بسم الله الرحمن الرحيم
Kisah Nabi Musa dan Harun ‘alaihimass salam (bag. 4)
Nabi
Musa 'alaihis salam menerima Taurat
Bani
Israil hidup dalam keamanan dan ketenteraman, dan mereka butuh kepada
undang-undang yang dapat mereka gunakan sebagai aturan hidup serta syariat yang
mengatur mereka, maka Allah mewahyukan kepada Nabi Musa untuk keluar sendiri ke
tempat tertentu untuk menerima syariat yang nanti akan dijadikan rujukan oleh
Bani Israil, maka Beliau mengangkat Harun sebagai penggantinya; menasihatinya dan
mengingatkannya kepada Allah serta memperingatkannya agar tidak menjadi
orang-orang yang berusaha mengadakan kerusakan di bumi.
Beliau
pun pergi ke gunung yang Beliau pernah mendapat wahyu pertama kali ketika
Beliau pulang dari Madyan ke Mesir dan ketikan itulah diturunkan kepada Beliau
kitab Taurat. Dan ketika Nabi Musa 'alaihis salam menyaksikan bahwa Allah telah
memuliakannya serta diberi kelebihan, maka ia meminta kepada Allah agar diberi
kesempatan untuk melihat-Nya karena mengira bahwa Allah dapat dilihat di dunia,
maka Allah menolak permintaan itu dan menerangkan bahwa Beliau tidak akan
sanggup melihat Allah 'Azza wa Jalla. Disebutkan kejadian ini di surat Al
A'raaf: 143, Allah Ta'ala berfirman,
"Dan
ketika Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa,
"Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
Engkau." Allah berfirman, "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku,
tetapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (seperti semula)
niscaya kamu dapat melihat-Ku." Ketika Tuhannya menampakkan diri kepada
gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.
maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku
bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama beriman."
Kemudian
Nabi Musa 'alaihis salam mengambil lauh-lauh yang berisi Taurat, di dalam kitab
itu terdapat nasihat dan hukum-hukum untuk mengatur kehidupan Bani Israil.
Bani
Israil menyembah patung anak sapi
Sepeninggal
Musa, ternyata Bani Israil telah disimpangkan oleh seorang yang bernama Samiri,
ia mengumpulkan perhiasan dan emas mereka serta membuatkan patung yang berongga
dalam bentuk anak sapi, dimana jika angin masuk ke dalamnya dari lubang yang
satu dan keluar dari lubang yang lain, maka akan keluar suara yang mirip suara
anak sapi, lalu Samiri memberitahukan mereka, bahwa itu adalah tuhan mereka dan
tuhan Musa, akhirnya Bani Israil percaya dan menyembah patung tersebut meninggalkan
menyembah Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Maka Nabi Harun menasihati dan
mengingatkan mereka, tetapi mereka tetap saja di atas kebodohan itu, tidak
sadar dan tidak memperhatikan nasihat Harun, bahkan mereka menyanggahnya dan
hampir saja membunuhnya. Mereka juga memberitahukan, bahwa mereka tidak akan
meninggalkan penyembahan kepada patung itu sampai Musa kembali.
Ketika
Nabi Musa 'alaihis salam kembali, ia mendapati kaumnya dalam keadaan seperti
itu, ia pun marah dengan marah yang besar karena kecewa bercampur sedih, hingga
ia pun melempar lauh-lauh yang berisi Taurat itu dari tangannya, lalu ia
mendatangi Nabi Harun, memegang kepala dan janggutnya sambil menariknya dan
berkata, "Wahai Harun! Apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat
mereka telah sesat,--(sehingga) kamu tidak mengikuti Aku? Maka Apakah kamu
telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" (lihat Thaahaa: 92-93)
Harun
pun berkata, "Wahai putera ibuku! Janganlah kamu pegang janggutku dan
jangan (pula) kepalaku, "Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata
(kepadaku), "Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak
memelihara amanatku."
Beliau
juga memberitahukan Nabi Musa bahwa kaumnya hampir saja membunuhnya, maka Musa
pun meninggalkannya dan pergi mendatangi Samiri; orang yang membuat patung
tersebut dan bertanya tentang alasannya, lalu Samiri memberitahukan alasannya,
kemudian Musa membakar patung itu hingga habis dan membuang ampasnya ke laut.
Kemudian
Nabi Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu
telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu
(sembahanmu), maka bertobatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah
dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu;
maka Allah akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima tobat
lagi Maha Penyayang." (Lihat Al Baqarah: 54)
Kemudian
Allah 'Azza wa Jalla memberitahukan kepada Musa, bahwa Harun telah berlepas
diri dari mereka dan ia telah berusaha keras untuk menjauhkan mereka dari
menyembah patung anak sapi, maka hati Nabi Musa pun tenang karena ternyata
saudaranya tidak ikut serta dalam perbuatan dosa itu, maka Nabi Musa 'alaihis
salam menghadapkan dirinya kepada Allah 'Azza wa Jalla memintakan ampunan untuk
dirinya dan saudaranya, Beliau berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha
Penyayang di antara para penyayang." (lihat Al A'raaf: 151)
Kemudian
Nabi Musa 'alaihis salam memilih tujuh puluh orang yang terbaik dari kalangan
mereka untuk pergi bersamanya ke sebuah tempat yang ditentukan Allah 'Azza wa
Jalla. Pada saat mereka telah sampai di tempat tersebut, mereka malah meminta
untuk melihat Allah secara nyata, maka Nabi Musa marah kepada mereka dengan
keras, dan Allah menurunkan halilintar yang membinasakan mereka hingga ruh-ruh
mereka melayang. Lalu Nabi Musa 'alaihis salam berdoa kepada Allah dan
merendahkan diri kepada-Nya meminta agar Dia memberikan rahmat kepada mereka
itu. Maka Allah mengabulkan permohonan Nabi Musa 'alaihis salam dan Dia
menghidupkan mereka yang mati karena tersambar halilintar agar mereka bersyukur
kepada Allah 'Azza wa Jalla karena telah menghidupkan mereka setelah matinya
(lihat Al Baqarah: 55-56). Kemudian Nabi Musa membawa mereka kembali kepada
kaumnya dan membacakan kitab Taurat kepada mereka serta menerangkan nasihat dan
hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Beliau juga mengambil perjanjian dari
mereka untuk mau mengamalkan isinya, mereka pun mau berjanji dengan terpaksa
setelah Allah mengangkat gunung di atas mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'ala
berfirman:
"Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit
(Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman), "Peganglah teguh-teguh apa
yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab, "Kami
mendengar tetapi tidak mentaati." Dan telah diresapkan ke dalam hati
mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah,
"Sangat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika
betul kamu beriman (kepada Taurat)." (Terj. QS. Al Baqarah: 93)
Perintah
Allah kepada Bani Israil untuk masuk ke negeri Palestina
Selanjutnya
Allah memberikan wahyu kepada Nabi Musa 'alaihis salam, bahwa telah tiba
saatnya bagi Bani Israil untuk masuk dan menempati negeri yang diberkahi, yaitu
Palestina, maka Nabi Musa 'alaihis salam senang sekali, akan tetapi Bani Israil
ternyata sebagai orang-orang yang pengecut dan penakut, mereka berkata kepada
Nabi Musa 'alaihis salam, "Wahai Musa! Sesungguhnya dalam negeri itu
ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan
memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya,
pasti Kami akan memasukinya." (lihat Al Maa'idah: 22)
Ketika
itulah ada dua orang mukmin di antara mereka yang berkata, "Serbulah
mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka jika kamu memasukinya
niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal,
jika kamu benar-benar orang yang beriman."
Tetapi
Bani Israil tetap menolaknya dan berkata dengan perkataan yang sangat buruk,
"Wahai Musa! Kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya,
selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini
saja." (Lihat Al Maa'idah: 23-24)
Maka
bertambahlah kemarahan Nabi Musa kepada kaumnya yang lupa kepada nikmat Allah.
Ketika itulah Nabi Musa berdoa kepada Allah agar menjauhkan dirinya dengan
kaumnya yang fasik itu, Beliau berkata, "Ya Tuhanku, aku tidak
menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami
dengan orang-orang yang fasik itu." (Terj. QS. Al Maa'idah: 25)
Hukuman
kepada Bani Israil karena menolak perintah Allah Subhaanahu wa Ta'ala
Kemudian
datanglah jawaban dari Allah 'Azza wa Jalla yang isinya, "(Jika
demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat
puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi
(padang sahara) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib)
orang-orang yang fasik itu." (Terj. QS. Al Maa'idah: 26).
Demikianlah
hukuman Allah kepada Bani Israil, mereka tersesat terus selama empat puluh
tahun di padang sahara, hingga generasi yang penakut ini meninggal dan
digantikan oleh generasi yang pemberani yang kemudian mereka mau berperang di
bawah pimpinan Nabi Yusya' bin Nun setelah Nabi Musa wafat.
Bersambung…
Marwan bin Musa
Maraaji’: Al Qur’anul Karim, Hidayatul Insan
bitafsiril Qur'an (Abu Yahya Marwan), Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs
www.islam.aljayyash.net), Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu
Katsir, takhrij Syaikh Salim Al Hilaaliy), dll.
0 komentar:
Posting Komentar