بسم الله الرحمن الرحيم
Kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam
(Bag. 3)
Kesedihan
Ya'qub semakin bertambah dan bagaimana Beliau tetap tidak berputus asa
Maka
ayah mereka pergi meninggalkan anak-anaknya dan mulai menangisi Yusuf dan
saudaranya sampai matanya buta karena rasa sedih yang mendalam, lalu anak-anak
mereka berkata, "Demi Allah, kamu senantiasa mengingat Yusuf, sehingga
kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang
binasa".
Yakni
sehingga badannya semakin kurus dan kekuatannnya semakin lemah.
Ya'qub
menjawab, "Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan
kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak
mengetahuinya."
Maka
Nabi Ya'qub meminta mereka mencari Yusuf dan saudaranya, ia menyadari sebagai
seorang mukmin bahwa dirinya tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah.
Selanjutnya anak-anaknya pergi menuju Mesir pada kesekian kalinya untuk mencari
saudara mereka dan mencari sebagian makanan dengan membawa barang-barang yang
kurang berharga. Ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata,
"Wahai Al Aziz! Kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami
datang membawa barang-barang yang tidak berharga, maka sempurnakanlah sukatan
untuk kami, dan bersedekahlah kepada Kami, sesungguhnya Allah memberi balasan
kepada orang-orang yang bersedekah."
Yusuf
memberitahukan jati dirinya
Lalu
Yusuf menimpali kata-kata mereka secara tiba-tiba dengan ucapan ini, "Apakah
kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan
saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu?".
Mereka
pun balik menjawab, "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?".
Yusuf
menjawab, "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah
melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa
dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat baik."
Maka
saudara-saudaranya pun meminta maaf kepadanya dan mengakui kesalahannya, lalu
Yusuf memaafkannya dan memintakan ampunan kepada Allah untuk mereka, lalu Yusuf
bertanya kepada mereka tentang ayahnya. Dari berita yang disampaikan, Yusuf
mengetahui bahwa ayahnya telah buta matanya karena kesedihannya atas kehilangan
Yusuf, lalu Yusuf berkata kepada mereka, "Pergilah kamu dengan membawa
baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat
kembali; dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku."
Kemudian
mereka membawa gamisnya dan keluar dari Mesir menuju kampung mereka di
Palestina. Di tengah perjalanan, sebelum kafilah itu datang, Nabi Ya'qub telah
merasakan wangi Nabi Yusuf, ia berkata, "Sesungguhnya aku mencium wangi
Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan
aku)".
Keluarganya
berkata, "Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang
dahulu."
Pertemuan
Yusuf dengan ayahnya
Setelah
berlalu beberapa hari, saudara-saudara Yusuf kembali kepada ayahnya dan
memberitahukan kabar gembira tentang saudara mereka Yusuf, lalu mereka
mengeluarkan gamis Yusuf dan meletakkan ke wajah ayahnya, maka penglihatannya
pun kembali normal.
Ketika
itu, saudara-saudara Yusuf meminta kepada ayahnya agar memintakan ampunan untuk
mereka kepada Allah, maka Nabi Ya'qub menjanjikan akan memintakan ampunan untuk
mereka nanti di waktu sahur, karena waktu tersebut lebih mustajab.
Selanjutnya
Ya'qub beserta anak-anaknya (Bani Israil) pergi meninggalkan Palestina menuju
Mesir, dan saat mereka masuk ke negeri Mesir, maka mereka disambut dengan
sambutan yang besar. Yusuf juga memuliakan kedua orang tuanya dan menempatkannya
di kursinya. Ketika itu, Ya'qub dan istrinya beserta sebelas anaknya tidak
sanggup menahan dirinya untuk sujud sebagai penghormatan kepada Yusuf, dan
ingatlah Yusuf akan mimpinya terdahulu ketika ia masih kecil; dan bahwa matahari
dan bulan adalah ibu dan bapaknya, sedangkan sebelas bintang adalah
saudara-saudaranya. Yusuf berkata, "Wahai ayahku Inilah ta'bir mimpiku
yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. dan
sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku
dari rumah penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah
setan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya
Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang
Maha mengetahui lagi Mahabijaksana. (Lihat Yusuf: 100)
Ketika
Nabi Yusuf memegang pemerintahan Mesir, maka Yusuf menggunakan kesempatan itu
untuk mengajak rakyatnya menyembah Allah dan setelah selesai urusannya dan ia
merasa bahwa hidupnya tidak lama, ia pun berkata sambil mengakui nikmat Allah,
menyukurinya dan berdoa agar tetap di atas Islam sampai akhir hayat, Yusuf
berkata, " Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau
telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan
kepadaku sebahagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta langit dan bumi,
Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan
muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” (Lihat QS. Yusuf:
101)
Dalam
Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
pernah ditanya tentang orang yang paling mulia? Beliau menjawab, "Yaitu
orang yang paling bertakwa." Maka para sahabat berkata, "Bukan ini
maksud pertanyaan kami?" Beliau pun bersabda, "Yaitu Yusuf seorang
Nabi Allah putera Nabi Allah putera Nabi Allah putera kekasih Allah."
Kisah
Nabi Yusuf ini secara panjang lebar disebutkan Allah dalam surah Yusuf.
Selesai dengan pertolongan Allah
dan taufiq-Nya, wa shallallahu
‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraaji’: Al Qur’anul Karim, Hidayatul Insan
bitafsiril Qur'an (Abu Yahya Marwan), Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs
www.islam.aljayyash.net), Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu
Katsir, takhrij Syaikh Salim Al Hilaaliy), dll.
0 komentar:
Posting Komentar