بسم الله الرحمن الرحيم
Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam (bag. 2)
Setelah
Nabi Ibrahim 'alaihis salam selamat dari pembakaran, maka Beliau berdakwah
kepada Raja negeri tersebut (Babil), yaitu Namrud.
Debat
antara Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam dengan Namrud raja yang mengaku tuhan
Dahulu
raja dunia bagian timur dan barat ada empat; dua orang mukmin dan dua orang
lagi kafir. Dua orang raja yang mukmin adalah raja Dzulqarnain dan Sulaiman,
sedangkan dua raja yang kafir adalah Namrud dan Bukhtanashhir.
Di
antara dua raja kafir tersebut, yang didebat oleh Ibrahim ‘alaihissalam adalah
Namrud seorang raja Babil.
Nabi
Ibrahim berdakwah kepada Raja Namrud karena dia mengaku dirinya sebagai tuhan
(ada yang mengatakan bahwa ia berkuasa ketika itu selama 400 tahun).
Berikut
ini kisahnya dalam Al Qur’an:
“Apakah kamu tidak
memperhatikan orang yang mendebat
Ibrahim tentang Tuhannya karena Allah
telah memberikan kepada orang itu pemerintahan. Ketika Ibrahim mengatakan,
"Tuhanku adalah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata, "Saya dapat menghidupkan dan
mematikan." Ibrahim berkata, "Sesungguhnya
Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,"
lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.” (Terj. Al Baqarah : 258)
Pada
ayat di atas Namrud meminta Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam menunjukkan bukti
keberadaan Allah Ta’ala, maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam berkata, “Tuhanku
adalah Yang mampu menghidupkan dan mematikan,” yakni bukti keberadaan Allah
Ta’ala adalah adanya sesuatu dan hilangnya sesuatu setelah adanya, karena sudah
pasti setiap yang ada pasti ada yang mengadakannya, Dialah Allah Ta’ala Tuhan
alam semesta.
Namrud
pun menjawab, “Aku juga bisa menghidupkan dan mematikan”, maksud menghidupkan
adalah dengan membiarkan hidup atau tidak jadi dibunuh orang yang harus
dibunuh. Sedangkan maksudnya bisa mematikan adalah dengan membunuh seeorang.
Kata-kata
ini sebenarnya dia ucapkan hanya untuk membantah Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam
dan untuk membenarkan dakwaannya “mengaku tuhan” padahal jawaban ini sangat
lemah sekali.
Nabi
Ibrahim ‘alaihis salaam kemudian mengatakan,
“Sesungguhnya Allah yang menerbitkan matahari dari timur maka terbitkanlah dari
barat!” Ketika itu diamlah si thaaghut ini dan tidak bisa menjawab apa-apa.
Hijrahnya Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam
Untuk selanjutnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memutuskan
berhijrah dari negeri tersebut, melihat karena tidak ada yang beriman selain
istrinya Sarah dan putera saudaranya, yaitu Luth ‘alaihis salam, maka ia pun
berhijrah dari satu tempat ke tempat yang lain hingga sampai di Palestina. Di
sanalah Beliau tinggal beberapa lama, beribadah kepada Allah dan megajak
manusia untuk beribadah kepada Allah.
Setelah berlalu beberapa tahun, maka negeri tersebut
ditimpa kemarau panjang, hingga mendesak Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk
hijrah ke Mesir. Ketika itu, di Mesir ada seorang raja yang kejam namun suka
kepada wanita, ia memiliki beberapa pembantu yang membantunya untuk memperoleh
apa yang ia inginkan. Para pembantunya berdiri di pinggiran negeri untuk
memberitahukan kepada raja wanita-wanita cantik yang datang ke Mesir. Saat
mereka melihat Sarah, dimana ia adalah wanita yang sangat cantik, maka mereka
menyampaikan kepada raja dan memberitahukan kepadanya bahwa bersamanya ada
seorang laki-laki, maka raja pun mengeluarkan perintahnya untuk membawa
laki-laki itu. Tidak beberapa lama, beberapa tentara datang dan membawa Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam kepada raja. Ketika tiba di hadapannya, maka raja bertanya
kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam tentang wanita yang bersamanya, lalu Nabi
Ibrahim menjawab, “Ia adalah saudarinya.” Rajanya berkata, “Bawalah ia ke
hadapanku.” Maka Nabi Ibrahim pergi menemui Sarah dan memberitahukan kepadanya
apa yang disampaikannya kepada raja dan perkatannya, bahwa sarah adalah
saudarinya. Lalu Sarah pun pergi ke istana. Ketika raja melihatnya, maka raja
terpesona melihat kecantikannya dan langsung berdiri menghampirinya, tetapi
Sarah berkata, “Saya ingin shalat dan berwudhu’ (dahulu).” Maka raja pun
mengizinkannya. Lalu Sarah berwudhu’ dan shalat, setelah itu ia berdoa, “Ya
Allah, jika Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu,
dan aku menjaga kehormatanku selain kepada suamiku, maka janganlah engkau berikan
kekuasaan kepada orang kafir ini.” Maka Allah mengabulkan permohonannya,
menjaganya dan memeliharanya. Sehingga setiap kali, raja ingin memegangnya,
maka tangannya tergenggam[i], hingga raja pun meminta Sarah agar berdoa kepada Allah agar tangannya
terbuka dan raja tidak akan menimpakan bahaya apa-apa kepadanya. Kejadian ini
berulang sampai tiga kali. Saat raja mengetahui, bahwa ia ternyata tidak
berkuasa kepadanya, maka raja memanggil sebagian pembatunya dan berkata kepada
mereka, “Kalian tidak membawaku seorang manusia, bahkan membawa kepadaku
seorang setan.” Lalu ia memerintahkan para pembantunya untuk memberikan Hajar
kepadanya untuk menjadi pelayannya. (hal ini sebagaimana disebutkan dalam
riwayat Ahmad dan Bukhari)
Maka Sarah pun kembali kepada suaminya tanpa diganggu
sedikit pun oleh raja, lalu Sarah mendapatkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dalam
keadaan shalat. Saat Sarah sampai, maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salam melihatnya
dan bertanya kepadanya tentang hal yang terjadi? Sarah pun menjelaskan, bahwa Allah menolak tipu daya raja itu kepadanya dan memberikan kepadanya seorang budak bernama
Hajar untuk melayaninya.
Setelah beberapa lama, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam
kembali ke Palestina. Di tengah perjalanan, putera saudaranya, yaitu Luth
‘alaihis salam meminta izin kepadanya untuk pergi ke negeri Sadum untuk
mengajak penduduknya beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan
meninggalkan perbuatan keji yang selama ini mereka lakukan, maka Nabi Ibrahim
memberinya sebagian binatang ternak dan harta, dan ia melanjutkan perjalanannya
bersama keluarganya ke Palestina hingga tiba di sana, dan di sana Nabi Ibrahim
‘alaihis salam tinggal beberapa lama.
Nabi
Ibrahim 'alaihis salam meminta kepada Allah agar ditunjukkan bagaimana Dia
menghidupkan orang yang mati
Suatu hari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam meminta kepada
Allah, agar Dia memperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan orang-orang
yang telah mati. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala di surat Al
Baqarah: 260:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata,
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan
orang-orang mati." Allah berfirman, "Belum yakinkah kamu?"
Ibrahim menjawab, "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap
mantap (dengan imanku)." Allah
berfirman, "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah
semuanya olehmu. (Allah berfirman), "Lalu letakkan di atas setiap satu
bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya
mereka datang kepadamu dengan segera." Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa
lagi Maha Bijaksana.”
Maka Nabi Ibrahim melaksanakan perintah itu, Beliau menyembelih
empat ekor burung dan meletakkan bagian-bagian badannya di atas beberapa bukit,
lalu Beliau kembali ke tempat semula sambil berdiri menghadap ke arah bukit dan
memanggil burung-burung yang telah disembelih dan dipisah-pisah badannya itu,
tiba-tiba burung itu hidup kembali dan datang kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam dengan izin Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
Kelahiran Nabi Isma’il
Sarah adalah istri Nabi Ibrahim yang mandul, ia
mengetahui keadaan suaminya yang merindukan keturunan yang baik, maka Sarah
memberikan pembantunya Hajar agar dinikahinya dengan harapan Allah
mengaruniakan daripadanya keturunan yang saleh. Maka Nabi Ibrahim menikahi
Hajar dan lahirlah daripadanya Nabi Isma’il, sehingga Nabi Ibrahim sangat
berbahagia sekali karena telah lama menunggu kedatangannya.
Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan
Nabi Ibrahim membawa istrinya Hajar dan anaknya (Nabi Isma’il) ke Mekah. Setelah
sampai di sana, Nabi Ibrahim meninggalkannya sambil berdoa, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan berilah rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka bersyukur." (Ibrahim: 37)
Kemudian Nabi
Ibrahim kembali ke istrinya, yaitu Sarah.
Tamu yang
terdiri dari para malaikat
Suatu hari,
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam kedatangan tamu yang terdiri dari para malaikat
dalam bentuk manusia, maka Nabi Ibrahim segera berdiri dan menyembelih untuk
mereka seekor anak sapi yang gemuk lalu memanggangnya, kemudian
menghidangkannya kepada mereka, tetapi mereka tidak mau makan, karena para
malaikat tidak makan dan minum. Ketika itulah, para malaikat memberitahukan
bahwa mereka bukan manusia, bahkan sebagai malaikat yang datang untuk
menimpakan azab kepada penduduk Sadum, karena mereka tidak mengikuti ajakan
Nabi mereka, yaitu Luth ‘alaihis salam. Para malaikat juga memberikan kabar
gembira kepada Nabi Ibrahim tentang kelahiran anaknya dari istrinya Sarah,
yaitu Ishaq. Padahal Sarah seorang yang mandul dan sudah tua, sedangkan
suaminya juga sudah tua, lalu para malaikat memberitahukan bahwa yang demikian
adalah ketetapan Allah, para malaikat berkata, “Para malaikat itu berkata,
"Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat
Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya
Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." (Terj. Hud: 73)
Kisah
penyembelihan Nabi Isma’il
Suatu hari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bermimpi menyembelih anaknya,
lalu Beliau memberitahukan mimpinya itu kepada anaknya. Hal ini merupakan ujian
Allah kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il. Meskipun ujian ini begitu berat, namun Nabi Isma’il siap
memikulnya karena taat kepada Allah, dan saat masing-masingnya bersiap-siap
menjalankan perintah Allah, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam juga sudah membaringkan
Nabi Isma’il dan telah mengambil pisau untuk menyembelihnya. Tetapi saat hendak menyembelihnya, angin segar pun datang,
malaikat Jibril datang membawa kambing yang besar untuk menebus Nabi Isma’il.
Untuk selanjutnya, peristiwa itu dijadikan sandaran dalam pensyariatan kurban
pada hari raya Idul Adh-ha.
Kunjungan Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam ke Mekah
Nabi Ibrahim
‘alaihis salam pergi ke Mekah untuk melihat kondisi Hajar dan anaknya, Ismail.
Dalam salah satu kunjungan, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam meminta anaknya
membantunya dalam meninggikan pondasi baitullah yang diperintahkan Allah Ta’ala
untuk dibangunkan, lalu Nabi Ismail setuju. Keduanya pun mengangkut batu
sehingga selesailah pembangunannya. Setelah selesai, keduanya berdoa kepada
Allah Subhaanahu wa Ta’ala agar Dia menerima amal mereka berdua. Keduanya berkata, “Ya
Tuhan Kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.--Ya Tuhan Kami, jadikanlah kami berdua
orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu Kami
umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadah haji Kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Terj. Al Baqarah: 127-128)
Maka Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim dan Nabi
Isma’il 'alaihimas salam, Dia memberikan berkah kepada ka’bah dan menjadikannya
kiblat bagi kaum muslim di setiap tempat dan setiap waktu.
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam memiliki ajaran yang lurus
dan syariat yang mulia, dimana kita diperintahkan Allah Subhaanahu wa Ta’ala
untuk mengikutinya, Dia berfirman, "Maka ikutilah agama Ibrahim yang
lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. (Terj. Ali
Imran: 95)
Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukan isra’-mi’raj, maka Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjumpai Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di langit ketujuh dengan menyandarkan
punggungnya ke Baitul ma’mur yang seharinya dimasuki oleh 70.000 malaikat untuk
beribadah dan berthawaf di situ. Setelah itu mereka keluar dan tidak kembali
lagi.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala mencintai Nabi Ibrahim dan
menjadikannya sebagai kekasih-Nya (lihat An Nisaa’: 125).
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah manusia yang pertama
kali diberi pakaian pada hari Kiamat (Muttafaq ‘alaih). Saat itu, manusia dalam keadaan telanjang, lalu Nabi Ibrahim
‘alaihis salam diberi pakaian sebagai penghormatan kepadanya. Setelah itu para nabi setelahnya dan manusia setelahnya.
Dalam Al Qur’an Allah Subhaanahu wa Ta’ala memuji Nabi
Ibrahim
'alaihis salam, Dia berfirman,
"Sesungguhnya Ibrahim adalah
seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),-- (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan
menunjukinya kepada jalan yang lurus.--Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di
dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang
saleh.--Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama
Ibrahim seorang yang hanif," dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan tuhan. (Terj. An Nahl: 120-123)
Allah Subhaanahu wa Ta’ala juga melebihkan Beliau di
dunia dan di akhirat, Dia menjadikan para nabi dari keturunannya. Allah
Subhaanahu wa Ta’ala berfirman, "Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim,
Ishak dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian dan kitab pada keturunannya, dan
Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat,
benar-benar termasuk orang-orang yang saleh." (Terj. Al 'Ankabut: 27)
Beliau termasuk para rasul ulul ‘azmi, bahkan Beliau
adalah rasul yang paling utama setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Oleh karena itu, kita diperintahkan bershalawat kepadanya dalam
tasyhhud.
Selesai dengan pertolongan Allah
dan taufiq-Nya, wa shallallahu
‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraaji’: Al Qur’anul Karim, Mausu’ah Al Usrah Al
Muslimah (dari situs www.islam.aljayyash.net),
Shahih
Qashashil Anbiya’ (Ibnu
Katsir, takhrij Syaikh Salim Al Hilaaliy), dll.
[i]
Dalam riwayat lain, dirinya tercekik. Mungkin saja ia dihukum sesekali dengan
dijadikan tangannya tergenggam dan sesekali dengan dijadikan lehernya tercekik,
wallahu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar