Al Amtsal (3)

Sabtu, 30 November 2019
بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫وتلك الأمثال نضربها للناس وما يعقلها إلا العالمون‬‎
Al Amtsal (Perumpamaan-Perumpamaan)
(Bagian 3)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang al amtsal (perumpamaan-perumpamaan), semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
CONTOH PERUMPAMAAN DALAM HADITS
Perumpamaan Orang Yang Mengerjakan Keburukan Lalu Diiringi Dengan Kebaikan
Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مَثَلَ الَّذِي يَعْمَلُ السَّيِّئَاتِ، ثُمَّ يَعْمَلُ الْحَسَنَاتِ، كَمَثَلِ رَجُلٍ كَانَتْ عَلَيْهِ دِرْعٌ ضَيِّقَةٌ قَدْ خَنَقَتْهُ، ثُمَّ عَمِلَ حَسَنَةً، فَانْفَكَّتْ حَلْقَةٌ، ثُمَّ عَمِلَ حَسَنَةً أُخْرَى، فَانْفَكَّتْ حَلْقَةٌ أُخْرَى، حَتَّى يَخْرُجَ إِلَى الْأَرْضِ
“Sesungguhnya perumpamaan orang yang mengerjakan keburukan lalu mengerjakan kebaikan adalah seperti seorang yang mengenakan baju besi yang sempit yang menghimpit badannya. Ketika ia mengerjakan kebaikan, maka terlepaslah ikatan yang satu, dan ketika ia mengerjakan kebaikan lagi, maka terlepaslah ikatan kedua sehingga ia terasa bebas (lega) di muka bumi.”  (Hr. Ahmad dan Thabrani dengan dua isnad; dimana salah satu isnadnya adalah para perawi kitab shahih.  Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 3157)
Perumpamaan Seseorang di Dunia Ini
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditemui Umar dalam keadaan berbaring di atas tikar sehingga membekas di rusuk Beliau, maka Umar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau aku buatkan kasur yang lebih empuk dari ini?” Beliau bersabda,
مَا لِي وَلِلدُّنْيَا؟ مَا مَثَلِي وَمَثَلُ الدُّنْيَا، إِلا كَرَاكِبٍ سَارَ فِي يَوْمٍ صَائِفٍ فَاسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا "
“Apa urusanku dengan dunia? Perumpamaanku dengan dunia ini melainkan seperti seorang pengendara yang berjalan di hari yang panas, lalu berteduh di bawah pohon hanya sesaat di siang hari, setelah itu pergi meninggalkannya.”
(Hr. Ahmad, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan Baihaqi. Disahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 3283)
Perumpamaan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan Umatnya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
«إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ أُمَّتِي كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا، فَجَعَلَتِ الدَّوَابُّ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهِ، فَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ وَأَنْتُمْ تَقَحَّمُونَ فِيهِ»
“Sesungguhnya perumpamaan aku dengan umatku adalah seperti seorang yang menyalakan api, lalu serangga-serangga dan laron berjatuhan ke dalamnya, aku berusaha menarik kalian, namun kalian malah menjatuhkan diri ke dalamnya.”
(Hr. Bukhari dan Muslim. Dalam sebuah riwayat Muslim disebutkan,
«مَثَلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا، فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهَا جَعَلَ الْفَرَاشُ وَهَذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا، وَجَعَلَ يَحْجُزُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَتَقَحَّمْنَ فِيهَا، قَالَ فَذَلِكُمْ مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ، أَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنِ النَّارِ، هَلُمَّ عَنِ النَّارِ، هَلُمَّ عَنِ النَّارِ فَتَغْلِبُونِي تَقَحَّمُونَ فِيهَا»
“Perumpamaanku seperti perumpamaan seorang yang menyalakan api. Ketika api itu telah menerangi sekelilingnya, maka laron dan serangga ini menjatuhkan diri ke dalamnya. Aku mencegah mereka, namun mereka malah mendesakku sehingga mereka jatuh ke dalamnya. Demikianlah perumpamaan aku dengan kalian. Aku mencegah kalian agar jangan masuk neraka sambil mengatakan, “Hindarilah neraka! Hindarilah neraka!” Kalian malah mendesakku sehingga kalian jatuh ke dalamnya.”
Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 3660)
Perumpamaan Orang Yang Beramar Ma’ruf dan Nahi Munkar Dengan Orang Yang Meninggalkannya
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhuma, dari Nabi shallallahu alaihi wa salllam, Beliau bersabda,
مَثَلُ القَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالوَاقِعِ فِيهَا، كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ المَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ، فَقَالُوا: لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا، فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا، وَنَجَوْا جَمِيعًا
“Perumpamaan orang yang menegakkan aturan Allah dengan orang yang melanggarnya seperti sebuah kaum yang mengambil tempat di sebuah kapal, sebagian menempati bagian atas, sedangkan sebagian lagi menempati bagian bawah. Mereka yang menempati bagian bawah ketika hendak mengambil air harus melewati orang-orang yang berada di atas, akhirnya mereka berkata, “Kalau sekiranya kita lubangi kapal agar kita memperoleh bagian kita (air) sehingga tidak mengganggu orang-orang yang menempati bagian atas kapal. Jika mereka membiarkannya, maka mereka binasa semua, dan jika mereka mencegahnya, maka mereka akan selamat semuanya.” (Hr. Bukhari dan Tirmidzi. Disahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 2309)
