بسم الله الرحمن الرحيم
Pendidikan Islam untuk Anak
Allah Subhaanahu
wa Ta'aala berfirman:
"Wahai
orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (terj. At
Tahrim: 6)
Syaikh As
Sa'diy berkata, "Memelihara diri adalah dengan cara menekannya untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, bertobat dari perbuatan
yang mendatangkan kemurkaan Allah dan mendatangkan azab-Nya. Sedangkan
memelihara istri dan anak adalah dengan mengajari mereka adab dan ilmu (agama)
serta menekan mereka untuk menjalankan perintah Allah."
Berikut ini
contoh-contoh mendidik anak dalam Islam:
Mengajarkan
tauhid dan adab-adab Islami
Allah Subhaanahu
wa Ta'aala berfirman:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman
yang besar" ---Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik
kepada kedua orang orang tuanya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. --- Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan. ---"Wahai anakku, sesungguhnya jika ada seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit maupun
di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.---Wahai anakku, dirikanlah shalat
dan suruhlah mengerjakan yang baik
dan cegahlah dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan .--- Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.--- Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan (yakni sedang saja) dan lunakkanlah (pelankanlah) suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. [Luqman: 12-19].
Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, "Saat tiba waktu mereka bisa bicara, ajarilah Laailaahaillallah-Muhammad
Rasulullah. Hendaknya yang pertama kali didengar oleh telinga mereka adalah
pengenalan tentang Allah Subhaanahu wa Ta'aala, keesaan-Nya dan bahwa Allah
berada di atas arsyi-Nya melihat dan mendengarkan kata-kata mereka, Dia bersama
mereka di mana saja mereka berada. Nama yang paling dicintai Allah Ta'ala
adalah Abdullah dan Abdurrahman, sehingga ketika anak telah dapat memahami dan
mengerti, ia pun langsung mengetahui bahwa dirinya adalah hamba Allah dan bahwa
Allah adalah Tuhannya serta Pelindungnya."
Oleh karena itu,
ajarilah tauhid kepada anak, ajarkanlah mereka mengatakan "Tuhan yang
berhak aku sembah adalah Allah tidak selain-Nya, Dialah yang menciptakanku dan
menciptakan manusia semuanya, menciptakan malam dan siang, menciptakan matahari
dan bulan. Dia juga yang menurunkan hujan." Beritahukanlah mereka
bahwa Allah menciptakan kita untuk beribadah kepada-Nya.
Demikian juga,
kenalkanlah kepada anak bahwa "agama kita adalah agama Islam"
serta "Nabi kita adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam".
Ajarkanlah anak rukun Islam yang lima dan rukun iman yang enam serta
penjelasannya.
Mengajarkan
shalat
Allah Subhaanahu
wa Ta'aala berfirman:
Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki
kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (terj.
Thaha: 132)
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
مُرُوْا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلَاةِ لِسَبْعٍ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا
لِعَشْرٍ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي اْلمَضَاجِعِ
“Suruhlah
anak-anakmu mengerjakan shalat ketika berumur tujuh tahun, pukullah mereka jika
meninggalkannya setelah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya.“
(shahih, diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud)
Mengajarkan puasa
Dari
Rubayyi’ binti Mu’awwidz ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mengirim seseorang pada pagi hari Asyura (10 Muharram) ke desa-desa Anshar
(untuk menyerukan), “Siapa yang sudah berpuasa maka sempurnakanlah puasanya dan
siapa saja yang pada pagi harinya berbuka maka hendaknya ia lanjutkan dengan puasa”,
maka setelah itu kami berpuasa dan menyuruh anak-anak kami yang masih kecil
berpuasa, kami pergi ke masjid setelah membuatkan mainan untuk mereka dari bulu
domba, jika salah seorang di antara mereka menangis karena meminta makan, maka
kami pun memberikannya sehingga sampai berbuka.” (HR. Bukhari-Muslim)
Membiasakan anak menjaga perintah
Allah Subhaanahu wa Ta'aala
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, ia berkata: Suatu hari
aku berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau
bersabda:
Nak, saya akan mengajarkan kamu beberapa perkara: Jagalah (perintah)
Allah, niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya kamu akan
mendapatkan-Nya di hadapanmu (yakni dengan membimbing dirimu). Jika kamu
meminta, maka mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, maka mohonlah
pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya jika suatu umat berkumpul
untuk memberikan manfaat kepadamu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat
sedikit pun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka
berkumpul untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu
kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan
lembaran telah kering (yakni ketetapan
tersebut
sudah tidak dapat dirubah lagi)." (Diriwayatkan
oleh Tirmidzi, ia berkata, “Hasan shahih”)
Dalam sebuah riwayat selain Tirmidzi disebutkan: “Jagalah Allah,
niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di depanmu. Kenalilah Allah di waktu
senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang
ditetapkan tidak menimpamu, maka tidak akan menimpamu dan apa yang ditetapkan akan menimpamu, maka pasti akan
menimpamu. Ketahuilah, bahwa pertolongan bersama kesabaran dan kelapangan
bersama kesempitan dan di balik kesulitan ada kemudahan.”
Mencegah anak melakukan kemunkaran
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Al
Hasan bin 'Ali radhiyallahu 'anhuma pernah mengambil sebuah kurma zakat, lalu
dimasukkannya ke dalam mulutnya, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
كِخْ كِخْ لِيَطْرَحَهَا ثُمَّ قَالَ أَمَا شَعَرْتَ
أَنَّا لَا نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ
"Kikh,
kikh" dengan maksud agar Al Hasan membuangnya. Lalu Beliau bersabda,
"Apa kamu tidak mengerti bahwa kita tidak boleh memakan harta zakat."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan disebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam jika mendapatkan salah seorang di antara keluarganya ada yang berdusta, Beliau
senantiasa berpaling sampai ia mau bertobat.
Membiasakan anak melakukan
adab-adab Islami
Biasakanlah anak melakukan adab-adab Islami, seperti
dalam hadits berikut:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ
إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا
اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ
وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ *
“Hak seorang
muslim atas muslim lainnya ada 6; jika bertemu ucaplah salam kepadanya, jika ia
mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat kepadamu maka
nasihatilah dia, jika ada yang bersin dan memuji Allah maka do’akanlah. Jika
ada yang sakit maka jenguklah dan jika ada yang meninggal maka iringilah
jenazahnya.” (HR. Muslim)
Lebih jelasnya perhatikanlah adab-adab berikut:
1. Memberi salam
Dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
يَا بُنَيَّ إِذَا دَخَلْتَ عَلَى أَهْلِكَ ، فَسَلِّمْ يَكُنْ بَرَكَةً
عَلَيْكَ وَعَلَى أَهْلِكَ
"Wahai
anakku, apabila kamu hendak masuk menemui keluargamu, maka ucapkanlah salam,
niscaya keberkahan akan turun kepadamu dan kepada keluargamu." (HR.
Tirmidzi, ia berkata: "Hasan shahih)
2. Meminta izin
Kandah bin Al Hanbal radhiyallahu 'anhu
berkata, "Aku datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu aku
masuk tanpa memberi salam, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ulangilah dan ucapkanlah "As Salaamu 'alaikum, bolehkah saya
masuk?" (HR. Abu Dawud, Tirmidzi
dan ia berkata "Hasan", diriwayatkan juga oleh Ahmad dan isnadnya
shahih)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
اَلْإِسْتِئْذاَنُ ثَلاَثًا فَإِنْ
أُذِنَ لَكَ وَاِلاَّ فَارْجِعْ
"Meminta izin itu sebanyak tiga kali. Jika diizinkan, maka
silahkan, jika tidak maka pulanglah." (Muttafaq 'alaih)
Dan hendaknya anak diajarkan untuk meminta
izin pada tiga waktu yang disebutkan dalam ayat berikut:
“Wahai orang-orang yang beriman!
hendaklah budak-budak yang kamu miliki,
dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga
kali yaitu: sebelum shalat Subuh, ketika
kamu menanggalkan pakaianmu di tengah hari dan sesudah shalat Isya'. tiga 'aurat bagi kamu." (terj. An Nuur:
58)
Alqamah
berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Abdullah bin Mas’ud sambil bertanya,
“Apakah saya harus meminta izin sebelum masuk ke kamar ibuku?” Abdullah bin
Mas’ud menjawab, “Tidak setiap saat ibumu senang dilihat olehmu.” (HR. Bukhari)
3. Adab ketika makan
Dari Umar bin Abi Salamah ia berkata, "Aku adalah
seorang anak yang berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, pernah tanganku kesana-kemari (mengambil makanan) di piring, lalu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku:
يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ
مِمَّا يَلِيكَ فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ
"Nak,
sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan dan makanlah bagian yang
dekat denganmu." Setelah itu, aku biasa makan seperti itu." (HR.
Bukhari dan Muslim)
4. Adab ketika duduk di suatu tempat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يُقِيْمَنَّ اَحَدُكُمْ رَجُلاً مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ
يَجْلِسُ وَلَكِنْ تَوَسَّعُوْا وَتَفَسَّحُوْا
"Janganlah
salah seorang di antara kamu membangunkan orang lain dari tempat duduknya, lalu
ia duduk, akan tetapi (katakanlah) "Lapangkanlah dan geserlah". (HR.
Bukhari-Muslim)
لاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ اَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ اثْنَيْنِ اِلاَّ
بِإِذْنِهِمَا
"Tidak
halal bagi seseorang memisahkan dua orang (yang sedang duduk bersama), kecuali
dengan izin keduanya." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia berkata:
"Hasan")
5. Adab duduk di pinggir jalan
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ عَلَى الطُّرُقَاتِ
فَقَالُوا مَا لَنَا بُدٌّ إِنَّمَا هِيَ مَجَالِسُنَا نَتَحَدَّثُ فِيهَا قَالَ
فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلَّا الْمَجَالِسَ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهَا قَالُوا
وَمَا حَقُّ الطَّرِيقِ قَالَ غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ الْأَذَى وَرَدُّ
السَّلَامِ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ *
“Jauhilah
oleh kalian duduk-duduk di pinggir jalan”, Para
sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami
tidak dapat tidak harus duduk untuk berbincang-bincang”, Beliau kemudian
bersabda, “Jika kalian tetap ingin duduk-duduk di sana maka berikanlah hak jalan,” para sahabat
bertanya, “Apa haknya?” Beliau menjawab, “Yaitu menundukkan pandangan,
menghindarkan gangguan, menjawab salam, menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan
mencegah yang mungkar.” (HR. Bukhari-Muslim)
6. Adab berbicara
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
“Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah serta hari akhir, maka berkata-katalah
yang baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim)
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ
وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ
“Orang
mukmin itu bukanlah orang yang suka mencaci, melaknat, berkata-kata keji dan
berkata-kata kotor.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash
Shahiihah (320)
7. Membiasakan anak berkata jujur
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Kalian harus berkata
jujur, karena kejujuran membawa seeorang kepada kebaikan dan kebaikan membawa
seseorang ke surga, dan jika seseorang selalu berkata jujur serta terus memilih
kejujuran sehingga nantinya dicatat di sisi Allah sebagai orang yang shiddiq
(sangat jujur). Jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta membawa seseorang
kepada perbuatan jahat dan perbuatan jahat membawa seseorang ke neraka, dan jika
seseorang senantasa berkata dusta dan memilih kedustaan sehingga nantinya dicatat
di sisi Allah sebagai Kadzdzab (pendusta).” (HR. Bukhari-Muslim)
Serta membiasakan adab-adab Islami lainnya seperti
menepati janji, memenuhi amanah, tawaadhu' (rendah hati dan tidak sombong),
berbakti kepada orang tua, sabar, memiliki rasa tanggung jawab, memiliki rasa
malu, sayang kepada sesama, hormat kepada orang yang lebih tua, berlaku adil
dan menjaga kesucian diri. Demikian juga, hendaknya orang tua memberikan contoh
yang baik kepada anaknya.
Marwan bin Musa
Maraaji': Quthuf minasy syamaa'ilil Muhammadiyyah (Syaikh M. Bin Jamil
Zainu), Kaifa Turabbiy waladan shaaliha (Al Maghribi), Tafsir Ibnu Katsir, dll.
0 komentar:
Posting Komentar