Kaedah Penting Asma'ul Husna (4)

بسم الله الرحمن الرحيم
Kaedah Penting Asma'ul Husna
 (bag. 4)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut ini pembahasan lanjutan tentang Asma'ul Husna, semoga Allah menjadikannya ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamiin.
**********
8- الْإِلْحَادُ فِي أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالَى هُوَ الْمَيْلُ بِهَا عَمَّا يَجِبُ فِيْهَا: وَهُوَ أَنْوَاعٌ :
الْأَوَّلُ : أَنْ يُنْكِرَ شَيْئاً مِنْهَا أَوْ مِمَّا دَلَّتْ عَلَيْهِ مِنَ الصِّفَاتِ وَالْأَحْكَامِ
وَ الثَّانِي : أَنْ يَجْعَلَهَا دَالَّـةٌ عَلَى صِفَـاتِ تُشَابِهُ صِفَاتَ الْمَخْلُوْقِيْـنَ
 الثَّالِثُ : أَنْ يُسَمَّى اللهُ تَعَالَى بِمَا لَمْ يُسَمِّ بِهِ نَفْسَهُ
الرَّابِعُ : أَنْ يُشْتَـقَّ مِنْ أَسْمَائِـهِ أَسْمَـاءٌ لِلْأَصْنَامِ
"Ilhad dalam nama-nama Allah Ta'ala maksudnya adalah menyimpang dari yang seharusnya dilakukan, ia terbagi menjadi beberapa macam:
Pertama, mengingkari salah satu nama-nama Allah atau sifat[1] dan hukum[2] yang ditunjukkan olehnya.
Kedua, menjadikan nama-nama itu menunjukkan sifat yang serupa dengan makhluk.
Ketiga, menamai Allah Ta'ala dengan nama yang tidak diberikan Allah Ta'ala kepada Diri-Nya.
Keempat, memunculkan dari nama-nama Allah Ta'ala beberapa nama untuk berhala[3]."
Contoh penyimpangan pertama adalah seperti yang dilakukan oleh ahlut ta'thil dari kalangan Jahmiyyah dan lainnya.
Mengingkari nama-nama Allah Ta'ala, sifat atau hukum yang ditunjukkan dikatakan sebagai ilhad (penyimpangan), karena kita diwajibkan beriman kepadanya dan beriman kepada hukum atau sifat yang layak bagi Allah Ta'ala yang ditunjukkan dari nama-nama tersebut. Oleh karena itu, mengingkarinya merupakan penyimpangan.
Contoh penyimpangan kedua adalah seperti yang dilakukan oleh kaum musyabbihah (yang menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk). Hal itu, karena tasybih (serupa) merupakan kandungan batil yang tidak mungkin ditunjukkan oleh nash-nash, bahkan nash-nash yang datang malah membatalkannya. Dengan demikian menyerupakan sifat Allah Ta'ala dengan sifat makhluk-Nya merupakan penyimpangan.
Contoh penyimpangan ketiga adalah menamai Allah Ta'ala dengan nama yang Allah tidak menamai Diri-Nya dengan nama itu. Seperti yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani yang menamai Allah Ta'ala dengan nama "Bapak" atau yang dilakukan oleh ahli filsafat yang menamai Allah Ta'ala dengan nama "Illat faa'ilah" (sebab yang memiliki pengaruh). Hal itu, karena nama-nama Allah Ta'ala tauqifiyyah (menunggu dalil). Oleh karena itu, menamai Allah Ta'ala dengan nama yang dibuat mereka (orang-orang Nasrani dan Ahli Filsafat) merupakan sebuah kebatilan.
Contoh penyimpangan yang keempat adalah memunculkan dari nama-nama Allah tersebut beberapa nama untuk berhala seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dimana mereka memberi nama berhala mereka Uzza dari kata Al Aziiz dan Laata dari kata Al Ilaah.
Semua contoh di atas merupakan bentuk ilhad (penyimpangan) dan hukumnya haram. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, "Hanya milik Allah Asmaa-ul husna, maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya[4]. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (Terj. QS. Al A'raaf: 180)
Faedah:
Bolehkah menamai makhluk dengan salah satu nama Allah Ta'ala?
Jawab: Perlu diketahui bahwa nama-nama Allah Ta'ala ada yang khusus bagi Allah Ta'ala saja, di mana tidak boleh menamai makhluk dengannya. Contohnya: Allah, Ar Rahmaan, Al Khaaliq (yang mencipta), Al Baari' (Yang mencipta sesuatu tanpa cacat) dan Al Qayyum (yang mengurus makhluk-Nya sendiri). Nama-nama ini tidak menerima adanya syarikah (keikutsertaan yang lain).
Lalu bagaimana dengan nama-nama Allah selain di atas? Dalam hal ini ada perincian sbb.:
1.     Jika seseorang menamai orang lain dengan nama-nama tersebut[5] ada niat dalam hatinya karena sama sifat orang itu dengan sifat dari nama Allah tersebut, maka tidak boleh, baik diawali dengan kata "Al" (menunjukkan ma'rifat) maupun tidak.
2.     Jika tidak ada niat dalam hatinya sifat dari nama tersebut, maka boleh meskipun diawali dengan "Al".
**********
9- صِفَاتُ اللهِ كُلُّهَا صِفَاتُ كَمَالٍ لاَ نَقْصَ فِيْهَا بِوَجْهٍ مِنَ الْوُجُوْهِ
"Sifat Allah semuanya adalah sifat sempurna yang tidak ada kekurangan dari berbagai sisi."
Sifat-sifat Allah itu misalnya sifat hayat (hidup), ilmu (mengetahui), qudrah (mampu), sam' (mendengar), bashar (melihat), rahmah (sayang), 'izzah (perkasa), hikmah (bijaksana), 'uluw (tinggi), 'azhamah (agung) dsb.
Kaedah ini didasari oleh dalil sam'i (wahyu), 'aqli (akal) maupun fitrah.
Dalil sam'inya adalah firman Allah Ta'ala:
"Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Mahatinggi; dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Terj. QS. An Nahl: 60)
Dalil 'aqlinya adalah karena semua yang ada hakikatnya pasti memiliki sifat, baik sifat tersebut sempurna maupun memiliki kekurangan. Namun tidak mungkin bagi Allah Ta'ala memiliki sifat kekurangan. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyatakan batilnya penyembahan kepada berhala atau lainnya selain Allah Ta'ala, karena mereka semua memiliki kekurangan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedangkan berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang.--(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak mengetahui kapankah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan." (Terj. QS. An Nahl: 20-21)
Kita juga melihat dan menyaksikan bahwa pada makhluk ciptaan Allah ada yang memiliki sifat sempurna, yang demikian merupakan pemberian dari Allah Ta'ala. Jika sifat seperti itu pada makhluk, maka yang memberikan sifat sempurna itu, yaitu Allah Ta'ala tentu lebih sempurna lagi.
Sedangkan dalil fitrah adalah karena manusia diciptakan di atas fitrah mencintai Allah, mengagungkan-Nya dan menyembah kepada-Nya. Oleh karena itu, mereka merasakan bahwa yang disembah, dicintai dan diagungkan adalah Allah yang memiliki sifat sempurna yang layak bagi-Nya.
Demikian juga mustahil ada sifat kekurangan ada bagi Allah Ta'ala seperti mati, bodoh, lupa, lemah, buta, tuli dsb. Allah Ta'ala berfirman tentang Diri-Nya:
ª!$# Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ÓyÕø9$# ãPqs)ø9$# 4 Ÿw ¼çnäè{ù's? ×puZÅ Ÿwur ×PöqtR 4 ¼çm©9 $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# 3 `tB #sŒ Ï%©!$# ßìxÿô±o ÿ¼çnyYÏã žwÎ) ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ 4 ãNn=÷ètƒ $tB šú÷üt/ óOÎgƒÏ÷ƒr& $tBur öNßgxÿù=yz ( Ÿwur tbqäÜŠÅsム&äóÓy´Î/ ô`ÏiB ÿ¾ÏmÏJù=Ïã žwÎ) $yJÎ/ uä!$x© 4 yìÅur çmÅöä. ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur ( Ÿwur ¼çnߊqä«tƒ $uKßgÝàøÿÏm 4 uqèdur Í?yèø9$# ÞOŠÏàyèø9$# ÇËÎÎÈ  
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar." (Terj. QS. Al Baqarah: 255)
Bahkan Allah Ta'ala akan menimpakan hukuman kepada orang-orang yang menyifati Allah Ta'ala dengan sifat kekurangan, firman-Nya:
ÏMs9$s%ur ߊqåkuŽø9$# ßtƒ «!$# î's!qè=øótB 4 ôM¯=äî öNÍkÉ÷ƒr& (#qãYÏèä9ur $oÿÏ3 (#qä9$s% ¢ ö@t/ çn#ytƒ Èb$tGsÛqÝ¡ö6tB ß,ÏÿYムy#øx. âä!$t±o 4 
Orang-orang Yahudi berkata, "Tangan Allah terbelenggu," sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki."(Terj. QS. Al Maa'idah: 64)
Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga menyucikan Diri-Nya dari segala sifat kekurangan, firman-Nya:
z`»ysö6ß y7În/u Éb>u Ío¨Ïèø9$# $¬Hxå šcqàÿÅÁtƒ ÇÊÑÉÈ  
"Mahasuci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan." (Ash Shaaffaat: 180)
$tB xsƒªB$# ª!$# `ÏB 7$s!ur $tBur šc%Ÿ2 ¼çmyètB ô`ÏB >m»s9Î) 4 #]ŒÎ) |=yds%©! @ä. ¥m»s9Î) $yJÎ/ t,n=y{ Ÿxyès9ur öNßgàÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 z`»ysö6ß «!$# $£Jtã šcqàÿÅÁtƒ ÇÒÊÈ  
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, tentu masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu," (Terj. QS. Al Mu'minuun: 91)
Faedah:
Jika sebuah sifat dalam satu keadaan merupakan sebuah sifat sempurna dan pada keadaan lain merupakan sifat kekurangan, maka tidak boleh menetapkan untuk Allah Ta'ala secara mutlak dan tidak pula dinafikan secara mutlak. Bahkan dalam hal ini perlu ada perincian, bisa ditetapkan untuk Allah Ta'ala dalam keadaan yang menjadikan sifat itu sebagai sifat sempurna dan bisa dinafikan dalam keadaan yang menjadikan sifat tersebut jika dimiliki sebagai sifat kekurangan. Contoh dalam masalah ini adalah sifat makar, kaid (tipu daya), khudaa' (menipu) dsb. Sifat-sifat tersebut menjadi sifat sempurna dalam keadaan "jika menghadapi orang-orang yang melakukan perbuatan seperti itu", karena yang demikian menunjukkan bahwa yang memilikinya juga memiliki kemampuan untuk membalas musuhnya dengan melakukan tindakan yang sama atau lebih, dan sifat tersebut tentu akan menjadi sifat kekurangan dalam keadaan selain ini. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak menyebutkan sifat-sifat tersebut secara mutlak, bahkan disebutkan untuk menghadapi orang-orang yang seperti itu, firman-Nya:
4 tbrãä3ôJtƒur ãä3ôJtƒur ª!$# ( ª!$#ur çŽöyz tûï̍Å6»yJø9$# ÇÌÉÈ  
"Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya." (Terj. QS. Al Anfaal: 30)
¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# tbqããÏ»sƒä ©!$# uqèdur öNßgããÏ»yz
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka." (Terj. QS. An NIsaa': 142)
Namun Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak menyebutkan bahwa Diri-Nya akan mengkhianati orang-orang yang berkhianat kepada-Nya, firman-Nya:
bÎ)ur (#r߃̍ムy7tGtR$uÅz ôs)sù (#qçR$yz ©!$# `ÏB ã@ö6s% z`s3øBr'sù öNåk÷]ÏB 3 ª!$#ur íOŠÎ=tæ íOŠÅ3ym ÇÐÊÈ  
"Akan tetapi jika mereka (tawanan-tawanan itu) bermaksud hendak berkhianat kepadamu, maka sesungguhnya mereka telah berkhianat kepada Allah sebelum ini, lalu Allah menjadikan(mu) berkuasa terhadap mereka. Dan Allah Maha mengetahui lagi Mahabijaksana." (Terj. QS. Al Anfaal: 71)
Pada ayat tersebut Allah Ta'ala berfirman "Lalu Allah menjadikan(mu) berkuasa terhadap mereka." Dan tidak berfirman "Lalu Allah mengkhianati mereka." Hal itu karena khianat merupakan tipuan ketika sedang dipercaya, ia merupakan sifat tercela secara mutlak. Dari sini kita mengetahui mungkarnya perkataan sebagian orang awam "Allah akan mengkhianati orang-orang yang berkhianat kepada-Nya."
Bersambung…
Marwan bin Musa
Maraji': Al Qawaa'idul Mutsla fi Asmaa'illahi wa shifaatihil 'Ula karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin.


[1] Yakni menetapkan nama-nama bagi Allah Ta'ala, namun mengingkari sifat dari nama-nama itu seperti yang dilakukan oleh kaum Mu'tazilah, di mana mereka berkata, "Allah adalah 'aliim bilaa 'ilm," (mengetahui tanpa adanya pengetahuan). Mahasuci Allah Ta'ala dari yang demikian.
[2] Yang dimaksud "hukum" di sini adalah atsar (bekas) atau konsekwensi dari nama yang muta'addiy (memiliki objek) sebagaimana diterangkan dalam kaedah ketiga. Contoh dalam hukum (atsar dan konsekwensinya) adalah seperti yang dilakukan oleh kaum Mu'tazilah yang menetapkan nama bagi Allah Ta'ala, namun mengingkari sifat, mereka menetapkan atsar dari nama itu seperti "Allah Mengetahui" namun mereka tidak menetapkan sifat ilmu (mengetahui) bagi Allah Ta'ala.
[3] Seperti yang dilakukan oleh kaum musyrik.
[4] Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan Asmaa-ul husna untuk nama-nama selain Allah.
[5] Yakni nama-nama selain yang menerima syarikah (keikut sertaan).

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger