بسم الله الرحمن الرحيم
Kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam
(Bag. 1)
Yusuf
'alaihis salam bermimpi
Pada
suatu malam ketika Yusuf masih kecil, ia bermimpi dengan mimpi yang menakjubkan.
Beliau bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya.
Ketika Beliau bangun, maka Beliau langsung mendatangi ayahnya, Nabi Ya'qub
'alaihis salam menceritakan mimpinya itu. Ayahnya pun langsung memahami
takwilnya, dan bahwa akan terjadi pada anaknya suatu urusan yang besar. Maka
ayahnya segera mengingatkan Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada
saudara-saudaranya yang nantinya setan akan merusak hubungan mereka dan
berhasad kepadanya atas pemberian Allah itu. Yusuf pun menaati saran ayahnya.
Saudara-saudara
Yusuf berniat buruk kepada Yusuf
Nabi
Ya'qub 'alaihis salam sangat sayang kepada Yusuf sehingga membuat
saudara-saudaranya merasa iri dengannya. Mereka pun berkumpul untuk membuat makar
kepadanya agar Yusuf dijauhkan dari ayahnya dan kasih sayang itu beralih kepada
mereka.
Salah
seorang di antara mereka mengusulkan untuk membunuh Yusuf atau membuangnya ke
tempat yang jauh agar perhatian ayahnya hanya tertumpah kepada mereka saja,
setelah itu mereka bertobat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala, akan tetapi di
antara mereka ada yang menolak usulan dibunuhnya Yusuf, ia hanya mengusulkan
agar Yusuf dimasukkan ke dalam sumur yang berada jauh agar nanti ditemukan oleh
kafilah yang lewat, lalu mereka mengambil dan menjualnya. Ternyata usulan
inilah yang dipandang baik dan diterima mereka. Dengan demikian, kesimpulan
kesepakatan mereka adalah hendaknya Yusuf diasingkan dan dijauhkan dari
tengah-tengah mereka.
Mulailah
mereka berpikir bagaimana caranya agar rencana mereka itu dapat terlaksana
dengan baik. Setelah itu, mereka pun mendemukan caranya. Mereka pun datang kepada
ayah mereka dan berkata, "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak
mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang menginginkan kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok
pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan
sesungguhnya kami pasti menjaganya."
Nabi
Ya'qub berkata, "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf sangat
menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedangkan kamu
lengah darinya."
Mereka
menjawab, "Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan
(yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang
rugi." (Lihat QS. Yusuf: 11-14)
Yusuf
dimasukkan ke dalam sumur
Maka
pada pagi hari, mereka keluar membawa Yusuf ke gurun sambil menggembala
kambing-kambing mereka. Setelah mereka berada jauh dari ayah mereka, maka
mulailah mereka melakukan rencana itu, mereka berjalan hingga tiba di sumur,
lalu mereka melepas baju Yusuf dan melempar Yusuf ke dalamnya. Ketika itu,
Allah mewahyukan kepada Yusuf, "Sesungguhnya kamu akan menceritakan
kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tidak ingat lagi." (Lihat
QS. Yusuf: 15)
Setelah
mereka berhasil memasukkan Yusuf ke sumur, maka mereka berpikir kembali tentang
apa yang akan mereka katakan nanti di hadapan ayah mereka ketika ayahnya
bertanya tentang Yusuf, hingga akhirnya mereka sepakat untuk mengatakan bahwa
seekor serigala memakannya, dan untuk menguatkan pernyataan mereka itu, mereka
sembelih seekor kambing lalu darahnya mereka lumuri ke baju Yusuf.
Di
malam hari, mereka pulang menemui ayahnya dalam keadaan pura-pura menangis.
Nabi Ya'qub pun melihat mereka dan ternyata Yusuf tidak ada di tengah-tengah
mereka, lalu mereka memberitahukan secara dusta, bahwa ketika mereka pergi
untuk pergi berlomba-lomba dan mereka tinggalkan Yusuf di dekat
barang-barangnya, lalu Yusuf dimakan serigala. Selanjutnya mereka mengeluarkan
gamisnya yang berlumuran darah untuk menguatkan pernyataan mereka.
Tetapi
Nabi Ya'qub melihat gamisnya dalam keadaan tidak robek, karena mereka lupa
merobeknya, lalu Ya'qub berkata kepada mereka, "Sungguh aneh serigala
ini, mengapa ia bersikap sayang kepada Yusuf, ia memakannya tanpa merobek
pakaiannya." Maka Ya'qub berkata kepada mereka menerangkan kedustaan
mereka, "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan
(yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). Dan Allah
sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."
(lihat Yusuf: 18).
Yusuf
dikeluarkan dari sumur dan dibawa ke Mesir
Adapun
Yusuf, maka ia tetap berada dalam sumur menunggu adanya orang yang mau
menolongnya. Ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba datang sebuah kafilah
yang hendak menuju Mesir, lalu mereka ingin menambahkan persediaan mereka,
kemudian mereka mengutus salah seorang dari mereka ke sumur untuk membawakan
air. Ketika ia menurunkan timbanya, maka Yusuf bergantung kepadanya, lalu orang
itu melihat ke isi sumur, ternyata dilihatnya seorang anak muda yang tampan
berpegangan dengannya. Orang ini pun merasa senang dan memberitahukan kepada kawan-kawannya
yang lain, lalu mereka mengeluarkan Yusuf dan membawanya bersama mereka menuju
Mesir untuk dijual.
Pada
suatu hari, Al 'Aziz berkeliling di pasar untuk membeli seorang anak buat dirinya,
karena ia tidak punya anak. Kemudian kafilah itu menawarkan Yusuf kepadanya,
lalu raja Al 'Aziz membelinya dengan harga beberapa dirham saja.
Kemudian
Al Aziz pulang ke istrinya dalam keadaan senang karena membeli seorang anak. Ia
juga menyuruh istrinya memuliakan anak tersebut dan berbuat baik kepadanya,
mungkin saja ia dapat bermanfaat bagi keduanya atau dijadikan sebagai anak
angkat. Demikianlah Allah memberikan kekuasaan kepada Yusuf di bumi sehingga ia
hidup di bawah kasih sayang Al 'Aziz dan pengurusannya.
Istri
Al Aziz menggoda Yusuf
Waktu
pun berlalu dan Yusuf semakin dewasa, ia tumbuh sebagai pemuda yang kuat dan
sangat tampan. Istri Al 'Aziz selalu memperhatikan Yusuf setiap harinya dan
tertarik kepadanya, mulailah ia menampakkan rasa sukanya melalui isyarat dan
sindiran, tetapi Yusuf berpaling darinya dan tidak peduli terhadapnya, maka
mulailah wanita ini berpikir bagaimana caranya agar dapat merayu Yusuf.
Suatu
hari, ketika suaminya pergi meninggalkan istana, istrinya memanfaatkan
kesempatan itu, ia berhias dan memakai pakaian yang indah, mengunci pintu
rumahnya dan mengajak Yusuf untuk masuk ke kamarnya serta memintanya melakukan
perbuatan keji dengannya.
Akan
tetapi Nabi Yusuf 'alaihis salam dengan sifat 'iffah (menjaga diri) dan sucinya
menolak ajakannya, ia berkata, "Aku berlindung kepada Allah, sungguh
tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim
tidak akan beruntung." (Lihat QS. Yusuf: 23)
Lalu
Yusuf segera pergi menuju pintu untuk keluar dari tempat itu, namun istri Al
'Aziz tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia segera menarik Yusuf dari
belakang untuk menghalanginya keluar dan menahan gamisnya hingga robek.
Tiba-tiba, suaminya yaitu Al Aziz (mentri Mesir) pulang, suasana pun semakin
kritis, istri Al 'Aziz segera meloloskan diri dari keadaan kritis itu di hadapan
suaminya dan menuduh Yusuf sebagai orang yang khianat serta berupaya
menzaliminya, ia pun berkata kepada suaminya, "Apakah pembalasan terhadap
orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan atau
(dihukum) dengan azab yang pedih?" (Lihat Yusuf: 25)
Terhadap
tuduhan itu Nabi Yusuf segera membela diri dan berkata, "Dialah yang
merayu diriku."
Maka
suaminya meminta penyelesaian kepada salah seorang keluarganya, lalu aggota
keluarga itu berkata tanpa ragu, "Lihatlah! Jika baju gamisnya koyak di depan,
maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.-- Dan jika
baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita Itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk
orang-orang yang benar." (Lihat Yusuf: 26-27)
Lalu
suaminya menoleh kepada istrinya, dan berkata kepadanya, "Sesungguhnya
(kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu
adalah besar." (Lihat Yusuf: 28)
Selanjutnya
Al 'Aziz meminta Yusuf untuk membiarkan masalah ini dan tidak membicarakannya
di depan seorang pun, lalu suaminya meminta istrinya meminta ampun kepada Allah
atas dosa dan kesalahannya.
Penduduk
Mesir meskipun mereka menyembah patung, namun mereka tahu bahwa yang dapat
mengampuni dan menyiksa hanyalah Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Oleh karenanya Al
'Aziz menyuruh istrinya meminta ampun kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
Berkumpulnya
wanita-wanita Mesir atas undangan istri Al 'Aziz
Semua
pihak pun sepakat untuk menyembunyikan masalah ini, namun demikian ternyata
berita merayunya istri Al 'Aziz kepada Yusuf telah tersebar di istana, dan
wanita-wanita kota itu pun telah membicarakannya, yakni bahwa istri Al 'Aziz
menggoda pelayannya, yaitu Yusuf.
Istri
Al 'Aziz pun mengetahui keadaan itu hingga ia marah dan ingin menunjukkan
alasan terhadap tindakannya itu kepada kaum wanita yang membicarakan dirinya,
dan bahwa ketampanan Yusuf itulah yang membuat dirinya melakukan hal itu.
Maka
istri Al 'Aziz mengundang kaum wanita kepadanya dan ia telah mempersiapan untuk
mereka tempat yang istimewa, ia juga telah memberikan masing-masing mereka
sebilah pisau beserta buahnya, lalu istri Al 'Aziz menyuruh Yusuf keluar.
Yusuf
pun keluar menuruti perintah majikannya, maka ketika kaum wanita melihatnya,
mereka semua terpesona dengan ketampanannya dan tanpa sadar mereka melukai
tangan mereka dengan pisau, sampai-sampai mereka semua mengira bahwa Yusuf
adalah seorang malaikat. Istri Al 'Aziz pun berkata, "Itulah orang yang
kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah
menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya
jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan
dipenjarakan dan dia akan termasuk orang-orang yang hina." (Lihat
Yusuf: 32)
Yusuf
memilih di dalam penjara
Maka
kaum wanita pun menerima alasan istri Al
'Aziz, dan ketika Yusuf melihat keadaan seperti itu, ia berdoa, "Wahai
Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan
jika tidak Engkau hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung
untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang
bodoh." (Terj. Yusuf: 33)
Hampir
saja terjadi fitnah di Madinah karena rasa cinta kaum wanita kepada Yusuf, maka
pihak berwenang memandang bahwa Yusuf perlu dipenjarakan sampai waktu tertentu.
Mereka
pun memenjarakan Yusuf dan tinggallah Yusuf di penjara selama beberapa waktu,
dan ternyata ada pula dua orang yang masuk penjara bersamanya, yang satu
sebagai tukang roti, sedangkan yang satu lagi tukang pemberi minum raja.
Keduanya melihat akhlak Nabi Yusuf yang begitu mulia dan ibadah yang
dilakukannya yang mengagumkan sehingga keduanya mendatangi Yusuf dan
menceritakan mimpi keduanya kepada Yusuf sebagaimana yang disebutkan Allah
dalam kitab-Nya, "Berkatalah salah seorang di antara keduanya,
"Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur." Dan yang
lainnya berkata, "Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di
atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung." berikanlah kepada kami takwinya;
sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (menakwilkan
mimpi)." (Terj. QS. Yusuf: 36)
Maka
Nabi Yusuf menakwil mimpi keduanya, namun sebelumnya Nabi Yusuf mengajak mereka
beriman kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala, beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Selanjutnya, Beliau menakwil mimpi mereka
berdua, bahwa di antara mereka berdua ada yang akan keluar dari penjara dan
kembali bekerja seperti semula memberi minum kepada raja, sedangkan yang satu
lagi akan disalib dan burung akan memakan kepalanya.
Sebelum
pemberi minum dikeluarkan dari penjara, Nabi Yusuf meminta kepadanya agar
menyampaikan masalah dirinya kepada raja bahwa dia tidaklah bersalah dan bahwa
dia dipenjara secara zalim agar Beliau dimaafkan dan dikeluarkan dari penjara,
tetapi setan membuat tukang pemberi minum raja ini lupa tidak menyebutkan
masalah Yusuf kepada raja sehingga Yusuf tetap tinggal di penjara beberapa
tahun lamanya. Maka berlalulah waktu dan terjadilah apa yang ditakwikan Yusuf
itu terhadap keduanya.
Bersambung….
Marwan bin Musa
Maraaji’: Al Qur’anul Karim, Hidayatul Insan
bitafsiril Qur'an (Abu Yahya Marwan), Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs
www.islam.aljayyash.net), Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu
Katsir, takhrij Syaikh Salim Al Hilaaliy), dll.
0 komentar:
Posting Komentar