بسم
الله الرحمن الرحيم
Jalan Menuju Surga
سَعِدَ الَّذِيْنَ تَجَنَّبُوْا
سُبُلَ الرَّدَى -وَتَيَمَّمُوْا لِمَنَازِلِ الرِّضْوَانِ
فَهُمُ اَّلذِيْنَ اَخْلَصُوْا فِي
مَشْيِهِمْ -مُتَشَرِّعِيْنَ بِشِرْعَةِ الْإِيْمَانِ
وَهُمُ الَّذِيْنَ
بَنَوْامَنَاِزلَ سَيْرِهِمْ-بَيْنَ الرَّجَاءِ وَالْخَوْفِ لِلدَّيَّانِ
وَهُمُ الَّذِيْنَ مَلاَ الْإِلَهُ
قُلُوْبَهُمْ- بِوِدَادِهِ وَمَحَبَّةِ الرَّحْمَنِ
وَهُمُ الَّذِيْنَ اَكْثَرُوْا
مِنْ ذِكْرِهِ-فِى السِّرِّ وَالْإِعْلاَنِ وَالْأَحْيَانِ
يَتَقَرَّبُوْنَ اِلَى الْمَلِيْكِ
بِفِعْلِهِمْ-طَاعَاتِهُ وَالتَّرْكِ لِلْعِصْيَانِ
Berbahagialah orang-orang yang menjauhi jalan-jalan ke arah
kebinasaan
Pergi menuju tempat-tempat keridhaan.
Mereka adalah orang yang ikhlas dalam melakukan perjalanan
Berbekal dengan layar iman
Mereka bangun dasar pijakan antara sikap raja’ (berharap) dan
khauf (cemas) kepada Allah Pemberi keputusan.
Allah memenuhi hati mereka dengan rasa kasih dan cinta kepada Ar
Rahman.
Mereka sering menyebut nama-Nya, baik ketika sepi, ramai dan di
setiap keadaan.
Mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan, berupa ketaatan
dan menjauhi kemaksiatan.
Penjelasan singkat bait pertama
Jalan-jalan ke arah kebinasaan adalah kemaksiatan yang akan mengarah kepada kebinasaan (neraka),
ia adalah jalan setan. Contohnya adalah syirk (menyekutukan Allah), meninggalkan
shalat, durhaka kepada orang tua, enggan membayar zakat, meninggalkan puasa
Ramadhan, memakan harta anak yatim, memakan riba, membunuh, berzina, bersumpah
palsu, khianat dsb. Sedangkan tempat-tempat keridhaan adalah kebalikannya,
yaitu ketakwaan yang akan mengarah kepada kebahagiaan (surga).
Mereka adalah orang yang ikhlas, yakni ikhlas yang disertai dengan mutaba’ah (mengikuti contoh)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, keduanya adalah syarat diterimanya
ibadah.
Mereka bangun dasar pijakan antara sikap raja’ (berharap) dan
khauf, maksudnya dalam beribadah mereka memiliki
rasa raja’ (berharap); yakni berharap agar ibadah mereka diterima dan merasa
khawatir jika tidak diterima. Ketika mereka melihat diri mereka kurang memenuhi
hak Allah, timbul rasa khawatir di hati mereka, dan ketika mereka melihat
nikmat dan karunia Allah, timbul rasa raja’ (berharap) di hati mereka.
Allah memenuhi hati mereka dengan rasa kasih dan cinta kepada-Nya, maksudnya hati mereka cinta kepada Allah sehingga muncul usaha
menggapai ridha-Nya dengan beramal shalih. Ada beberapa sebab agar dicintai Allah, di antaranya
adalah membaca Al Qur’an dengan mentadabburi dan memahami maknanya, mendekatkan
diri kepada Allah dengan melakukan amalan sunnah setelah amalan wajib,
senantiasa berdzikr kepada Allah, mendahulukan yang Allah cintai apabila
dihadapkan dua hal yang dicintainya, mempelajari nama Allah dan sifat-Nya,
memperhatikan nikmat Allah baik yang tampak maupun tersembunyi serta
memperhatikan pemberian-Nya kepada kita agar membantu kita bersyukur, pasrah
kepada Allah dan menampakkan sikap butuh kepada-Nya, qiyamullail di sepertiga
malam terakhir dengan disudahi istighfar dan taubat, duduk bersama orang-orang
shalih yang cinta karena Allah serta mengambil nasehat dari mereka dan menjauhi
sebab yang menghalangi hati dari mengingat Allah.
