nasa’i, dan dishahihkan oleh Al Albani).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ الِاسْتِحْدَادُ وَالْخِتَانُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَنَتْفُ الْإِبْطِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada lima hal yang termasuk fitrah; mencukur bulu kemaluan, khitan, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak, dan memotong kuku.” (HR. Tirmidzi, ia katakan, “Hadits hasan shahih”)
Anas radhiyallahu 'anhu pernah berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan batas kepada kami dalam mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur bulu kemaluan agar tidak lebih dari 40 malam.” (HR. Ahmad)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dalam membaca Al Qur’an
Hudzaifah ibnul Yaman pernah berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di suatu malam. Beliau membaca surat Al Baqarah, aku berkata (dalam hati), “Mungkin Beliau akan ruku’ di ayat ke seratus.” Ternyata Beliau melanjutkan, maka aku berkata (dalam hati) “Mungkin Beliau akan ruku’ setelah selesai (Al Baqarah), ternyata Beliau melanjutkan dan membaca surat An Nisaa’ sampai selesai lalu membaca Ali Imraan dan membaca sampai selesai, Beliau membaca secara perlahan. Jika sampai pada ayat yang di sana terdapat tasbih, maka Beliau bertasbih, dan jika melewati ayat yang di sana terdapat permintaan, maka Beliau meminta, dan jika sampai pada ayat yang di sana terdapat perlindungan, maka Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berlindung, lalu Beliau ruku’…” (HR. Muslim dan Nasa’i).
Bahkan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membaca tujuh surat yang panjang ketika sakit dalam satu malam (HR. Abu Ya’la, Hakim, dishahihkan olehnya dan disepakati oleh Adz Dzahabi. Ibnul Atsir berkata, “Tujuh surat yang panjang adalah Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa’, Al Ma’idah, Al An’aam, Al A’raaf, dan At Taubah.”).
Terkadang Beliau membaca salah satu dari tujuh surat itu dalam setiap rakaat. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i dengan sanad yang shahih).
Namun tidak diketahui, bahwa Beliau pernah mengkhatamkan Al Qur’an dalam semalam (HR. Musim dan Abu Dawud)
Bahkan Beliau tidak menyetujui perbuatan itu sebagaimana sabda Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu 'anhu,
“Bacalah (khatamkanlah) Al Qur’an dalam sebulan”,
 ‘Abdullah bin ‘Amr berkata, “Aku melihat diriku kuat lebih dari itu.”
Beliau bersabda, “Bacalah (khatamkan) dalam dua puluh malam.” Abdullah bin Amr berkata, “Aku melihat diriku kuat lebih dari itu”, maka Beliau bersabda, “Bacalah (khatamkanlah) Al Qur’an dalam sepekan (7 hari) dan jangan lebih dari itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Setelah itu Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan rukhshah (keringanan) untuk mengkhatamkan dalam lima hari (HR. Tirmidzi dan ia menshahihkannya) dan akhirnya boleh mengkhatamkan dalam tiga hari (HR. Bukhari dan Ahmad)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam melarang kurang dari itu, sabda Beliau, “Barangsiapa yang mengkhatamkan Al Qur’an di bawah tiga hari tidak akan paham.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih)
Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Tidak akan paham orang yang mengkhatamkan kurang dari tiga hari.” (HR. Darimi dan Tirmidzi)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda kepada Abdullah bin ‘Amr,
فَإِنَّ لِكُلِّ عَابِدٍ شِرَّةٌ ، وَلِكُلِّ شِرَّةٌ فَتْرَةٌ، فَإِمَّا إِلىَ سُنَّةٍ؛ وَإِمَّا إِلىَ بِدْعَةٍ، فَمَنْ كَانَتْ إِلىَ سُنَّةٍ فَقَدِ اهْتَدَى، وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلىَ غَيْرِ ذَالِكَ فَقَدْ هَلَكَ
“Sesungguhnya ahli ibadah itu memiliki syirrah (masa semangat), dan pada setiap masa semangat itu ada masa lemahnya, masa lemah itu bisa ke arah sunnah dan bisa ke arah bid’ah. Barang siapa yang masa lemahnya ke arah (tetap di atas) sunnah, maka sungguh ia telah mendapat petunjuk dan barang siapa yang masa lemahnya itu ke arah selain itu maka binasalah ia.” (dinukil dari sifat Shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karya Syaikh Al Bani)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam membela kehormatan orang lain
‘Itban bin Malik radhiyallahu 'anhu pernah meminta Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat di rumahnya, orang-orang pun mendatangi rumahnya, lalu ada seseorang yang berkata, “Mana Malik bin Dikhsyam?” Di antara mereka ada yang berkata, “Dia munafik, tidak cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَقُلْ ذَلِكَ أَلَا تَرَاهُ قَدْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يُرِيدُ بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّا نَرَى وَجْهَهُ وَنَصِيحَتَهُ إِلَى الْمُنَافِقِينَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ
“Janganlah kamu mengatakan seperti itu. Tidakkah kamu melihat ia mengucapkan “Laailaahaillallah” (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah) karena mengharapkan wajah Allah.” Ia pun berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu, namun kami melihat ia lebih cenderung kepada orang-orang munafik.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang berkata “Laailaahaillallah” karena mengharapkan wajah Allah.” (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ *
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah kamu apa itu ghibah?” Para shahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau menjawab, “Kamu sebut tentang saudaramu hal yang tidak disukainya.” Lalu Beliau ditanya, “Bagaimana jika demikian keadaan saudaraku itu, yaitu sesuai yang aku katakan?” Beliau menjawab, “Jika sesuai yang kamu katakan maka kamu telah mengghibahnya, namun jika tidak demikian keadaan saudaramu maka kamu telah berdusta.” (HR. Muslim)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيهِ رَدَّ اللَّهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
 “Barang siapa yang membela kehormatan seorang muslim, maka Allah akan menghindarkan wajahnya dari neraka pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi, dan ia menghasankannnya).
Bersambung...
Wa shallallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah, Al Ushul Ats Tsalatsah (Muhammad bin Abdul Wahhab), Nubadz min akhlaaqin Nabi (Abdul Hamid As Suhaibani), Quthuuf minasy Syamaa’ilil Muhammadiyyah (M. bin Jamil Zaenu), Mukhtashar siiratin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (Abdul Ghaniy Al Maqdisi), I’rif Nabiyyaka Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yaa bunayya (Abdul Majid Al Bayanuni), Minhaajul Muslim (Abu Bakar Al Jaza’iri), Riyaadhush Shaalihiin (Imam Nawawi), Untaian Mutiara Hadits (Penulis), dll.

Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad (7)

بسم الله الرحمن الرحيم
Mengenal Lebih Dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (7)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan risalah mengenal lebih dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah menjadikan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Kasih sayang Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam kepada hewan
Suhail bin Al Hanzhaliyyah pernah berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melewati seekor unta yang punggung dan perutnya dekat (kurus), maka Beliau bersabda,
اتَّقُوا اللَّهَ فِي هَذِهِ الْبَهَائِمِ الْمُعْجَمَةِ فَارْكَبُوهَا صَالِحَةً وَكُلُوهَا صَالِحَةً *
“Bertakwalah kepada Allah dalam hal binatang yang tidak bisa bicara ini, tunggangilah dengan cara yang baik dan makanlah dengan cara yang baik.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan sanadnya oleh Al Arnaa’uth)
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَانْطَلَقَ لِحَاجَتِهِ فَرَأَيْنَا حُمَّرَةً مَعَهَا فَرْخَانِ فَأَخَذْنَا فَرْخَيْهَا فَجَاءَتِ الْحُمَرَةُ فَجَعَلَتْ تُفَرِّشُ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ فَجَعَ هَذِهِ بِوَلَدِهَا رُدُّوا وَلَدَهَا إِلَيْهَا وَرَأَى قَرْيَةَ نَمْلٍ قَدْ حَرَّقْنَاهَا فَقَالَ مَنْ حَرَّقَ هَذِهِ قُلْنَا نَحْنُ قَالَ إِنَّهُ لَا يَنْبَغِي أَنْ يُعَذِّبَ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ *
Dari Abdurrahman bin ‘Abdullah dari bapaknya, ia berkata, “Kami pernah bersafar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Beliau pergi karena suatu keperluan, tiba-tiba kami melihat seekor induk burung bersama dua anaknya, kami kemudian mengambil dua anaknya itu (ketika burung itu tidak ada), lalu burung itu datang (mencari anaknya) dengan mengepak-ngepakkan sayapnya, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang, Beliau bersabda, “Siapa yang menyakiti burung ini karena diambil anaknya, kembalikanlah anak-anaknya kepadanya.” Beliau juga pernah melihat sarang semut yang kami bakar, maka Beliau bersabda, “Siapa yang membakarnya?” kami menjawab, “kami”, lalu Beliau bersabda, “Sesungguhnya tidak berhak menyiksa dengan api kecuali Tuhan pemilik api (Allah).” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan dishahihkan isnadnya oleh Al Arnaa’ut)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah memiringkan sebuah bejana agar kucing bisa meminumnya, lalu Beliau berwudhu dengan sisa air itu (HR. Thabrani).
Tangis Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ketika ada yang sakit
Sa’d bin Ubadah pernah mengeluh kesakitan, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjenguknya, Beliau menemuinya ketika ia sedang dikerumuni keluarganya, Beliau bertanya, “Apakah dia sudah meninggal?” keluarganya berkata, “Belum, wahai Rasulullah.” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pun menangis, ketika orang-orang melihat Beliau menangis, yang lain pun ikut menangis, kemudian Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا تَسْمَعُونَ إِنَّ اللَّهَ لَا يُعَذِّبُ بِدَمْعِ الْعَيْنِ وَلَا بِحُزْنِ الْقَلْبِ وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهَذَا وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ أَوْ يَرْحَمُ *
“Tidakkah kalian mendengar, sesungguhnya Allah tidak menyiksa seseorang karena mengalirnya air mata, tidak pula karena hati bersedih, akan tetapi seseorang disiksa atau diberi rahmat karena ini – beliau pun berisyarat kepada lisannya- (dengan mengucapkan kata-kata yang menunjukkan tidak ridha/meratap).” (HR. Bukhari)
Keberanian Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
عَنْ أَنَسٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ وَأَشْجَعَ النَّاسِ وَلَقَدْ فَزِعَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ لَيْلَةً فَخَرَجُوا نَحْوَ الصَّوْتِ فَاسْتَقْبَلَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدِ اسْتَبْرَأَ الْخَبَرَ وَهُوَ عَلَى فَرَسٍ لِأَبِي طَلْحَةَ عُرْيٍ وَفِي عُنُقِهِ السَّيْفُ وَهُوَ يَقُولُ لَمْ تُرَاعُوا لَمْ تُرَاعُوا ثُمَّ قَالَ وَجَدْنَاهُ بَحْرًا أَوْ قَالَ إِنَّهُ لَبَحْرٌ *
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik dan paling berani. Pada suatu malam penduduk Madinah ketakutan, mereka pun keluar menuju suara (yang membuat mereka cemas), lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun datang menemui mereka (dari tempat suara itu, mendahului mereka), dan berita yang sebenarnya pun jelas, saat itu Beliau beliau menaiki kuda milik Abu Thalhah yang terbuka (tanpa pelana) sambil menyandang pedang di dekat lehernya seraya berkata, “Jangan takut, jangan takut.” Beliau bersabda, “Tadi kami dapati (suara) kuda yang berlari kencang atau berkata, “Sesungguhnya tadi itu suara kuda yang berlari kencang.” (HR. Bukhari)
عَنْ عَلِيٍّ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ كُنَّا إِذَا احْمَرَّ الْبَأْسُ وَلَقِيَ الْقَوْمُ الْقَوْمَ اتَّقَيْنَا بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا يَكُونُ مِنَّا أَحَدٌ أَدْنَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْهُ *
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Biasanya ketika perang semakin berkecamuk dan dua pasukan bertemu, maka kami berlindung di balik Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika itu tidak ada seorang pun yang lebih dekat dengan musuh daripada Beliau.” (HR. Ahmad, dan sanadnya shahih)
Sejarah mencatat, dalam peperangan Uhud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan perlawanan yang sangat gigih dengan orang-orang kafir sehingga Beliau terluka, gigi ruba’iyyah (gigi  yang terletak di antara gigi seri dan gigi taring) Beliau pecah dan wajah Beliau terluka hingga mengucurkan darah, lalu Beliau mengusap darah tersebut sambil berkata,
كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ وَكَسَرُوا رَبَاعِيَتَهُ وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللَّهِ
“Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melukai wajah Nabi mereka serta memecahkan giginya padahal dia mengajak mereka kepada Allah?” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat,
لَيْسَ لَكَ مِنْ الأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ (آل عمران: 128)
“Tidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu, atau Allah menerima tobat mereka, atau Allah mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang zalim.” (QS. Ali Imran: 128) (HR. Muslim).
Rasa malu Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
Malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan, ia termasuk bagian dari iman, dan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang sangat pemalu.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ الْعَذْرَاءِ فِي خِدْرِهَا
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang lebih malu daripada gadis yang berada di tempat pingitannya. (HR. Bukhari)
Keadilan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
Telah disebutkan kisah wanita Al Makhzumiyyah yang mencuri, orang-orang pun mendatangi Usamah bin Zaid untuk membelanya di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ketika Usamah berbicara kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Apakah kamu hendak membela seseorang dalam suatu hukuman di antara hukuman Allah Ta’ala?” kemudian Beliau bangkit berkhutbah, Beliau bersabda, “Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena apabila orang terhormat di kalangan mereka mencuri, mereka biarkan, sedangkan jika orang lemah mencuri maka mereka tegakkan had (hukuman) kepadanya, demi Allah, seandainya Fatimah puteri Muhammad mencuri tentu aku potong tangannya.”
Termasuk keadilan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah apabila Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ingin keluar safar, maka Beliau mengundi istri-istrinya, siapa yang keluar undiannya maka ia akan keluar bersama Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. (sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mendamaikan dua pihak yang bertengkar
قَالَ عَبْدُاللَّهِ بْنُ كَعْبٍ أَنَّ كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ تَقَاضَى ابْنَ أَبِي حَدْرَدٍ دَيْنًا كَانَ لَهُ عَلَيْهِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُهُمَا حَتَّى سَمِعَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي بَيْتٍ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمَا حَتَّى كَشَفَ سِجْفَ حُجْرَتِهِ فَنَادَى كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ فَقَالَ يَا كَعْبُ فَقَالَ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَشَارَ بِيَدِهِ أَنْ ضَعِ الشَّطْرَ فَقَالَ كَعْبٌ قَدْ فَعَلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُمْ فَاقْضِهِ *
Abdullah bin Ka’b berkata, “Ka’ab bin Malik pernah bercerita kepadanya bahwa ia pernah menagih hutang kepada Ibnu Abi Hadrad di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika itu ia menagih di masjid, sampai suara keduanya keras, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang ketika itu berada di rumah mendengarnya, maka keluarlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi keduanya, Beliau buka tirai kamarnya, lalu Beliau memanggil Ka’ab, “Wahai Ka’ab!”, Ka’ab menjawab, ”Ya, wahai Rasulullah.” Beliau berisyarat dengan tangannya yang maksudnya “Turunkan tagihanmu jadi setengah”, Ka’ab berkata, “Ya, aku akan lakukan, wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (kepada Ibnu Hadrad), “Bangun, bayar hutangmu.” (HR. Bukhari)
Canda Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ عَلَيْنَا وَلِي أَخٌ صَغِيرٌ يُكْنَى أَبَا عُمَيْرٍ وَكَانَ لَهُ نُغَرٌ يَلْعَبُ بِهِ فَمَاتَ فَدَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَرَآهُ حَزِينًا فَقَالَ مَا شَأْنُهُ قَالُوا مَاتَ نُغَرُهُ فَقَالَ يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ *
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasanya masuk menemui kami, ketika itu aku memiliki adik yang masih kecil dipanggil Abu ‘Umair, ia memiliki burung yang sering dipakai mainan. Suatu hari burungnya mati, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuinya, dilihatnya Abu Umair bersedih, Beliaupun bertanya, “Ada apa dengan dia?” Keluarganya menjawab, “Burungnya mati.” Beliau pun bersabda, “Wahai Abu Umair, apa yang terjadi pada si nughair (burung kecil).” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani)
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ كَانَ اسْمُهُ زَاهِرًا كَانَ يُهْدِي لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْهَدِيَّةَ مِنَ الْبَادِيَةِ فَيُجَهِّزُهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ زَاهِرًا بَادِيَتُنَا وَنَحْنُ حَاضِرُوهُ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّهُ وَكَانَ رَجُلًا دَمِيمًا فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا وَهُوَ يَبِيعُ مَتَاعَهُ فَاحْتَضَنَهُ مِنْ خَلْفِهِ وَهُوَ لَا يُبْصِرُهُ فَقَالَ الرَّجُلُ أَرْسِلْنِي مَنْ هَذَا فَالْتَفَتَ فَعَرَفَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ لَا يَأْلُو مَا أَلْصَقَ ظَهْرَهُ بِصَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ عَرَفَهُ وَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يَشْتَرِي الْعَبْدَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِذًا وَاللَّهِ تَجِدُنِي كَاسِدًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَكِنْ عِنْدَ اللَّهِ لَسْتَ بِكَاسِدٍ أَوْ قَالَ لَكِنْ عِنْدَ اللَّهِ أَنْتَ غَالٍ *
Dari Anas radhiyallahu 'anhu berkata, “Ada seorang badui bernama Zaahir, dia suka memberi hadiah kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari pedalaman. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyiapkan perlengkapannya ketika ia hendak pergi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Zaahir orang badui kita, sedang kita orang kotanya.” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sangat mencintainya, ia adalah orang yang berparas jelek, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendatanginya, ketika itu ia sedang menjual barang dagangan, dari belakang Beliau memeluk Zaahir, sedang ia tidak tahu, Zaahir pun berkata, “Lepaskan aku, siapa ini?” ia pun menengok ternyata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Zaahir pun kemudian menempelkan punggungnya ke dada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika tahu siapa di belakangnya, Beliaupun kemudian (bercanda) dengan berkata, “Siapa yang mau beli budak ini?” Maka Zaahir berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, kalau begitu engkau anggap aku ini tidak bernilai.” Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bernilai” atau bersabda, “Namun di sisi Allah kamu mahal.” (HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh Al Haafizh Ibnu Hajar dalam Al ‘Ishaabah)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا اسْتَحْمَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي حَامِلُكَ عَلَى وَلَدِ النَّاقَةِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَصْنَعُ بِوَلَدِ النَّاقَةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَلْ تَلِدُ الْإِبِلَ إِلَّا النُّوقُ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, “Bahwa ada seseorang yang meminta ikut diboncengi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda, “Saya akan bonceng kamu di atas anak unta.” Orang itu kemudian berkata, “Apa yang bisa saya perbuat dengan anak unta.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah setiap unta melahirkan unta yang besar juga.” (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تُدَاعِبُنَا قَالَ إِنِّي لَا أَقُولُ إِلَّا حَقًّا
Dari Abu Hurairah ia berkata: Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau bercanda dengan kami?” Beliau menjawab, “Namun aku tidak mengucapkan kecuali yang benar.” (HR. Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”)
Bersambung...
Wa shallallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihihi wa shahbihi wa sallam
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah, Al Ushul Ats Tsalatsah (Muhammad bin Abdul Wahhab), Nubadz min akhlaaqin Nabi (Abdul Hamid As Suhaibani), Quthuuf minasy Syamaa’ilil Muhammadiyyah (M. bin Jamil Zaenu), Mukhtashar siiratin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (Abdul Ghaniy Al Maqdisi), I’rif Nabiyyaka Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yaa bunayya (Abdul Majid Al Bayanuni), Minhaajul Muslim (Abu Bakar Al Jaza’iri), Riyaadhush Shaalihiin (Imam Nawawi), Untaian Mutiara Hadits (Penulis), dll.
 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger