Keutamaan Doa, Adab dan Sebab Dikabulkan
الحمد لله والصلاة والسلام على من لانبي بعده اما بعد:
Allah Subhaanahu wa Ta'ala
berfirman,
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman,
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina."
(Terj. Qs. Al Mu'min: 60)
وَإِذَا
سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا
دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
"Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran." (Terj. Qs. Al Baqarah: 186)
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«الدُّعَاءُ هُوَ
العِبَادَةُ» ، وَقَرَأَ: {وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر:
60]- إِلَى قَوْلِهِ - {دَاخِرِينَ} [غافر: 60]
"Doa adalah
ibadah." Kemudian Beliau membaca ayat, "Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…dst. sampai,
"keadaan hina dina." (HR. Tirmidzi, ia berkata, "Hadits ini
hasan shahih.")
لَيْسَ
شَيْءٌ أَكْرَمُ عَلَى اللهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
"Tidak ada sesuatu yang
paling mulia bagi Allah Ta'ala daripada doa." (HR. Ahmad, Bukhari dalam Al
Adabul Mufrad, Tirmidzi dan Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahihul Jami' no. 5392)
إِنَّهُ
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْه
"Sesungguhnya
barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya."
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami'
no. 2418)
إِنَّ
رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ، يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا
رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ، أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا
"Sesungguhnya
Tuhanmu Tabaaraka wa Ta'ala Pemalu dan Mahamulia, Dia malu jika hamba-Nya
mengangkat kedua tangannya kepada-Nya, namun dikembalikan dalam keadaan
hampa." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan dishahikan oleh Syaikh Al Albani.
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Sanadnya jayyid.")
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ
وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا
أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ
وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا إِذًا نُكْثِرُ
قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ
“Tidak ada seorang muslim yang berdoa suatu
doa yang di dalamnya tidak ada dosa dan memutuskan tali silaturrahim, kecuali
Allah akan memberikan karena doa itu salah satu dari tiga keadaan; bisa saja
doanya disegerakan, bisa juga Allah simpan untuknya di akhirat dan bisa juga
Allah hindarkan dia dari keburukan semisalnya.” Para sahabat bertanya,
“Bagaimana jika kami memperbanyak doa.” Beliau menjawab, “Allah lebih
memperbanyak lagi.” (HR. Ahmad, Al Bazzar dan Abu Ya’la dengan sanad-sanad yang
jayyid, dan diriwayatkan pula oleh Hakim, ia berkata, “Shahih isnadnya.” Hadits
ini dinyatakan “Hasan shahih” oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib no.
1633)
Adab Berdoa
1.
Ikhlas
karena Allah Ta'ala (lihat surat Al Mu'min: 65)
2.
Memulai
dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam dan menutup dengannya.
Fudhalah bin 'Ubaid
radhiyallahu 'anhu berkata:
سَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ لَمْ يُمَجِّدِ
اللَّهَ تَعَالَى، وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَجِلَ
هَذَا» ، ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ: - أَوْ لِغَيْرِهِ - «إِذَا صَلَّى
أَحَدُكُمْ، فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَالثَّنَاءِ
عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ»
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, namun
tidak mengagungkan Allah Ta'ala dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, maka Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Orang ini terburu-buru." Kemudian Beliau memanggilnya dan bersabda
kepadanya atau kepada yang lain, "Apabila salah seorang di antara kamu
shalat, maka hendaklah ia memulai dengan mengagungkan Tuhannya 'Azza wa Jalla
dan memuji-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
lalu berdoa dengan apa yang dia inginkan." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi,
dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
3.
Serius
dalam berdoa dan yakin akan dikabulkan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
لاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ،
لِيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ، فَإِنَّهُ لاَ مُكْرِهَ لَه
"Janganlah
sekali-kali salah seorang di antara kamu berkata, "Ya Allah, ampunilah aku
jika Engkau menghendaki. Ya Allah, sayangilah aku jika Engkau menghendaki.
Hendaklah ia serius meminta, karena tidak ada yang memaksa-Nya." (HR.
Bukhari dan Muslim)
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ
مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً
مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
"Berdoalah kepada
Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, bahwa Allah tidak
mengabulkan doa dari (orang) yang hatinya lalai lagi lengah." (HR.
Tirmidzi dan Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami'
no. 245)
4.
Mendesak
dalam berdoa dan tidak terburu-buru. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا
لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
"Akan dikabulkan
doa salah seorang di antara kamu selama ia tidak terburu-buru, yaitu ia
mengatakan, "Aku berdoa, tetapi belum dikabulkan." (HR. Bukhari dan
Muslim)
لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ
لِلْعَبْدِ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ
يَسْتَعْجِلْ» قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ:
«قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ، فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي، فَيَسْتَحْسِرُ
عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاء
"Akan senantiasa
dikabulkan doa seorang hamba selama ia tidak berdoa yang isinya dosa dan
memutuskan tali silaturrahim, dan selama ia tidak terburu-buru." Ada yang
bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu terburu-buru?" Beliau menjawab,
"Ia mengatakan, 'saya sudah berdoa, tetapi belum juga dikabulkan, akhirnya
ia malas dan meninggalkan doa." (HR. Muslim)
5.
Hadirnya
hati ketika berdoa, lihat haditsnya di no. 3.
6.
Tetap
terus berdoa, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ
يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ
فِي الرَّخَاءِ
"Barang siapa
yang suka Allah mengabulkan doanya ketika susah dan menderita, maka hendaknya
ia memperbanyak doa ketika lapang." (HR. Tirmidzi dan Hakim, dihasankan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 6290)
7.
Tidak
meminta selain kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala saja. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ
اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
"Apabila kamu
meminta, maka mintalah kepada Allah, dan apabila kamu meminta pertolongan, maka
mintalah pertolongan kepada Allah." (HR. Tirmidzi, ia berkata:
"Hadits hasan shahih," dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
8.
Tidak
mendoakan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri sendiri. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَدْعُوا عَلَى
أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى
أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ،
فَيَسْتَجِيبُ لَكُم
"Janganlah kalian
mendoakan keburukan kepada diri kalian, juga jangan kepada anak kalian dan
harta kalian, agar kalian tidak bertepatan dengan waktu yang jika diminta, maka
Dia akan mengabulkannya." (HR. Muslim)
9.
Merendahkan
suara antara pelan sekali dan keras, lihat surah Al A'raaf: 55 dan 205.
10. Mengakui dosa-dosa, beristighfar daripadanya, mengakui nikmat
dan bersyukur terhadapnya.
Hal ini sebagaimana dalam
tobat Nabi Adam 'alaihis salam sehingga Allah menerima tobatnya, yaitu:
رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ
مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Ya Tuhan kami,
kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami
dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang
merugi." (Lihat Al A'raaf: 23)
Demikian juga seperti dalam
doa sayyidul istighfar yang memiliki keutamaan yang besar.
11. Tidak memberatkan diri dengan bersajak (berpuisi) dalam berdoa.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
حَدِّثِ النَّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ
مَرَّةً، فَإِنْ أَبَيْتَ فَمَرَّتَيْنِ، فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاَثَ مِرَارٍ،
وَلاَ تُمِلَّ النَّاسَ هَذَا القُرْآنَ، وَلاَ أُلْفِيَنَّكَ تَأْتِي القَوْمَ
وَهُمْ فِي حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِهِمْ، فَتَقُصُّ عَلَيْهِمْ، فَتَقْطَعُ
عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتُمِلُّهُمْ، وَلَكِنْ أَنْصِتْ، فَإِذَا أَمَرُوكَ
فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ، فَانْظُرِ السَّجْعَ مِنَ الدُّعَاءِ
فَاجْتَنِبْهُ» ، فَإِنِّي عَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ لَا يَفْعَلُونَ إِلَّا ذَلِكَ يَعْنِي لاَ يَفْعَلُونَ
إِلَّا ذَلِكَ الِاجْتِنَاب
"Sampaikanlah
(nasihat) kepada manusia sejum'at (sepekan) sekali. Jika engkau tidak suka,
maka dua kali, dan jika engkau ingin menambah, maka cukup tiga kali. Jangan
membuat manusia bosan terhadap Al Qur'an ini. Dan aku tidak ingin sama sekali
engkau mendatangi orang yang baru sadar, lalu engkau sampaikan kisah kepada
mereka sehingga kamu putuskan pembicaraan (aktifitas) mereka, akhrnya kamu
membuat mereka bosan. Akan tetapi berhentilah. Jika mereka menyuruh(meminta)mu,
maka sampaikanlah (nasihat) sedang mereka dalam keadaan suka. Perhatikanlah
masalah berdoa dengan sajak (puisi), jauhilah ia. Karena yang aku tahu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya tidak melakukan
selain itu, yakni meninggalkannya." (Diriwayatkan oleh Bukhari)
12. Merendahkan diri, khusyu', berharap dan cemas dalam berdoa,
lihat surah Al An'aam: 43 dan Al A'raaf: 55-56.
13. Mengembalikan barang yang diambil secara zalim kepada pemiliknya
disertai dengan meminta maaf dan bertobat kepada Allah Subhaanahu wa Ta;ala.
Jika ia merasa malu mengembalikan, maka ia bisa melalui kawannya agar
menyerahkan barang itu kepada yang punya sambil meminta maafnya dan meminta
agar tidak disebutkan namanya.
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ
تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ
الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ
الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً
وَقاَلَ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ
طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ
ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى
السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ .
“Sesungguhnya Allah Ta’ala baik, tidak
menerima kecuali yang baik. Allah memerintahkan orang-orang yang beriman
sebagaimana Dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firman-Nya, “Wahai para
rasul! Makanlah yang baik-baik dan beramal salehlah.” Dan Dia berfirman, “Wahai
orang-orang yang beriman! Makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rezekikan
kepada kamu.” Kemudian beliau menyebutkan tentang seseorang yang melakukan
perjalan jauh dalam keadaan rambutnya kusut lagi berdebu. Orang itu mengangkat
kedua tangannya ke langit sambil berkata, “Ya Rabbi, ya Rabbi,” padahal
makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi
dari sesuatu yang haram, maka bagaimana
doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim)
14. Makanan, minuman, dan pakaiannya dari yang halal, lihat hadits
di atas.
15. Tidak berdoa yang isinya dosa dan memutuskan tali silaturrahim
(telah disebutkan haditsnya).
16. Mengulangi doa sebanyak tiga kali.
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
مَا اسْتَجَارَ عَبْدٌ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مِرَارٍ
إِلَّا قَالَتِ النَّارُ: اللهُمَّ أَجِرْهُ مِنِّي، وَلَا يَسْأَلُ الْجَنَّةَ إِلَّا
قَالَتِ الْجَنَّةُ: اللهُمَّ أَدْخِلْهُ إِيَّايَ
"Tidaklah seorang
hamba meminta perlindungan dari neraka sebanyak tiga kali, kecuali neraka akan
berkata, "Ya Allah, lindungilah dia dariku." Dan tidaklah ia meminta
surga kecuali, surga akan berkata, "Ya Allah, masukkanlah ia kepadaku."
(HR. Ahmad, Syaikh Syu'aib Al Arnauth berkata, "Hadits shahih, dan isnad
ini hasan karena ada Yunus bin Abu Ishaq, namun ia dimutaba'ahkan.")
17. Menghadap kiblat, sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam menghadap ke kiblat dalam doa istisqa' (meminta hujan) dan beberapa
keadaan lainnya.
18. Mengangkat kedua tangan, lihat hadits no. 13.
Imam Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah
berkata, “Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam beberapa
cara mengangkat kedua tangan dalam berdoa, di antaranya adalah:
a. Beliau berisyarat dengan
jari telunjuknya saja. Telah diriwayatkan bahwa Beliau melakukan hal itu di
atas mimbar, dan Beliau juga melakukannya ketika menaiki hewan kendaraannya.
Jamaah para ulama juga berpendapat, bahwa doa qunut dalam shalat cukup
berisyarat dengan jarinya, di antara mereka adalah Al Auza’i, Sa’id bin Abdul
Aziz, Ishaq bin Rahawaih. Ibnu Abbas dan lainnya berkata, “Ini adalah
keikhlasan dalam berdoa.” Ibnu Sirin berkata, “Jika engkau memuji Allah, maka
berisyaratlah dengan satu jari.”
b. Beliau mengangkat kedua
tangannya dan menjadikan punggung telapak tangan ke kiblat, sedangkan Beliau
menghadap ke tangan itu, serta menjadikan bagian perut telapak tangan dekat
dengan wajah. Tatacara seperti ini telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu
alaihi wa sallam dalam doa istisqa. Sebagian ulama berpendapat, bahwa
mengangkat tangan dengan cara seperti ini dilakukan pula dalam shalat istisqa.
Yang berpendapat demikian di antaranya Al Jauzajani. Sebagian kaum salaf
berpendapat, bahwa mengangkat tangan dengan cara seperti ini merupakan bentuk
kerendahan diri.
c. Kebalikan dari tatacara di
atas (punggung telapak tangan menghadap muka dan perut telapak tangan ke
kiblat) telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam istisqa
pula. Telah diriwayatkan dari jamaah kaum salaf, bahwa mereka berdoa demikian.
Sebagian mereka berpendapat, bahwa tatacara seperti ini merupakan permohonan
perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla, di antara yang berpendapat demikian
adalah Ibnu Umar, Ibnu Abbas, dan Abu Hurairah. Telah diriwayatkan dari Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bahwa Beliau ketika meminta perlindungan
mengangkat tangannya dengan cara demikian.
d. Mengangkat kedua tangan
dan menjadikan perut kedua telapak tangan menghadap langit, sedangkan punggung
telapak tangan ke tanah. Telah ada perintah demikian dalam memohon kepada Allah
Azza wa Jalla bukan hanya satu hadits. Dan dari Ibnu Umar, Abu Hurairah, dan
Ibnu Sirin, bahwa hal itu merupakan doa dan permohonan kepada Allah Azza wa
Jalla.
e. Kebalikan dari sebelumnya
(membalikkan telapak tangannya dengan menjadikan punggung telapak tangannya ke
langit dan perut telapak tangan ke bumi). Dalam Shahih Muslim dari Anas,
bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam beristisqa (meminta turun hujan kepada
Allah), lalu berisyarat dengan punggung kedua telapak tangannya ke langit. Imam
Ahmad juga menyebutkan namun dengan lafaz (yang artinya), “Beliau buka
tangannya dan menjadikan punggungnya menghadap langit.” Abu Dawud juga
menyebutkan namun lafaznya (yang artinya), “Beliau beristisqa begini,” yakni
membentangkan tangannya, menjadikan perut kedua telapak tangan menghadap ke
bumi.” Imam Ahmad juga menyebutkan dari hadits Abu Sa’id Al Khudri ia berkata,
“Nabi shallallahu alaihi wa sallam wuquf di Arafah berdoa dengan cara seperti
ini, Beliau mengangkat kedua tangannya sejajar dengan dadanya, dan menjadikan
perut kedua telapak tangannya menghadap bumi.” Demikian pula Hammad bin Salamah
menyifatkan praktek mengangkat tangan yang dilakukan Nabi shallallahu alaihi wa
sallam ketika di Arafah. Telah diriwayatkan dari Ibnu Sirin, bahwa yang
demikian merupakan permohonan perlindungan. Al Humaidiy berkata, “Itu adalah
ibtihal (berdoa sepenuh hati).” (Jami’ul Ulum wal Hikam 1/258).
Dari
Ibnu Abbas, bahwa mengangkat kedua tangan sejajar dengan dada itulah berdoa,
sedangkan mengangkat melebihi kepala adalah dalam ibtihal/mubahalah (doa laknat
kepada yang berdusta).
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata tentang cara berdoa, "Yaitu ia gabung kedua tangannya -ketika berdoa- seperti keadaan orang yang meminta-minta yang butuh diberi sesuatu oleh orang lain. Adapun merenggangkan atau menjauhkan tangan, maka aku tidak mengetahui dasarnya baik dalam As Sunnah maupun perkataan ulama." (Asy Syarhul Mumti 4/18)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Jamaah kawan-kawan kami (yang
semadzhab) dan lainnya mengatakan, “Sunnahnya untuk setiap doa dengan maksud dihilangkan
bala seperti kemarau panjang dan sebagainya adalah dengan mengangkat kedua
tangan dan menjadikan punggung kedua telapak tangan ke langit, dan apabila berdoa
meminta sesuatu atau agar terwujud
sesuatu adalah dengan cara menjadikan perut telapak tangannya ke langit. Mereka
berdalih dengan hadits ini.”
Yakni hadits dalam Shahih Muslim, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika istisqa (meminta dditurunkan hujan) berisyarat dengan punggung kedua telapak tangannya ke langit.”
19. Berwudhu' sebelum berdoa jika memungkinkan.
20. Tidak berlebihan dalam berdoa.
Abdullah bin Mughaffal pernah
mendengar anaknya berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu
istana putih di sebelah kanan surga apabila aku memasukinya," maka
Abdullah bin Mughaffal berkata, "Wahai anakku, mintalah surga kepada Allah
dan berlindunglah kepada-Nya dari neraka. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ
الْأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاء
"Sesunggunya akan
ada di umat ini orang-orang yang berlebihan dalam bersuci dan dalam
berdoa." (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
21. Memulai dalam berdoa untuk dirinya sendiri, jika ia hendak
mendoakan orang lain.
Syaikh Sa'id Al Qahthani
berkata, "Telah sah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau
berdoa dengan memulai dari dirinya. Demikian juga telah sah, bahwa Beliau
pernah tidak memulai dari dirinya, seperti doa Beliau untuk Anas, Ibnu 'Abbas,
ibu Isma'il dan lain-lain, lihat rincian tentang masalah ini dalam Syarah
Nawawi terhadap Shahih Muslim 15/144, Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan At Tirmidzi
9/338, dan Shahih Bukhari dengan Al Fath-nya 1/218." (Ad Du'aa minal
Kitab was Sunnah hal. 10)
22. Bertawassul dengan nama-nama Allah yang indah (lihat Al Israa':
110), sifat-sifat-Nya yang tinggi, atau dengan amal saleh yang dilakukan oleh
orang yang berdoa, atau melalui doa seorang yang saleh yang masih hidup dan
hadir di hadapannya (sebagaiman Umar bin Khaththab meminta Abbas bin Abdul
Muththalib untuk berdoa kepada Allah meminta hujan turun).
23. Melakukan amr ma'ruf dan nahi mungkar. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ
اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا
يُسْتَجَابُ لَكُمْ
"Demi Allah yang
jiwaku di Tangan-Nya, kamu harus melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, atau
Allah segera mengirimkan hukuman dari-Nya, sehingga ketika kalian berdoa, maka
doa kalian tidak dikabulkan." (HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 7070)
24. Menjauhi maksiat.
Wallahu a’lam, wa shallallahu
'ala Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan
bin Musa
Maraji’: Adz Dzikru wad Du'aa (Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr), Ad Du'aa minal Kitaab was Sunnah (Dr. Sa'id bin Ali Al Qahthaniy), Jami’ul Ulum wal Hikam (Ibnu Rajab Al Hanbali), Al Mausuu'ah Al Hadiitsiyyah Al Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam li Abhaatsil Qur'ani waas Sunnah), Al Maktabatusy Syaamilah versi 3.39 dll.
0 komentar:
Posting Komentar