Mereka sering menyebut nama-Nya, baik ketika sepi, ramai dan di
setiap keadaan, yakni
dengan banyak berdzikr.
فِعْلُ الْفَرَائِضِ
وَالنَّوَافِلُ دَأْبُهُمْ-مَعَ رُؤْيَةِ التَّقْصِيْرِ وَالنُّقْصَانِ
صَبَّرُواالنُّفُوْسَ
عَلَىالْمَكَارِهِ كُلِّهَا-شَوْقًااِلىَ مَا فِيْهِ مِنْ اِحْسَانٍ
نَزَلُوْا بِمَنْزِلَةِ الرِّضَى
فَهُمْ بِهَا-قَدْ اَصْبَحُوْا فِي جُنَّةٍ وَاَمَانٍ
شَكَرُواالَّذِيْ
اَوْلَىالْخَلاَئِقِ فَضْلَهُ-بِالْقَلْبِ وَاْلأَقْوَالِ وَالْأَرْكَانِ
صَحِبُوالتَّوَكُّلَ فِيجَمِيْعِ اُمُوْرِهِمْ-مَعَ بَذْلِ
جُهْدٍفىِرِضَى الرَّحْمَنِ
عَبَدُوااْلإِلَهَ عَلَى
اعْتِقَادِ حُضُوْرِهِ-فَتَبَوَّؤُوْا فِي مَنْزِلِ الْإِحْسَانِ
Mengerjakan amalan wajib dan sunat kebiasaan mereka, namun dengan
merasakan kekurangan.
Mereka menahan diri menerima hal yang tidak mengenakkan untuk
mencapai sikap ihsan
Mereka menempati sikap ridha, di mana dengannya mereka berada
dalam perisai dan keamanan
Mereka berterima kasih kepada manusia yang paling tinggi
keutamaannya (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) baik dengan hati,
kata-kata maupun tindakan
Teman mereka adalah tawakkal dalam setiap masalah, namun dengan
usaha untuk mencapai keridhaan Ar Rahman.
Mereka beribadah kepada Allah dengan merasakan pengawasan-Nya,
sehingga mereka mencapai derajat ihsan.
Penjelasan singkat bait kedua
Mengerjakan amalan wajib dan sunat kebiasaan mereka, namun dengan
merasakan kekurangan,
Inilah kesempurnaan, yaitu mengerjakan ibadah namun merasakan
kekurangan, sehingga dapat menghindarkan diri dari rasa malas dan dapat
menghindarkan sifat ‘ujub (bangga diri) yang dapat merusak dan membatalkan
amalan.
Mereka menahan diri menerima hal yang tidak mengenakkan, yakni untuk mencapai ridha Ar rahman. Mereka sabar menjalankan ketaatan,
mereka sabar meninggalkan kemaksiatan dan mereka sabar terhadap taqdir buruk
yang menimpa mereka dengan tidak keluh kesah.
Mereka menempati sikap ridha, di mana dengannya mereka berada
dalam perisai dan keamanan
Ridha lebih tinggi daripada sabar, karena sabar hanya menahan
dirinya dengan adanya pertentangan batin, namun jika sudah ridha, maka
pertentangan batin itu luluh dan hilang. Dengan sikap ridha hidup terasa nikmat
dan terasa sejuk dipandang mata. Oleh karena itu, ridha dinamakan juga “Perisai
dunia dan tempat beritirahat para ahli ibadah”. Hakikat ridha adalah kamu
menghadapi ketetapan-ketetapan Allah baik yang syar’i (dalam agama-Nya) maupun
yang kauni (di alam semesta) dengan dada yang lapang, jiwa yang senang, tanpa
benci dan keluh kesah.
