بسم الله الرحمن الرحيم
Kisah Nabi Musa dan Harun ‘alaihimass salam (bag. 2)
Kembalinya
Musa ke Mesir dan diangkatnya Beliau sebagai nabi
Maka
berangkatlah Musa menuju Mesir bersama keluarganya, sehingga ketika mereka
merasakan kegelapan, maka mereka duduk beristirahat agar dapat melanjutkan
perjalanan lagi. Ketika itu, cuaca sangat dingin sekali, maka Musa pun mencari
sesuatu untuk dapat menghangatkan badannya, ia pun melihat api dari jauh, lalu
meminta keluarganya menunggu di situ agar ia dapat mengambil sesuatu untuk
menghangatkan badan. Maka Musa pun pergi mendatangi api itu dengan membawa
tongkatnya.
Lebih
dari seorang mufassir baik dari kalangan salaf maupun khalaf berkata,
"Nabi Musa pergi menuju api yang dilihatnya itu dan setelah sampai di
sana, didapatinya api itu menyala-nyala di sebuah pohon hijau, yaitu pohon
Ausaj (jenis pohon yang berduri), apinya semakin menyala, kehijaun pohon itu
juga semakin bertambah, maka Musa berdiri dalam keadaan takjub dan ketika itu
pohon tersebut di kaki gunung di sebelah barat dan berada di sebelah kanan Nabi
Musa sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Dan tidaklah kamu (Muhammad)
berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada
Musa, dan tidak pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan." (Terj.
Al Qashshash: 44)
Saat
itu Musa berada di lembah yang bernama Thuwa, sambil menghadap kiblat,
sedangkan pohon itu berada di kanannya di sebelah barat, lalu Tuhannya
memanggilnya,
"Wahai
Musa.--sesungguhnya aku Inilah Tuhanmu, maka lepaskanlah kedua sandalmu; sesungguhnya
kamu berada di lembah yang suci; Thuwa.-- Dan Aku telah memilih kamu, maka
dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).--Sesungguhnya Aku ini adalah
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.-- Segungguhnya hari kiamat itu akan
datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap diri itu dibalas dengan apa
yang ia usahakan.--Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh
orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya,
yang menyebabkan kamu menjadi binasa." (Terj. QS. Thaahaa: 11-16)
Kemudian
Allah 'Azza wa Jalla bertanya kepadanya tentang tongkat yang dipegangnya –dan
Dia lebih tahu-, Musa menjawab, "Ini adalah tongkatku, aku bersandar
kepadanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi
keperluan yang lain padanya." (Terj. QS. Thaahaa: 18)
Maka
Allah menyuruhnya untuk melempar tongkatnya. Musa pun melemparnya, maka tongkat
itu berubah menjadi ular yang besar dan bergerak dengan cepat, lalu Musa
berpaling lari karena takut, lalu Allah menyuruhnya kembali dan tidak takut,
karena ular itu akan kembali menjadi
tongkat seperti sebelumnya, kemudian Musa mengulurkan tangannya ke ular itu
untuk mengambilnya, ternyata ular itu langsung berubah menjadi tongkat.
Nabi
Musa kulitnya berwarna coklat, lalu Allah memerintahkan kepadanya untuk
memasukkan tangannya ke dalam bajunya kemudian mengeluarkannya, Musa pun
melakukannya, lalu tampaklah warna putih yang jelas. Keduanya Allah jadikan
sebagai mukjizat untuk Nabi Musa 'alaihis salam di samping mukjizat-mukjizat
yang lain untuk menguatkan kerasulannya ketika berhadapan dengan Fir'aun dan
para pembesarnya.
Dakwah
Nabi Musa 'alaihis salam kepada Fir'aun
Selanjutnya,
Allah Subhaanahu wa Ta'ala memerintahkan Nabi Musa pergi mendatangi Fir'aun
untuk mendakwahinya, maka Nabi Musa mau memenuhinya, akan tetapi sebelum ia
berangkat, ia berdoa kepada Tuhannya meminta taufiq dan meminta kepada-Nya
bantuan, Musa berkata, "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku--Dan
mudahkanlah untukku urusanku,--Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,--Agar mereka
mengerti perkataanku,--Dan Jadikanlah untukku seorang pembantu dari
keluargaku,--(yaitu) Harun, saudaraku,--Teguhkanlah dengannya kekuatanku,--Dan
jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku,--Agar kami banyak bertasbih kepada
Engkau,--Dan banyak mengingat Engkau.--Sesungguhnya Engkau adalah Maha melihat
(keadaan) kami." (Terj. QS. Thaahaa: 25-35)
Maka
Allah mengabulkan permohonannya, lalu Musa ingat bahwa ia pernah membunuh orang
Mesir, ia takut kalau nanti mereka membunuhnya, maka Allah menenangkannya,
bahwa mereka tidak akan dapat menyakitinya sehingga Musa pun tenang (lihat Al
Qashash: 35).
Musa
pun melanjutkan perjalanannya ke Mesir dan memberitahukan kepada Harun apa yang
terjadi antara dirinya dengan Allah Subhaanahu wa Ta'ala agar Harun ikut serta
menyampaikan risalah kepada Fir'aun dan kaumnya dan membantunya mengeluarkan
Bani Israil dari Mesir, maka Harun pun bergembira atas berita itu, ia pun ikut
berdakwah bersama Musa.
Fir'aun
adalah seorang yang kejam dan berlaku zalim terhadap Bani Israil, sehingga Nabi
Musa dan Nabi Harun berdoa kepada Allah agar menyelamatkan keduanya dari
tindakan aniaya dari Fir'aun, lalu Allah Ta'ala berfirman meneguhkan hati
keduanya, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta
kamu berdua, Aku mendengar dan melihat".--Maka datanglah kamu berdua
kepadanya (Fir'aun) dan Katakanlah, "Sesungguhnya kami berdua adalah
utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu
menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti
(atas kerasulan Kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada
orang yang mengikuti petunjuk.--Sesungguhnya telah diwahyukan kepada Kami bahwa
siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling." (Terj.
QS. Thaahaa: 46-48)
Maka
ketika Musa dan harun berangkat, mulailah keduanya mengajak mereka kepada Allah
dan berusaha membawa Bani Israil dari penindasan Fir'aun, akan tetapi Fir'aun
mengejek keduanya dan mengolok-olok apa yang mereka berdua bawa serta
mengingatkan Musa, bahwa dirinyalah yang mengurus Musa di istananya dan terus
membesarkannya hingga ketika dewasa Musa membunuh orang Mesir dan pergi
melarikan diri. Maka Nabi Musa 'alaihis salam berkata, "Aku telah
melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.--Lalu
aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku
memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara
rasul-rasul.—Budi baik yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan)
kamu telah memperbudak Bani Israil." (Lihat Asy Syu'araa: 20-22)
Fir'aun
pun bertanya, "Siapa Tuhan semesta alam itu?"
Musa
menjawab, "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang)
mempercayai-Nya".
Fir'aun
berkata kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya, "Apakah kamu tidak
mendengarkan?"
Musa
berkata (pula), "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang
dahulu".
Fir'aun
berkata, "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian
benar-benar orang gila."
Musa
berkata, "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara
keduanya; (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal."
Fir'aun
berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selainku, aku akan menjadikan
kamu salah seorang yang dipenjarakan." (Lihat Asy Syu'araa: 23-29)
Kemudian
Nabi Musa menawarkan kepadanya bukti yang membenarkan kerasulannya. Maka
Fir'aun meminta ditunjukkan buktinya jika Musa memang benar. Nabi Musa pun
melempar tongkatnya dan berubahlah tongkat itu menjadi ular yang besar sehingga
orang-orang terkejut dan takut terhadap ular itu. Kemudian Musa menjulurkan
tangannya ke ular itu, maka ular itu kembali seperti biasa menjadi tongkat.
Kemudian Musa memasukkan tangannya ke leher bajunya, lalu ia keluarkan,
tiba-tiba tampak warna putih berkilau.
Perlawanan
Nabi Musa 'alaihis salam dengan para pesihir dan masuk Islamnya para pesihir
Ketika
ditunjukkan bukti-bukti itu, Fir'aun malah menuduhnya sebagai pesihir, lalu ia
meminta untuk dikumpulkan para pesihirnya dari segenap tempat untuk melawan
Musa. Maka
ditetapkanlah hari raya
sebagai hari pertunjukan itu yang dimulai pada waktu dhuha di tempat yang
lapang di hadapan Fir'aun. Fir'aun juga mengumumkan pertemuan itu kepada
kaumnya agar mereka semua hadir menyaksikan.
Tibalah
hari pertunjukan itu dalam keadaan ramai dihadiri oleh banyak manusia, mereka
ingin melihat apakah Musa yang menang ataukah paara pesihir?
Sebelum
Fir'aun keluar mendatangi Musa, ia berkumpul terlebih dahulu dengan para
pesihir dan memberikan dorongan kepada mereka, dimana jika mereka menang, maka
ia akan memberikan berbagai kesenangan berupa harta dan kedudukan.
Sesaat
kemudian, Fir'aun keluar menuju lapangan pertandingan, sedangkan di belakangnya
terdapat para pesihir, lalu ia duduk di tempat khusus baginya dengan didampingi
para pelayannya, kemudian para pesihir berdiri di hadapan Nabi Musa dan Harun.
Selanjutnya
Fir'aun mengangkat tangannya untuk memberitahukan bahwa pertandingan siap
dimulai, lalu para pesihir menawarkan dua hal kepada Musa, yaitu apakah Musa
yang pertama kali melempar tongkatnya ataukah merela lebih dulu? Maka Nabi Musa
membiarkan mereka dulu yang memulai.
Para
pesihir pun melempar tali dan tongkat, sambil menyihir mata manusia sehingga
menurut pandangan manusai bahwa tongkat dan tali tersebut berubah menjadi ular
yang gesit dan bergerak di hadapan mereka, sehingga orang-orang takut
terhadapnya, bahkan Nabi Musa dan Harun merasa takut terhadapnya, lalu Alllah
memberikan wahyu kepada Musa agar ia tidak takut dan melempat tongkatnya, maka
Nabi Musa dan saudaranya (Nabi Harun) tenang karena perintah Allah itu. Nabi
Musa pun melempar tongkatnya, maka tongkat itu berubah menjadi ular yang besar
yang menelan tali para pesihir dan tongkat mereka. Ketika para pesihir melihat
apa yang ditunjukkan Nabi Musa 'alaihis salam, maka mereka pun mengakui, bahwa
itu adalah mukjizat dari Allah dan bukan sihir. Kemudian Allah melapangkan hati
mereka untuk beriman kepada Allah dan membenarkan apa yang dibawa Nabi Musa
'alaihis salam, mereka pun akhirnya hanya bersujud kepada Allah sambil
menyatakan keimanan mereka kepada Tuhan Musa dan Harun.
Ketika
itulah Fir'aun semakin geram dan mulai mengancam para pesihir, ia berkata
kepada mereka, "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku
memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang
mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan
dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya
aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu
akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya."
(Terj. QS. Thaahaa: 71)
Meskipun
begitu, para pesihir tidak takut terhadap ancaman itu setelah Allah
mengaruniakan keimanan kepada mereka, mereka berkata, "Kami sekali-kali
tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat) yang
telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka
putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat
memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.--Sesungguhnya kami telah beriman
kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang
telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya)
dan lebih kekal (azab-Nya).-- Sesungguhnya barang siapa datang kepada Tuhannya
dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati
di dalamnya dan tidak (pula) hidup.--Dan barang siapa datang kepada Tuhannya
dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka
Itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia),--(yaitu)
surga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan
itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan)."
(Terj. QS. Thaahaa: 72-76)
Bersambung…
Marwan bin Musa
Maraaji’: Al Qur’anul Karim, Hidayatul Insan
bitafsiril Qur'an (Abu Yahya Marwan), Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs
www.islam.aljayyash.net), Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu
Katsir, takhrij Syaikh Salim Al Hilaaliy), dll.
0 komentar:
Posting Komentar