Perumpamaan Teman Yang Baik dan Teman Yang Buruk
Dari Abu Musa, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda,
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ، وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ، كَحَامِلِ الْمِسْكِ، وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan peniup besi (tukang pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, maka bisa saja ia memberikan minyak wangi kepadamu atau engkau bisa beli daripadanya atau engkau mendapatkan aroma yang wangi daripadanya, sedangkan tukang pandai besi, maka bisa saja membuat bajumu terbakar atau engkau mendapatkan aroma yang tidak sedap daripadanya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Perumpamaan Orang Yang Membantu Kaumnya di Atas Keburukan
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الَّذِي يُعِينُ قَوْمَهُ عَلَى غَيْرِ الْحَقِّ، كَمَثَلِ بَعِيرٍ رُدِّيَ فِي بِئْرٍ، فَهُوَ يَنْزِعُ مِنْهَا بِذَنَبِهِ
“Perumpamaan orang yang membantu kaumnya namun tidak di atas kebenaran seperti unta yang jatuh ke dalam sumur, lalu ia menarik unta itu dengan menarik ekornya (yakni dia akan ikut jatuh ke dalam sumur).” (Hr. Baihaqi, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 5838)
Perumpamaan Sikap Manusia Dalam Menerima Ilmu Yang Disampaikan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
Dari Abu Musa Al Asy'ariy ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الهُدَى وَالعِلْمِ، كَمَثَلِ الغَيْثِ الكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ، قَبِلَتِ المَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الكَلَأَ وَالعُشْبَ الكَثِيرَ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ، أَمْسَكَتِ المَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ، وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِه
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya seperti hujan deras yang menimpa sebuah tanah, di antara tanah itu ada yang subur siap menerima air dan menumbuhkan tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang banyak, ada pula tanah yang tandus, tetapi dapat menampung air, lalu Allah menjadikannya bermanfaat bagi manusia, kemudian mereka meminum airnya, mengambil airnya dan bercocok tanam. Hujan itu juga menimpa tanah yang lain yang seperti tanah datar yang licin yang keadaannya tidak menampung air dan tidak menumbuhkan tanaman. Demikianlah perumpamaan orang yang faham agama Allah dan bermanfaat baginya (petunjuk dan ilmu) yang Allah mengutusku dengannya, ia pun belajar dan mengajarkan dan perumpamaan orang yang tidak mengangkat kepalanya (tidak peduli) dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya." (Hr. Bukhari dan Muslim)
Perumpamaan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam Sebagai Penutup Para Nabi Dengan Nabi-Nabi sebelumnya alaihimush shalatu was salam
Dari Ubay bin Ka'ab radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"مَثَلِي فِي النَّبِيِّينَ كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا فَأَحْسَنَهَا وَأَكْمَلَهَا وَأَجْمَلَهَا وَتَرَكَ مِنْهَا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِالبِنَاءِ وَيَعْجَبُونَ مِنْهُ، وَيَقُولُونَ: لَوْ تَمَّ مَوْضِعُ تِلْكَ اللَّبِنَةِ، وَأَنَا فِي النَّبِيِّينَ مَوْضِعُ تِلْكَ اللَّبِنَةِ "
"Perumpamaanku di tengah-tengah para nabi adalah seperti seorang yang membangun rumah, lalu ia memperbagusnya, menyempurnakannya dan memperindahnya, lalu ia tinggalkan satu tempat batu bata (yang tidak ditutupnya). Kemudian orang-orang mengelilingi bangunan itu dan kagum terhadapnya sambil berkata, "Kalau sekiranya ditutup tempat batu bata itu (tentu lebih baik lagi)." Oleh karena itu, aku di tengah-tengah para nabi adalah (penutup) tempat batu bata itu." (Hr. Tirmidzi, ia berkata, "Hasan shahih," Hadits ini dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi dari Ubay bin ka’ab. Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, dan Muslim dari Jabir. Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim dari Abu Sa’id).
CONTOH PERUMPAMAAN DARI ORANG YANG BIJAK
Perumpamaan Orang Yang Mengejar Dunia dan Orang Yang Mengejar Akhirat
Orang yang mengejar dunia seperti orang yang menanam rumput, sehingga tidak tumbuh padi. Sedangkan orang yang mengejar akhirat seperti orang yang menanam padi, maka rumput akan ikut pula tumbuh.
Perumpamaan Orang Yang Menutup Aurat Dengan Orang Yang Membuka Aurat
Orang yang menutup aurat seperti sebuah makanan yang tertutup rapi sehingga dibeli oleh orang-orang yang baik, sedangkan orang yang membuka aurat seperti makanan yang tidak ditutup sehingga didatangi oleh lalat-lalat.
Perumpamaan Orang Yang Ingin Masuk Surga Namun Tidak Mau Beramal Saleh
Orang yang ingin masuk surga namun tidak mau beramal saleh sama seperti orang yang ingin menjadi orang kaya namun tidak mau bekerja.
Perumpamaan Penuntut Ilmu Yang Belajar Namun Tidak Membawa Alat Tulis
Perumpamaan penuntut ilmu yang belajar namun tidak membawa alat tulis seperti petani yang pergi ke sawah tidak membawa cangkul.
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an (Penulis), Shahih At Targhib wat Tarhib (Syaikh M. Nashiruddin Al Albani), Shahih Al Jami Ash Shaghir (M. Nashiruddin Al Albani), Maktabah Syamilah, dll.