Teman mereka adalah tawakkal dalam setiap masalah, namun dengan
usaha untuk mencapai keridhaan Ar Rahman
Dengan keduanya “tawakkal dan usaha” seseorang akan mencapai
kesempurnaan. Hakikat tawakkal adalah seseorang bersandar kepada Allah dan
yakin kepada-Nya dalam mencapai suatu manfaat baik berkaitan dengan agama
maupun dunia dan berusaha menjalani sebab-sebabnya. Sehingga, ketika seseorang
berniat mengerjakan ibadah, ia berusaha menyempurnakan dan memperbaikinya, lalu
beralih kepada Allah, mengharap kepada-Nya agar dibantu menyempurnakan
kekurangannya, dengan husnuzh zhan (bersangka baik) bahwa apa yang
diharapkannya akan tercapai.
Bukanlah termasuk tawakkal yang benar jika seseorang bersandar
kepada Allah, namun tidak dibarengi usaha. Dan bukanlah termasuk tawwakkal,
jika seseorang berusaha menggapai manfaat, namun bersandar kepada dirinya,
tidak kepada Allah.
Mereka beribadah kepada Allah dengan merasakan pengawasan-Nya,
sehingga mereka mencapai derajat ihsan
Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam
tentang ihsan, yaitu:
اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ
تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Kamu beribadah kepada Allah, seakan-akan
kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak merasa begitu, maka ketahuilah bahwa Dia
melihatmu.” (HR. Muslim)
Ihsan adalah kedudukan tertinggi, akan tetapi untuk ke arahnya
seseorang butuh tahapan sedikit demi sedikit sehingga nantinya menjadi
terbiasa. Dengan ihsan seorang hamba akan merasakan kenikmatan dan rasa senang
ketika dekat dengan Tuhannya.
نَصَحُواالْخَلِيْقَةَفِىرِضَىمَحْبُوْبِهِمْ-بِاْلعِلْمِ
وَالْإِرْشَادِ وَالْإِحْسَانِ
صَحِبُوا الْخَلاَئِقَ
بِالْجُسُوْمِ-وَاِنَّمَاأَرْوَاحُهُمْ فِى مَنْزِلٍ فَوْقَانِي
اَلَابِاللهِ دَعْوْتُ
الْخَلاَئِقَ وَالْمَشَاهِدَكُلَّهَا-خَوْفًاعَلَىالْإِيْمَانِ
مِنْ نُقْصَانٍ
عَزَفُوا الْقُلُوْبَ عَنِ
الشَّوَاغِلِ كُلِّهَا-قَدْ فَرَّغُوْا مِنْ سِوَى الرَّحْمَنِ
حَرَكَاتُهُمْ وَهُمُوْمُهُمْ
وَعُزُوْمُهُمْ- ِللهِ لاَلِلْخَلْقِ وَالشَّيْطَانِ
نِعْمَ الرَّفِيْقُ لِطَالِبِ
السُّبُلِ الَّتِي-تُفْضِي اِلَى الْخَيْرَاتِ وَاْلِإحْسَانِ
Mereka memberi nasehat kepada setiap orang untuk menggapai
kecintaan Allah dengan ilmu, bimbingan dan kebijaksanaan.
Mereka bersama manusia dengan badannya, namun ruh mereka
sebenarnya berada di atas tingkatan
Ketahuilah, karena Allah aku menyeru manusia dan sekitarnya,
lantaran khawatir terhadap lemahnya iman.
Mereka hindarkan hati dari semua yang melalaikan, selain dari
beribadah kepada Ar Rahman.
Gerakan mereka, niat dan tekad karena Allah, bukan karena manusia
dan setan.
Mereka adalah sebaik-baik teman bagi pencari jalan yang mengarah
kepada kebaikan dan kebahagiaan.
Penjelasan singkat bait ketiga
Mereka memberi nasehat kepada setiap orang untuk menggapai
kecintaan Allah dengan ilmu, bimbingan dan kebijaksanaan,
Inilah keadaan mereka terhadap orang lain; keadaan yang paling
baik dan mulia. Mereka tampakkan rasa cinta dan keinginan agar orang lain
mendapatkan kebaikan seperti dirinya. Sehingga mereka berusaha semampu mungkin
menghilangkan keburukan yang menimpa mereka, serta berusaha memberikan hal yang
bermanfaat semampunya. Mereka beramr ma’ruf dan bernahy mungkar, berdakwah dan
menasehati mereka, memberi makan orang yang lapar, memberi pakaian orang yang
tidak memilikinya, membantu orang yang kesusahan dan membutuhkan bantuan,
mengajarkan orang yang tidak tahu, menghentikan kezhaliman yang dilakukan
seseorang dan membela orang yang dizhalimi, siap menerima gangguan dari orang
lain dan menahan diri dari mengganggu orang lain. Mereka bersungguh-sungguh
dalam beribadah kepada Allah dibarengi berbuat baik kepada sesama.
Ketahuilah, karena Allah aku menyeru manusia dan sekitarnya,
lantaran khawatir terhadap lemahnya iman
Oleh karena itu, seorang hamba hendaknya tetap memperhatikan jati
dirinya, melihat kekurangan pada dirinya. Ia pun berusaha menutupinya dengan
beramal shalih, setelah itu menjaganya dari segala yang membatalkan amalan.
Karena menjaga amal lebih berat daripada beramal. Setiap kali perhatian dan
kesungguhannya terhadap amal semakin tinggi, maka semakin tinggi pula imannya.
Ia pun hendaknya memiliki rasa takut dan harap; takut dari sifat ‘ujub (bangga
diri), riya’ (pamer), takabbur (sombong) dsb. dan berharap kepada Allah agar
amalannya diterima.
Mereka hindarkan hati dari semua yang melalaikan, selain dari
beribadah kepada Ar Rahman, yakni mereka
berusaha menghindarkan semua yang dapat menjauhkan dari Allah dan
keridhaan-Nya. Inilah hakikat zuhud, perhatiannya kepada ibadah lebih tinggi,
sehingga ia tidak banyak-banyak dalam sesuatu selain hal yang bernilai ibadah.
Pikirannya sering melayang dalam hal-hal yang dapat mendekatkan dirinya kepada
Allah. Juga tidak lepas dari memikirkan kubur serta keadaan yang akan terjadi
di alam kubur, memikirkan kiamat dan kedahsyatannya, memikirkan neraka dan
penghuninya serta memikirkan surga dan penduduknya. Pikirannya tidak lepas dari
semua ini, inilah memikirkan hal yang bermanfaat. Sebaliknya, memikirkan hal
yang tidak bermanfaat hanya membawa penderitaan, waktunya sia-sia dan
menyibukkan pikiran dengan hal yang tidak bermanfaat baik untuk sekarang maupun
yang akan datang.
Mereka adalah sebaik-baik teman bagi pencari jalan yang mengarah
kepada kebaikan dan kebahagiaan
Ya, merekalah sebaik-baik teman. Mereka ibarat penjual minyak
wangi, seperti dalam sabda Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam berikut:
«
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ
الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً
وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا
خَبِيثَةً
“Sesungguhnya perumpamaan kawan yang shalih
dengan kawan yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang besi.
Penjual minyak wangi, bisa saja memberi minyak wangi kepadamu, kamu bisa membeli
darinya dan bisa juga mencium wanginya. Sedangkan tukang besi, bisa saja
membakar bajumu atau jika tidak, kamu mencium bau yang tidak sedap.” (HR.
Muslim)
Berkawan dengan orang shalih akan kamu dapatkan kebaikannya dari
berbagai sisi. Sebagaimana berkawan dengan orang buruk, akan kamu dapatkan
keburukannya, paling sedikit kamu akan merasa risih di sampingnya.
Kita meminta kepada Allah dengan nama-nama-Nya Yang Indah dan
sifat-sifat-Nya yang tinggi agar Dia menunjukkan jalan yang lurus; jalan
orang-orang yang diberi-Nya nikmat, jalannya para nabi, para shiddiqin, para
syuhada dan orang-orang shalih. Merekalah teman yang sebaik-baiknya. Amin ya
Rabbal ‘Alamin.
Marwan bin Musa
Diringkas dari Syarh Manzhuumah As sair ilallah wad daaril
aakhirah karya Syaikh Abdurrahman As Sa’diy dengan diberikan tambahan.
0 komentar:
Posting Komentar