بسم الله الرحمن الرحيم
Dzikr Mutlak
الحمد لله والصلاة والسلام على من لانبي بعده
اما بعد:
Allah
Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
“Sesungguhnya
mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).” (Terj. Al ‘Ankabut: 45)
“Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan), dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.” (Terj. Al Baqarah: 152)
“Maka
kalau Sekiranya dia (Yunus) tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat
Allah,”-- Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari
berbangkit. (Terj.Ash Shaaffaat: 143-144)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ
الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan
orang yang mengingat Tuhannya dengan orang yang tidak mengingat Tuhannya
seperti perumpamaan orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari)
Dzikr terbagi dua: Dzikr Mutlak dan Dzikr Muqayyad.
Dzikr Mutlak adalah dzikr yang tidak ditentukan oleh syara’ (Al Qur’an atau hadits)
kapan dibacanya, maka boleh kapan saja Dzikr Mutlak dibaca selama tidak pada
waktu yang seharusnya dibaca dzikr muqayyad[1].
Sedangkan Dzikr Muqayyad adalah dzikr yang ditentukan oleh syara’ kapan
dibacanya seperti dzikr setelah shalat, dzikr ketika masuk masjid dan keluar
masjid, dzikr memakai pakaian dan melepasnya dst.
Berikut ini kami sebutkan sebagian di antara dzikr
mutlak, mudah-mudahan Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberi taufiq kepada kita
untuk mengamalkannya. Allahumma aamin.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r
كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى اَلرَّحْمَنِ, خَفِيفَتَانِ عَلَى
اَللِّسَانِ, ثَقِيلَتَانِ فِي اَلْمِيزَانِ, سُبْحَانَ اَللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ,
سُبْحَانَ اَللَّهِ اَلْعَظِيمِ
Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Ada dua kalimat yang dicintai Ar Rahman (Allah), ringan di
lisan dan berat di timbangan yaitu “Subhaanallah wa bihamdih-subhaanalalahil
‘azhiim[2].”
(HR. Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ أَىُّ الْكَلاَمِ أَفْضَلُ قَالَ « مَا
اصْطَفَى اللَّهُ لِمَلاَئِكَتِهِ أَوْ لِعِبَادِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ
وَبِحَمْدِهِ » .
Dari
Abu Dzar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang
kalimat yang paling utama, Beliau menjawab, “Yaitu yang Allah pilih untuk para
malaikat-Nya atau para hamba-Nya; Subhaanallahi wa bihamdih.” (HR.
Muslim)
عَنْ جَابِرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِي
الْجَنَّةِ
Dari
Jabir, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Barang siapa
yang mengucapkan Subhaanallahil ‘azhiim wabihamdih.” Maka akan ditanamkan
sebuah pohon kurma di surga.” (HR. Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan.”
Haitsami menyebutkan dalam Al Majma’ dan menyandarkannya kepada Al Bazzar dari
hadits Abdullah bin ‘Amr, dan ia berkata, “Isnadnya jayyid.”)
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى
اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ . لاَ يَضُرُّكَ بَأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ .
Dari
Samurah bin Jundab ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Kalimat yang paling dicintai Allah ada empat, yaitu: Subhaanallah,
Al Hamdulillah, Laailaahaillallah, dan Allahu Akbar[3]. Tidak mengapa bagimu
memulai dari yang mana saja.” (HR. Muslim)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « لأَنْ أَقُولَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا
طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ » .
Dari Abu
Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh, aku mengucapkan Subhaanallah, Al
Hamdulillah, Laailaahaillallah, dan Allahu Akbar lebih aku sukai dari apa yang disinari oleh
matahari terbit.” (HR. Muslim)
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَقْرِئْ
أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلَامَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ
عَذْبَةُ الْمَاءِ وَأَنَّهَا قِيعَانٌ وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Dari Ibnu
Mas’ud ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku
bertemu dengan Ibrahim pada malam ketika aku diisra’kan, maka ia berkata,
“Wahai Muhammad, sampaikan salam dariku untuk umatmu dan beritahukan kepada
mereka, bahwa surga, tanahnya bagus, airnya segar, dan ia adalah lembah-lembah,
dan bahwa tanamannya adalah Subhaanallah, wal hamdulillah, walaailaahaillallah
wallahu akbar.” (HR. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jaami’)
عَنْ جُوَيْرِيَةَ أَنَّ
النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ مِنْ عِنْدِهَا بُكْرَةً حِينَ صَلَّى
الصُّبْحَ وَهِىَ فِى مَسْجِدِهَا ثُمَّ رَجَعَ بَعْدَ أَنْ أَضْحَى وَهِىَ
جَالِسَةٌ فَقَالَ « مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِى فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا » .
قَالَتْ نَعَمْ . قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم « لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ
أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ
لَوَزَنَتْهُنَّ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ
وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ » .
Dari
Juwairiyyah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah keluar dari
sisinya pada pagi hari setelah shalat Subuh, sedangkan ia (Juwairiyyah) berada
di tempat shalatnya. Setelah itu, Beliau pulang setelah tiba waktu Duha sedangkan
ia (Juwairiyyah) masih dalam keadaan duduk. Lalu Beliau bertanya, “Apakah
engkau tetap dalam keadaan ketika aku tinggalkan?” Ia menjawab, “Ya.” Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, aku telah mengucapkan
setelahmu 4 kalimat sebanyak tiga kali, yang jika ditimbang dengan yang engkau
ucapkan sejak tadi tentu akan menyamai timbangannya, yaitu Subhaanallahi
wabihamdih ‘adada khalqihi wa ridhaa nafsih wa zinata ‘arsyih[4].”
(HR. Muslim)
عَنْ أَبِيْ أَيُّوْبٍ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ « مَنْ قَالَ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ عَشْرَ مِرَارٍ كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ
أَرْبَعَةَ أَنْفُسٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ »
Dari Abu Ayyub dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
ia berkata: “Barang siapa mengucapkan “Laailaahaillallah wahdahuu laa syariika
lah lahul mulku walahul hamdu wa huwa alaa kulli syai’in qadiir.[5]”
10 x, maka ia seperti memerdekakan 4 orang keturunan Nabi Isma’il.” (HR.
Bukhari-Muslim)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ « مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ . كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ
رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ
وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِىَ وَلَمْ
يَأْتِ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ
ذَلِكَ . وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ » .
Dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang
siapa yang mengucapkan “Laailaahaillallah wahdahuu laa syariika lah lahul
mulku walahul hamdu wa huwa alaa kulli syai’in qadiir,” dalam sehari
seratus kali, maka hal itu sama seperti memerdekakan sepuluh orang budak, akan
dicatat untuknya seratus kebaikan dan akan dihapuskan darinya seratus
keburukan, dan ia akan dijaga dari setan pada hari itu sampai sore hari, dan
tidak ada seorang pun yang datang
membawa sesuatu yang lebih baik daripada yang ia bawa kecuali seorang
yang mengerjakan lebih dari itu. Dan barang siapa mengucapkan Subhaanallah
wabihamdih dalam sehari seratus kali, maka akan digugurkan kesalahannya
meskipun sebanyak buih di laut.” (HR. Muslim)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَفْضَلُ الذِّكْرِ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Dzikr yang paling
utama adalah Laailaahaillallah dan doa yang paling utama adalah Al
Hamdulillah.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Tirmidzi, lihat Ash Shahiihah
(1497)).
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ جَاءَ أَعْرَابِىٌّ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ عَلِّمْنِى كَلاَمًا أَقُولُهُ قَالَ
« قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ اللَّهُ أَكْبَرُ
كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ
حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ » . قَالَ
فَهَؤُلاَءِ لِرَبِّى فَمَا لِى قَالَ « قُلِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَارْحَمْنِى
وَاهْدِنِى وَارْزُقْنِى » .
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ia berkata: Ada seorang Arab baduwi datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, “Ajarilah aku suatu kalimat.” Beliau
bersabda, “ Ucapkanlah, ““Laailaahaillallah wahdahuu laa syariika lah, Allahu
akbar, wal hamdulillahi katsiiraa, subhaanallahi Rabbil ‘aalamiin, laa haula
walaa quwwata illaa billahil ‘aziizil hakiim[6].”
Ia (orang Arab baduwi) itu berkata, “Itu untuk Tuhanku, lalu untuk aku apa?”
Beliau bersabda, “Ucapkanlah, “Allahummagh firlii war hamnii wahdinii warzuqnii[7].”
(HR. Muslim)
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ كُنَّا عِنْدَ
رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ « أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ
يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ » . فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ
كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ قَالَ « يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيحَةٍ
فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفُ حَسَنَةٍ أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفُ خَطِيئَةٍ » .
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ia berkata: Kami pernah berada di dekat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda, “Apakah salah
seorang di antara kamu merasa kesulitan untuk mengerjakan 1000 kebaikan setiap
hari?” Lalu di antara yang duduk ada yang bertanya, “Bagaimana salah seorang di
antara kami dapat mengerjakan 1000 kebaikan?” Beliau bersabda, “Yaitu ia
bertasbih (mengucapkan subhaanallah) seratus kali, maka akan dicatat 1000
kebaikan atau digugurkan 1000 kesalahan.” (HR. Muslim)
عَنْ أَبِي مُوسَى اَلْأَشْعَرِيِّ t قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ
اَللَّهِ r
يَا عَبْدَ اَللَّهِ بْنَ قَيْسٍ! أَلَّا أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ
كُنُوزِ اَلْجَنَّةِ? لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ.
Dari
Abu Musa Al Asy’ariy, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepadaku, “Wahai Abdullah bin Qais, maukah kamu aku tunjukkan salah
satu dari sekian perbendaharaan surga? Yaitu Laa haula wa laa quwwata illaa
billah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ
الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ
دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
Dari
Abu Sa’id Al Khudriy radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mengucapkan, “Radhiitu billahi rabba wa
bil Islaami diina wa bimuhammadir rasuulaa[8],” maka surga wajib
baginya.” (HR. Abu Dawud, para perawinya tsiqah, dan dishahihkan oleh Ibnu
Hibban dan Hakim)
Faedah:
عَنْ يُسَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهُنَّ أَنْ يُرَاعِينَ بِالتَّكْبِيرِ وَالتَّقْدِيسِ
وَالتَّهْلِيلِ وَأَنْ يَعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ
Dari
Yusairah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan mereka
memperhatikan takbir, taqdis (tasbih), dan tahlil (ucapan laailaahaillallah),
serta memerintahkan mereka menghitungnya dengan jari, karena jari itu akan
ditanya dan diminta berbicara.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: رَأَيْتُ
النَّبِيَّ يَعْقِدُ التَّسْبِيْحَ بِيَمِيْنِهِ
Dari
Abdullah bin Umar ia berkata: Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
menghitung tasbih dengan tangan kanannya.” (HR. Abu Dawud dengan lafaznya 2/81, Tirmidzi 5/521, dan lihat Shahihul
Jami’ 4/271, no. 4865)
Wallahu
a’lam, wa shallallahu 'ala Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Adzkaar (Imam
Nawawi), Maktabah Syamilah dll.
[1] Termasuk
kekeliruan yang sering dilakukan orang adalah membaca dzikr mutlak pada waktu
yang seharusnya dibaca adalah dzikr muqayyad. Misalnya setelah shalat, kita
sering mendengar mereka membaca “Laailaaha illallah” 100 x, padahal dzikr
setelah shalat termasuk dzikr muqaayyad yang sudah diajarkan bacaan khusus oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[2] Artinya: Mahasuci
Allah dan dengan memuji-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung.
[3] Artinya:
Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, Allah Mahabesar dan tidak ada Tuhan
yang berhak disembah selain Allah.
[4] Artinya: “Mahasuci Allah, aku memuji-Nya sebanyak makhluk-Nya,
sejauh keidhaan-Nya, seberat timbangan arsy-Nya dan sebanyak tinta
kalimat-Nya.”
[5] Artinya: “Tidak
ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagiNya.
Milik-Nyalah kerajaan dan milik-Nyalah pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
[6] Artinya: Tidak ada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah Mahabesar,
segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah Rabbul ‘aalamiin,
dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahaperkasa
lagi Mahabijaksana.”
[7] Artinya: Ya Allah, ampunilah
aku, sayangilah aku, tunjukilah aku dan berilah aku rezeki.”
[8] Artinya: Aku
ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai
Rasulku.”
0 komentar:
Posting Komentar