Al Amtsal (2)


بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫وتلك الأمثال نضربها للناس وما يعقلها إلا العالمون‬‎
Al Amtsal (Perumpamaan-Perumpamaan)
(Bagian 2)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang al amtsal (perumpamaan-perumpamaan), semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
CONTOH PERUMPAMAAN DALAM AL QUR’AN
Perumpamaan Orang-Orang Yang Mencari Pelindung Kepada Selain Allah Seperti Kepada Patung dan Berhala
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (Qs. Al ‘Ankabut: 41)
Perumpamaan Orang Yang Tidak Mengamalkan Isi Kitab Yang Allah Turunkan
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (Qs. Al Jumu’ah: 5)
Perumpamaan Orang Yang Diberi Ilmu Tetapi Tidak Mengamalkan Ilmunya
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176) سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ (177)
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.--Kalau Kami menghendaki, Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.--Sangat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” (Qs. Al A’raaf: 175-176)
Perumpamaan Untuk Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan Para Sahabatnya
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[i]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Qs. Al Fath: 29)
Perumpamaan Terhadap Keagungan Al Qur’an
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُون
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini ke  sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (Qs. Al Hasyr: 21)
Perumpamaan Amal Orang-Orang Kafir
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ (39) أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ (40)
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila didatanginya air itu ternyata dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.--Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tidaklah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tidaklah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (Qs. An Nuur: 39)
Perumpamaan Manusia Yang Tidak Mau Beribadah Kepada Allah
وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ
“Orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan makan seperti makannya binatang.” (Qs. Muhammad: 12)[ii]
CONTOH PERUMPAMAAN DALAM HADITS
Perumpamaan Orang Yang Mengajarkan Kebaikan Namun Melupakan Dirinya Sendiri
Dari Abu Barzah radhiyiallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
مَثَلُ الَّذِيْ يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ وَ يَنْسَى نَفْسَهُ مَثَلُ الْفَتِيْلَةِ تُضِيء ُلِلنَّاسِ وَ تُحَرِّقُ نَفْسَهَا
“Perumpamaan orang yang mengajar kebaikan kepada manusia namun ia melupakan dirinya sendiri adalah seperti sebuah sumbu, ia menerangi manusia, sedangkan dirinya sendiri terbakar.” (Hr. Al Bazzar dan dinyatakan shahih lighairih oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 130)
Perumpamaan Orang Yang Terburu-Buru Dalam Shalat
Dari Abu Abdillah Al Asy’ari radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaih wa sallam pernah melihat ada seorang yang tidak menyempurnakan ruku dan cepat gerakan sujudnya ketika sedang shalat, maka Beliau bersabda, 
لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ هَذِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Kalau dia meninggal dunia dalam keadaan seperti ini, tentu dia akan meninggal dunia tidak di atas ajaran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.”
Selanjutnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«مَثَلُ الَّذِي لَا يُتِمُّ رُكُوعَهُ ويَنْقُرُ فِي سُجُودِهِ، مَثَلُ الْجَائِعِ يَأْكُلُ التَّمْرَةَ وَالتَّمْرَتَانِ لَا يُغْنِيَانِ عَنْهُ شَيْئًا»
“Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan ruku dan terburu-buru ketika sujud seperti orang yang lapar yang hanya makan sebutir kurma atau dua butir kurma yang tidak dapat menghilangkan laparnya.”
Abu Shalih berkata, “Aku bertanya kepada Abu Abdillah, “Siapa yang menyampaikan hadits ini kepadamu dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?” Ia menjawab, “Para komandan pasukan, yaitu Amr bin Ash, Khalid bin Walid, dan Syurahbil bin Hasanah. Mereka semua mendengarnya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.”
(Hr. Thabrani dalam Al Kabir dan Abu Ya’la dengan isnad hasan. Ibnu Khuzaimah juga meriwayatkan dalam Shahihnya. Dinyatakan hasan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 528)
Perumpamaan Orang Yang Berdzikir Dengan Orang Yang Tidak Berdzikir
Dari Abu Musa radhiyallahu anhu ia berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ»
“Perumpamaan orang yang berdzikir mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak berdzikir seperti perumpamaan orang yang hidup dan yang mati.”
(Hr. Bukhari dan Muslim, hanyasaja lafaz Muslim adalah,
«مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ، وَالْبَيْتِ الَّذِي لَا يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ»
“Perumpamaan rumah yang disebut nama Allah padanya dengan rumah yang tidak disebut nama Allah padanya seperti perumpamaan orang yang hidup dan orang yang mati.”
Lihat Shahih At Targhib no. 1500)
Perumpamaan Orang Yang Menarik Kembali Lagi Pemberiannya
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
َالَّذِيْ يَرْجِعُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَرْجِعُ فِي قَيْئِهِ. (وَفِي رِوَايَةٍ مَثَلُ الَّذِي يَعُوْدُ فِي هِبَتِهِ كَمَثَلِ الْكَلْبِ يَقِيْءُ ثُمَّ يَعُوْدُ فِي قَيْئِهِ فَيَأْكُلُهُ ) . وَلَفْظُ أَبِي دَاوُدَ: الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْعَائِدِ فِي قَيْئِهِ)
“Orang yang menarik kembali pemberiannya seperti anjing yang menelan muntahnya.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Perumpamaan orang yang menarik pemberiannya adalah seperti anjing yang muntah lalu menelan kembali muntahnya dan memakannya.” (Hr. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah. Lafaz Abu Dawud adalah, “Orang yang menarik hibahnya seperti orang yang menelan kembali muntahnya.” Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 2610)
Bersambung...
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an (Penulis), Shahih At Targhib wat Tarhib (Syaikh M. Nashiruddin Al Albani), Shahih Al Jami Ash Shaghir (M. Nashiruddin Al Albani), Maktabah Syamilah, dll.


[i] Maksudnya, pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka.
Menurut Ibnu Abbas –melalui riwayat Ali bin Thalhah-, bahwa tanda-tanda di wajah mereka adalah penampilan yang baik.
Menurut Mujahid dan lainnya, bahwa maksud tanda-tanda di wajah mereka adalah kekhusyuan dan ketawadhuan.
Menurut yang lain, bahwa kebaikan itu memiliki cahaya di hati dan sinar di wajah, kelapangan rezeki, dan kecintaan manusia.
Ada pula yang mengatakan, bahwa di akhirat pada wajah mereka ada cahaya, sehingga dapat diketahui bahwa mereka orang-orang yang melakukan sujud ketika di dunia.
Ada pula yang berpendapat, bahwa ibadah yang mereka lakukan karena banyak dan bagus membekas pada wajah mereka sehingga tampak wajah mereka bercahaya setelah batin mereka disinari dengan shalat.
Amirul Mu'minin Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu berkata, "Tidaklah seseorang menyembunyikan sesuatu, kecuali Allah akan menampakkannya pada roman mukanya dan kekeliruan-kekeliruan lisannya."
Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
«إِنَّ الْهَدْيَ الصَّالِحَ، وَالسَّمْتَ الصَّالِحَ، وَالِاقْتِصَادَ جُزْءٌ مِنْ خَمْسَةٍ وَعِشْرِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ»
"Sesungguhnya bimbingan yang baik, sikap yang baik, dan sederhana termasuk satu di antara dua puluh lima bagian kenabian." (Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani)
[ii] Mereka tidak peduli terhadap akhirat, bahkan yang mereka fikirkan adalah memuaskan kebutuhan perut dan seksual mereka. Berdasarkan ayat ini, mereka yang hanya memikirkan dan mengejar dunia tanpa menyempatkan diri beribadah kepada Allah Azza wa Jalla di sela-sela waktunya, maka tidak bedanya dengan binatang, karena yang membedakan kita dengan mereka di antaranya adalah ibadah, dimana hewan tidak dibebani beribadah, sedangkan manusia dan jin dibebani beribadah kepada Allah Azza wa Jalla.

Al Amtsal (1)


بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫وتلك الأمثال نضربها للناس‬‎
Al Amtsal (Perumpamaan-Perumpamaan)
(Bagian 1)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Termasuk ke dalam metode pengajaran yang terbaik adalah dengan memberikan perumpamaan, bahkan yang demikian merupakan tanda kebijaksanaan pemberi pengajaran. Dengan perumpamaan, makna dapat disampaikan ke dalam fikiran dengan mudah dan jelas.
Kalau kita perhatikan Al Qur’an dan As Sunnah, kita akan temukan banyak perumpamaan yang dibuat. Berikut pembahasan tentang al amtsal (perumpamaan-perumpamaan), semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
Faedah Perumpamaan
Dalam Al Qur’an disebutkan banyak perumpamaan. Hal itu, bisa sebagai peringatan, nasihat, dorongan, pencegahan, mengambil pelajaran, mengukuhkan, mendekatkan maksud bagi akal, memberikan gambaran dengan gambaran realita yang dapat dirasakan. Perumpamaan-perumpamaan dalam Al Qur’an ada yang menerangkan perbedaan pahala, pujian dan celaan, memperbesar masalah atau memperkecilnya, mewujudkan suatu perkara atau membatalkannya.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini berbagai perumpamaan agar mereka dapat mengambil pelajaran.” (Qs. Az Zumar: 27)
Perumpamaan orang yang faham Al Qur’an dengan orang yang tidak faham
Iyasy bin Mu’awiyah berkata, “Perumpamaan orang yang membaca Al Qur’an tetapi tidak mengetahui tafsirnya adalah seperti sebuah kaum yang diberikan kitab dari Raja mereka di malam hari, namun mereka tidak memiliki lampu, sehingga mereka merasa cemas, dan tidak mengetahui isi kitab tersebut. Sedangkan perumpamaan orang yang mengetahui tafsir adalah seperti seorang yang diberikan kitab dengan ada lampu padanya sehingga mereka dapat membaca isi kitab itu.”
CONTOH PERUMPAMAAN DALAM AL QUR’AN
Perumpamaan Untuk Orang-Orang Munafik
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ (17) صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ (18)
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.--Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),” (Qs. Al Baqarah: 17-18)
Perumpamaan Orang-Orang Yang Berinfak di Jalan Allah
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir mengeluarkan seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Qs. Al Baqarah: 261)
Perumpamaan Sesembahan Yang Disembah Manusia Selain Allah
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
“Wahai manusia! Telah dibuatkan perumpamaan maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tidaklah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sangat lemah yang menyembah dan sangat lemah pula yang disembah.” (Qs. Al Hajj: 73)
Perumpamaan Mereka Yang Berdoa dan Memohon Kepada Selain Allah Ta’ala
لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ
“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.” (Qs. Ar Ra’d: 14)
Perumpamaan Kebenaran dan Kebatilan, dan Bahwa Kebatilan itu Akan Lenyap
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ (17)
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari logam yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; sedangkan yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (Qs. Ar Ra’d: 17)
Perumpamaan Kalimat Tauhid dan Kalimat Kufur Serta Hasil Masing-Masingnya
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26) يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (27)
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh, dan cabangnya (menjulang) ke langit,----Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.--Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.--Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim: 25-27)
Perumpamaan Tentang Hakikat Kehidupan Dunia
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُون
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya keputusan Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (Qs. Yunus: 24)
Perumpamaan Amal Orang-Orang Kafir
مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (Qs. Ibrahim: 18)
Perumpamaan Cahaya Allah Azza wa Jalla
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[i], yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki. Allah membuatkan perumpamaan-perumpamaan itu bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Qs. An Nuur: 35)
Bersambung...

Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an (Penulis), Shahih At Targhib wat Tarhib (Syaikh M. Nashiruddin Al Albani), Shahih Al Jami Ash Shaghir (M. Nashiruddin Al Albani), Maktabah Syamilah, dll.


[i] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik.

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger