Kaedah Penting Asma'ul Husna (5)

بسم الله الرحمن الرحيم
Kaedah Penting Asma'ul Husna
 (bag. 5)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut ini pembahasan lanjutan tentang Asma'ul Husna, semoga Allah menjadikannya ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamiin.
**********
10- بَابُ الصِّفَاتِ أَوْسَعُ مِنْ بَابِ الْأَسْمَاءِ
"Masalah sifat lebih luas daripada masalah nama."
Hal itu, karena setiap nama sudah mengandung sifat. Sifat lebih luas, karena di antara sifat itu ada yang terkait dengan perbuatan Allah Ta'ala, sedangkan perbuatan Allah Ta'ala tidak ada batasnya sebagaimana firman-Nya juga tidak ada batasnya. Allah Ta'ala berfirman:
öqs9ur $yJ¯Rr& Îû ÇÚöF{$# `ÏB >otyfx© ÒO»n=ø%r& ãóst7ø9$#ur ¼çnßJtƒ .`ÏB ¾ÍnÏ÷èt/ èpyèö7y 9çtø2r& $¨B ôNyÏÿtR àM»yJÎ=x. «!$# 3 ¨bÎ) ©!$# îƒÌtã ÒOŠÅ3ym ÇËÐÈ  
"Dan sekiranya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Terj. QS. Luqman: 27)
Di antara contohnya adalah bahwa di antara sifat Allah Ta'ala adalah Al Majii' (datang), Al Ityaan (datang), Al Akhdzu (menyiksa), Al Imsaak (menahan), Al Batsy (menghukum), Al Iradah (menghendaki)[1], An Nuzul (turun)[2] dan lainnya.
Dengan demikian, kita menyifati Allah Ta'ala dengan sifat-sifat tersebut berdasarkan dalil-dalil yang ada, namun kita tidak menamai Allah dengan sifat-sifat tersebut. Oleh karena itu, kita tidak menamai-Nya dengan nama Al Jaa'iy (yang datang), Al Muriid (yang berkehendak) dsb.
**********
11- صِفَاتُ اللهِ تَنْقَسِمُ إِلَى قِسْمَيْنِ : ثُبُوْتِيَّةٍ وَسَلْبِيَّةٍ
"Sifat Allah terbagi dua; tsubutiyyah dan salbiyyah."
Tsubutiyyah adalah sifat yang ditetapkan Allah Ta'ala untuk Diri-Nya dalam kitab-Nya atau melalui lisan Rasul-Nya dalam As Sunnah. Semua sifat tersebut merupakan sifat sempurna tidak ada kekurangan dari berbagai sisi, misalnya sifat hayat (hidup), ilmu (mengetahui), qudrah (mampu), istiwaa' 'alal 'arsy (bersemayam di atas 'arsy), nuzul ilas samaa'id dunyaa (turun ke langit dunia), wajah, dua tangan dsb. Sifat-sifat tersebut wajib ditetapkan bagi Allah Ta'ala sesuai yang layak bagi-Nya berdasarkan dalil sam'i (wahyu) maupun 'aqli (akal).
Dalil sam'i yang menunjukkan demikian adalah firman Allah Ta'ala:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãYÏB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur É=»tFÅ3ø9$#ur Ï%©!$# tA¨tR 4n?tã ¾Ï&Î!qßu É=»tFÅ6ø9$#ur üÏ%©!$# tAtRr& `ÏB ã@ö6s% 4 `tBur öàÿõ3tƒ «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ßâur ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# ôs)sù ¨@|Ê Kx»n=|Ê #´Ïèt/ ÇÊÌÏÈ  
"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Akhir, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (Terj. QS. An Nisaa': 136)
Beriman kepada Allah Ta'ala mengandung beriman kepada sifat-sifat-Nya, beriman kepada kitab-Nya mengandung beriman juga kepada semua yang disebutkan di dalamnya mengenai sifat Allah, dan beriman kepada Rasul-Nya mengandung beriman juga kepada semua yang disampaikannya tentang Allah Ta'ala.
Adapun dalil 'aqlinya adalah karena Allah Ta'ala yang memberitahukan demikian tentang Diri-Nya, sedangkan Dia lebih mengetahui tentang Diri-Nya daripada yang lain. Di samping itu, firman Allah Ta'ala merupakan perkataan yang paling benar dan paling baik, sehingga kita wajib menetapkannya sebagaimana yang dikabarkan-Nya tanpa diragukan lagi. Meragukan berita hanyalah pada berita yang datang dari orang yang bisa saja berkata dusta atau orang yang jahil atau orang yang tidak pandai bicara.
Salbiyyah adalah semua sifat yang dinafikan/ditiadakan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala terhadap Diri-Nya atau ditiadakan melalui lisan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Sifat-sifat salbiyyah tersebut merupakan sifat kekurangan, seperti mati, tidur, jahl (tidak tahu), lupa, lemah dan lelah. Semua sifat tersebut wajib dinafikan dari Allah Ta'ala sambil menetapkan sifat kebalikannya bagi Allah Ta'ala secara sempurna. Hal itu, karena apa saja yang dinafikan Allah Ta'ala dari Diri-Nya, maka maksudnya adalah menerangkan ketiadaannya karena adanya kesempurnaan pada kebalikannya, tidak hanya menafikan semata, karena menafikan semata bukanlah kesempurnaan kecuali jika mengandung hal yang menunjukkan kesempurnaan. Mengapa demikian? Karena meniadakan artinya "tidak ada", sedangkan ketiadaan berarti kosong sama sekali, bagaimana bisa dikatakan sempurna jika seperti itu. Perhatikanlah firman Allah Ta'ala berikut:
ö@ž2uqs?ur n?tã ÇcyÛø9$# Ï%©!$# Ÿw ßNqßJtƒ ôxÎm7yur ¾ÍnÏôJpt¿2 4 4xÿŸ2ur ¾ÏmÎ/ É>qçRäÎ/ ¾ÍnÏŠ$t6Ïã #·ŽÎ7yz ÇÎÑÈ  
"Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya." (Terj. QS. Al Furqaan: 58)
Pada ayat tersebut Allah Subhaanahu wa Ta'aala menafikan kematian dari Diri-Nya, dan menetapkan bahwa Allah Ta'ala Maha Hidup.
Contoh lainnya adalah firman Allah Ta'ala berikut:
wur ÞOÎ=ôàtƒ y7/u #Ytnr& ÇÍÒÈ  
"Dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang pun juga." (Terj. QS. Al Kahfi: 49)
Pada ayat tersebut, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menafikan kezaliman dari Diri-Nya, di mana hal ini menunjukkan bahwa Dia Maha Adil. Allah Ta'ala juga berfirman:
4 $tBur šc%x. ª!$# ¼çntÉf÷èãŠÏ9 `ÏB &äóÓx« Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# Ÿwur Îû ÇÚöF{$# 4 ¼çm¯RÎ) šc%x. $VJŠÎ=tã #\ƒÏs% ÇÍÍÈ  
"Dan tidak ada sesuat upun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (Terj. QS. Fathir: 44)
Pada ayat tersebut Allah Subhaanahu wa Ta'aala menafikan kelemahan pada Diri-Nya, di mana hal ini mengandung kesempurnaan pada ilmu pengetahuan-Nya dan kemahakuasaan-Nya. Oleh karena itu, pada akhir ayat itu disebutkan," Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahakuasa."
**********
12- اَلصِّفَاتُ الثُّبُوْتِيَّةُ صِفَاتُ مَدْحٍ وَكَمَالٍ فَكُلَّمَا كَثُرَتْ وَتَنَوَّعَتْ دِلاَلاَتُهَا ظَهَرَ مِنْ كَمَالِ الْمَوْصُوْفِ ِبهَا مَا هُوَ أَكْثَرُ
Sifat tsubutiyyah merupakan sifat terpuji dan sempurna, setiap kali banyak dan bermacam-macam dilalah (kandungan yang ditunjukkan), maka semakin tampak kesempurnaan yang disifati."
Hal itu, karena jika disebutkan secara rinci sifat tsubutiyyah dapat lebih sempurna dalam pujian, seperti kata-kata seseorang "Zaid adalah seorang dermawan, mulia dan pemberani."
Oleh karena itu, sifat tsubutiyyah yang yang diberitakan Allah Ta'ala tentang Diri-Nya lebih banyak daripada sifat salbiyyah. Sedangkan sifat salbiyyah biasanya tidak disebutkan keuali dalam beberapa keadaan berikut:
  1. Untuk menerangkan menyeluruhnya kesempurnaan Allah Ta'ala, sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala:
}§øŠs9 ¾ÏmÎ=÷WÏJx. Öäïx« ( u
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia." (Terj. QS. Asy Syuuraa: 11)
öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ  
"Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Terj. QS. Al Ikhlas: 4)
  1. Menafikan dakwaan dari para pendusta yang berbicara tentang Allah Ta'ala dengan kedustaan. Allah Ta'ala berfirman:
br& (#öqtãyŠ Ç`»uH÷q§=Ï9 #V$s!ur ÇÒÊÈ  $tBur ÓÈöt7.^tƒ Ç`»uH÷q§=Ï9 br& xÏ­Gtƒ #µ$s!ur ÇÒËÈ    
"Karena mereka mendakwakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak.---Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak." (Terj. QS. Maryam: 91-92)
  1. Menghilangkan kesan adanya kekurangan pada kesempurnaan-Nya. Allah Ta'ala berfirman:
ôs)s9ur $oYø)n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJßguZ÷t/ Îû Ïp­GÅ 5Q$­ƒr& $tBur $uZ¡¡tB `ÏB 5>qäó9 ÇÌÑÈ  
"Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan." (Terj. QS. Qaaf: 38)
Bersambung…
Marwan bin Musa
Maraji': Al Qawaa'idul Mutsla fi Asmaa'illahi wa shifaatihil 'Ula karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin.


[1] Lihat sifat Al Majii' di surat Al Fajr: 22, Al Ityaan di surat Al Baqarah: 210, Al Akhdz di surat Ali Imran: 11, Al Imsaak di surat Al Hajj: 65, Al Batsy di surat Al Buruuj: 12 dan Al Iraadah di surat Al Baqarah: 185.
[2] Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ؟ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ ؟
"Tuhan kita Tabaaraka wa Ta'aala turun setiap malam ke langit dunia ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir, Dia berfirman, "Barang siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku akan memenuhinya, barang siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memenuhinya dan barang siapa yang meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan ampuni." (HR. Bukhari dan lain-lain)

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger