بسم الله الرحمن الرحيم
Kisah Nabi Musa dan Harun ‘alaihimass salam (bag. 3)
Penindasan
Fir'aun kepada Bani Israil untuk yang kedua kalinya
Mendengar
kata-kata para pesihir itu Fir'aun pun semakin marah, dan orang-orang sesat
dari kaumnya juga mendorong Fir'aun untuk menghukum Musa dan Harun. Ketika
itulah, Fir'aun mengeluarkan ketetapannya, yaitu membunuh anak-anak orang-orang
yang beriman dari kalangan Bani Israil dan membiarkan wanita. Dengan adanya
keputusan ini, maka Fir'aun berhasil membuat takut kaum lemah Bani Israil dan
mereka yang ada penyakit dalam hatinya, mereka tidak beriman kepada Musa karena
takut akan ancamannya, bahkan orang yang beriman saja sampai tidak masuk ke
dalam Islam secara sempurna karena takut terhadap Fir'aun.
Ketika
Nabi Musa 'alaihis salam melihat kaumnya merasakan ketakutan yang sangat, maka
Beliau berkata kepada kaumnya, "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada
siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah
bagi orang-orang yang bertakwa."
Maka
Kaum Musa berkata, "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang
kepada Kami dan setelah kamu datang."
Musa
menjawab, "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu
khalifah di bumi-(Nya), Maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." (lihat
Al A'raaf: 128-129)
Fir'aun
juga mulai mencari cara untuk menyingkirkan Nabi Musa, maka pada suatu hari ia
mengumpulkan para pembantu dan keluarganya serta memberitahukan usulnya, yaitu
membunuh Musa. Namun di tengah-tengah mereka ada seorang yang menyembunyikan
keimanannya dan berkata, "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki
karena Dia menyatakan, "Tuhanku ialah Allah," padahal dia telah
datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia
seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia
seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan
menimpamu." (Lihat QS. Al Mu'min: 28)
Lalu
ia mengajak orang-orang Mesir untuk beriman kepada Allah dan memperingatkan
mereka dari azab Allah, tetapi Fir'aun berpaling darinya dan tidak mau
mendengar nasihatnya.
Musibah-musibah
yang ditimpakan kepada Fir'aun dan kaumnya dan bagaimana Fir'aun tetap tidak
mau bertobat
Hari
pun berlalu, Fir'aun dan para pembantunya terus menyiksa Bani Israil dan
membebankan mereka dengan kerja-kerja yang berat, ia juga tidak mau
mendengarkan nasihat Nabi Musa untuk membiarkan dirinya dan kaumya pergi
meninggalkan Mesir, sehingga Allah menimpakan kepada mereka kemarau panjang dan
kekurangan, dimana air sungai Nil surut, buah-buahan berkurang, dan manusia
banyak yang kelaparan, sehingga mereka merasakan tidak sanggup menghadapi
cobaan dari Allah 'Azza wa Jalla. Allah Subhaanahu wa Ta'ala juga menimpakan
kepada mereka berbagai macam azab di samping yang disebutkan, seperti banjir
yang menenggelamkan tanaman dan rumah-rumah mereka, mengirimkan belalang yang
memakan sisa tanaman dan pepohonan mereka, demikian pula mengirimkan kutu
(ulat) sehingga memakan makanan yang mereka simpan, mengirimkan katak sehingga
membuat mereka sulit istirahat, serta menjadikan air yang datang kepada mereka
dari sungai Nil, sumur dan mata air yang ada menjadi darah.
Semua
musibah ini menimpa Fir'aun dan kaumnya, adapun Musa dan Harun serta
orang-orang yang beriman bersamanya, maka tidak mendapatkannya. Hal ini
merupakan bukti kebenaran apa yang dibawa Nabi Musa dan Nabi Harun 'alaihimas
salam.
Hari
pun berlalu dan musibah itu terus belanjut, bahkan semakin hari semakin
bertambah, maka orang-orang Mesir mendatangi Fir'aun mengusulkan kepadanya
untuk melepaskan Bani Israil sambil meminta kepada Nabi Musa agar ia berdoa
kepada Tuhannya agar Tuhannya menghilangkan musibah itu dari mereka. Mereka
berkata, "Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan
(perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika
kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada Kami, pasti Kami akan beriman
kepadamu dan akan Kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu."
Namun
ketika Allah telah menghilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang
mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. (Lihat Al A'raaf:
134-135)
Fir'aun
juga semakin bertambah penentangannya dan kekafirannya kepada Allah dan
senantiasa mendustakan semua ayat yang dibawa oleh Nabi Musa 'alaihis salam,
hingga akhirnya Nabi Musa berdoa kepada Allah agar Dia melepaskan Bani Israil
dari cengkeraman Fir'an serta mengazab orang-orang kafir dengan azab yang
pedih. Nabi Musa berkata, "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan
dalam kehidupan dunia. Wahai Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia)
dari jalan Engkau. Wahai Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci
matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan
yang pedih." (Terj. QS. Yunus: 88)
Maka
Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengabulkan doa Nabi-Nya dan Rasul-Nya Musa 'alaihis
salam dan datanglah perintah dari Allah kepada Nabi Musa untuk membawa Bani
Israil pergi di malam hari serta memberitahukan, bahwa Fir'aun akan menyusul
mereka.
Nabi
Musa 'alaihis salam membawa pergi Bani Israil dan disusulnya mereka oleh
Fir'aun
Maka
Nabi Musa membawa Bani Israil pada malam hari dan berangkatlah Musa bersama
Bani Israil ke arah laut, mereka berjalan kaki
ke sana, namun berita kepergian Nabi Musa dan Bani Isaril ternyata
diketahui Fir'aun, maka Fir'aun marah besar dan mengirim orang untuk
mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. Fir'aun berkata, "Sesungguhnya
mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil. Dan sesungguhnya mereka
membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita. Dan sesungguhnya kita benar-benar
golongan yang selalu waspada."
Maka
keluarlah Fir'aun dan kaumnya dalam jumlah besar untuk mengejar Nabi Musa dan
Bani Israil, hingga akhirnya Fir'aun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka
di waktu matahari terbit. Kedua golongan itu pun saling melihat, dan saat itu
pengikut-pengikut Musa berkata, "Sesungguhnya kita benar-benar akan
tersusul." Tetapi Musa menenangkan mereka dan mengingatkan mereka, bahwa
Allah Subhaanahu wa Ta'ala akan menolong mereka, Beliau berkata, "Sekali-kali
tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi
petunjuk kepadaku."
Penenggelaman
Fir'aun
Selanjutnya,
Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukul tongkatnya ke laut, maka dengan
izin Allah laut pun terbelah, dimana setiap
belahan seperti gunung yang besar (lihat QS. Asy Syu'araa: 52-63). Ketika
itulah, Bani Israil segera melintasi laut hingga sampai di seberang, sedangkan
Fir'aun berada di tepi sebelumnya, dan ketika Fir'aun melihat jalan-jalan di
tengah laut senantiasa terbuka, maka ia bersama tentaranya pun melewati jalan
itu untuk mengejar Bani Israil. Dan ketika mereka telah sampai di tengah laut,
maka laut pun kembali seperti biasa sehingga mereka semua tenggelam. Dan saat
Fir'aun telah merasakan dirinya akan tenggelam, ia pun berusaha menyelamatkan
dirinya dengan berkata, "Saya percaya bahwa tidak ada tuhan yang berhak
disembah melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (Lihat Yunus: 90)
Akan
tetapi, saat untuk bertobat tidak lagi berguna karena nyawa telah sampai di
tenggorokan.
Setelah
Fir'aun menghebuskan nafasnya, maka ombak laut membawa jasadnya dan melemparnya
ke pinggir pantai agar dilihat oleh orang-orang Mesir, agar menjadi pelajaran
bagi mereka, bahwa orang yang mereka sembah selama ini serta mereka taati tidak
mampu menolak kematian sedikit pun dari dirinya serta menjadi pelajaran bagi
setiap orang yang sombong lagi kejam.
Penenggalaman
Fir'aun ini terjadi pada hari Asyura (10 Muharram). Ibnu Abbas berkata,
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, sedangkan orang-orang
Yahudi melakukan puasa pada hari Asyura, lalu Beliau bertanya, "Hari apa
yang kalian berpuasa ini?" Mereka menjawab, "Ini adalah hari dimana
Musa pernah mengalahkan Fir'aun." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda (kepada para sahabat), "Kalian lebih berhak dengan Nabi Musa
daripada mereka, maka berpuasalah." (HR. Bukhari, Muslim, Nasa'i dalam Al
Kubra, Ibnu Majah, dan lain-lain).
Setelah
Bani Israil melintasi lautan, maka mereka berjalan ke negeri yang suci
(Palestina), namun di tengah perjalanan, mereka melihat orang-orang yang
menyembah patung, lalu mereka meminta kepada Nabi Musa 'alaihis salam agar mengadakan
buat mereka sesembahan seperti yang mereka miliki, maka Nabi Musa berkata, "Sesungguhnya
kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)"--
Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan
batal apa yang seIalu mereka kerjakan." (Lihat QS. Al A'raaf: 138-139)
Nabi
Musa juga berkata, "Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu selain Allah,
padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat (pada masa itu)."
(Lihat QS. Al A'raaf: 140)
Beberapa
nikmat Allah kepada Bani Israil
Nabi
Musa 'alaihis salam pun melanjutkan perjalanannya di bawah terik matahari yang
menyengat wajah mereka, hingga akhirnya mereka mengadukan masalah itu kepada
Beliau, maka Allah menundukkan untuk mereka awan yang berjalan di atas mereka yang
mengikuti perjalanan mereka sehingga mereka tidak merasa kepanasan. Dan pada
saat mereka kehausan, Allah mewahyukan kepada Nabi Musa 'alaihis salam agar
Beliau memukulkan tongkat yang dibawanya itu ke batu, maka terpancarlah
daripadanya dua belas mata air sesuai dengan jumlah suku Bani Israil yang
bersamanya sehingga Nabi Musa 'alaihis salam menjadikan untuk setiap suku satu mata
air. Dan ketika mereka kelaparan, mereka juga diberi nikmat oleh Allah
Subhaanahu wa Ta'ala, Dia berikan untuk mereka Manna (makanan yang manis
seperti madu) dan Salwa (daging burung seperti burung puyuh), maka mereka
memakannya, akan tetapi mereka cepat bosan terhadap makanan itu sehingga mereka
mendatangi Nabi Musa 'alaihis salam mengeluhkan makanan itu, mereka berkata,
"Wahai Musa, Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja.
sebab itu mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami
dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang
putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya."
Maka
Nabi Musa berkata, "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti
yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang
kamu minta." Yakni Permintaanmu ini bukanlah perkara sulit, bahkan makanan
itu banyak di kota mana pun, yang jika kamu mendatangi tentu kamu akan
menemukannya. (Lihat Al Baqarah: 61).
Bersambung…
Marwan bin Musa
Maraaji’: Al Qur’anul Karim, Hidayatul Insan
bitafsiril Qur'an (Abu Yahya Marwan), Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs
www.islam.aljayyash.net), Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu
Katsir, takhrij Syaikh Salim Al Hilaaliy), dll.
0 komentar:
Posting Komentar