100 Sunnah Yang Shahih (3)


بسم الله الرحمن الرحيم
100 Sunnah Yang Shahih (3)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini lanjutan 100 sunnah yang shahih yang disusun oleh Divisi Dakwah Al Jaliyat di Saudi Arabia yang telah kami terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
29.      Duduk di tempat shalat setelah shalat Subuh sampai matahari terbit.
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرَ جَلَسَ فِى مُصَلاَّهُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَسَنًا . 
Dari Jabir bin Samurah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila selesai shalat Subuh, duduk di tempat shalatnya sampai matahari yang begitu indah terbit.”  [HR. Muslim: 1526].
30. Mandi pada hari Jum’at.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : « إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيَغْتَسِلْ » . 
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu datang untuk shalat Jum’at, maka mandilah.” [Muttafaq 'alaih: 877-1951].
31. Berangkat awal untuk shalat Jum’at
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم : « إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ ، وَقَفَتِ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ يَكْتُبُونَ الأَوَّلَ فَالأَوَّلَ ، وَمَثَلُ الْمُهَجِّرِ كَمَثَلِ الَّذِى يُهْدِى بَدَنَةً ، ثُمَّ كَالَّذِى يُهْدِى بَقَرَةً ، ثُمَّ كَبْشاً ، ثُمَّ دَجَاجَةً ، ثُمَّ بَيْضَةً ، فَإِذَا خَرَجَ الإِمَامُ طَوَوْا صُحُفَهُمْ ، وَيَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ » . 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila tiba hari Jum’at, maka para malaikat berdiri di pintu masjid mencatat siapa yang datang pertama dan setelahnya. Perumpamaan orang yang datang pertama adalah seperti orang yang berkurban dengan unta. Setelah itu (orang yang kedua) seperti orang yang berkurban dengan sapi, kemudian yang setelahnya seperti berkurban dengan kambing, setelahnya seperti berkurban dengan ayam, dan setelahnya berkurban dengan telur. Ketika imam datang, mereka pun melipat lembar catatan dan mendengarkan nasehat.” [Muttafaq 'alaih: 929-1964].

32. Mencari waktu mustajab pada hari Jum’at.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ : « فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئاً إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ » . وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا .  
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyebutkan tentang hari Jum’at, Beliau bersabda, “Pada hari itu terdapat waktu yang jika seorang muslim bertepatan dengan waktu itu meminta sesuatu kepada Allah, sedangkan dia dalam keadaan melakukan shalat, kecuali akan diberikan,” Beliau berisyarat dengan tangannya bahwa waktunya hanya sebentar.” [Muttafaq 'alaih: 935-1969].
33. Berangkat ke lapangan shalat ‘Ied dari jalan yang satu dan pulang dari jalan yang lain.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ : كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ .
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika berada di hari raya (berangkat dan pulangnya) dengan berbeda jalan.” [HR. Bukhari: 986].
34. Menyalatkan jenazah.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَرضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيرَاطَانِ » . قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ « مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ » .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang menghadiri jenazah sampai selesai dishalatkan, maka ia mendapatkan pahala satu qirath. Barang siapa yang menghadiri jenazah sampai dikuburkan, maka ia mendapatkan pahala dua qirath.” Lalu ada yang bertanya, “Berapa besarkah dua qirath?” Beliau menjawab, “Seperti dua gunung yang besar.” [HR. Muslim: 2189].
35. Menziarahi kubur.
عَنْ بُرَيْدَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا.....الْحَدِيْثَ .
Dari Buraidah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Aku melarang kamu menziarahi kuburan. Namun sekarang ziarahilah….dst.” [HR. Muslim: 2260].
Catatan:
Wanita diharamkan menziarahi kuburan sebagaimana difatwakan oleh Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah dan difatwakan oleh banyak para ulama[i].
Sunah-Sunah Dalam Berpuasa
36. Makan sahur.
عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :« تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً » . 
Dari Anas radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Makan sahurlah, karena dalam makan sahur ada keberkahan.” [Muttafaq 'alaih: 1923-2549].
37. Menyegerakan berbuka, yakni ketika telah jelas tenggelam matahari.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : « لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ » . 
Dari Sahl bin Sa’ad, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Manusia tetap dalam kondisi baik selama mereka menyegerakan berbuka.” [Muttafaq 'alaih: 1957-2554].
38. Melakukan Qiyamullail di bulan Ramadhan.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : « مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ » . 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang melakukan qiyamullail di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [Muttafaq 'alaih: 37-1779].
39. Beri’tikaf di bulan Ramadhan, khususnya di sepuluh terakhir bulan Ramadhan.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما - قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ . 
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan i’tikaf  di sepuluh terakhir bulan Ramadhan.” [HR. Bukhari: 2025].
40. Puasa enam hari di bulan Syawwal.
عَنْ أَبِى أَيُّوبَ الأَنْصَارِىِّ - رضى الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ « مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ » . 
Dari Abu Ayyub Al Anshariy radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengirinya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawwal, maka ia seperti berpuasa setahun.” [HR. Muslim: 2759].
41. Berpuasa tiga hari setiap bulan.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ- رضى الله عنه - قَالَ : أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ : صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ . 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Kekasihku (Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) berpesan kepadaku untuk melakukan tiga perbuatan yang tidak aku tinggalkan sampai aku wafat; berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, melakukan shalat Dhuha dan berwitir sebelum tidur.” [Muttafaq 'alaih: 1178-1672].
42. Berpuasa pada hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah)
عَنْ أَبِى قَتَادَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ » .  
Dari Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Puasa hari ‘Arafah saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa-dosa di tahun sebelumnya dan tahun setelahnya.” [HR. Muslim: 3746].
43. Puasa hari ‘Asyura (10 Muharram)
عَنْ أَبِى قَتَادَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ » .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Berpuasa pada hari ‘Asyura saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan dosa-dosa di tahun sebelumnya.” [HR. Muslim: 3746].
Sunah-Sunah Dalam Safar
44. Menentukan amir (ketua) safar.
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ ـ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ـ قَالاَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِذَا خَرَجَ ثَلَاثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوْا أَحَدَهُمْ
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuma, keduanya berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila tiga orang keluar untuk bersafar, maka hendaknya mereka mengangkat seorang ketua di antara mereka.” [HR. Abu Dawud: 2608].
45. Bertakbir (mengucapkan “Allahu Akbar”) ketika jalan menaik, dan bertasbih (mengucapkan “Subhaanallah”) ketika turun.
عَنْ جَابِرٍ ـ رضي الله عنه ـ قَالَ: (( كُنَّا إِذَا صَعِدْنَا كَبَّرْنَا ، وَإِذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا ))
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Kami apabila naik bertakbir, dan apabila turun bertasbih (mengucapkan subhaanallah).” [HR. Bukhari: 2994].
Yakni mengucapkan takbir ketika menaiki tempat-tempat tinggi dan bertasbih ketika turun dan jalan menurun ke bawah.
46. Berdoa ketika singgah di suatu tempat.
عَنْ خَوْلَةَ بِنْتِ حَكِيمٍ رضي الله عنها قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ « مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ . لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ » .  
Dari Khaulah binti Hakim radhiyallahu 'anha ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang singgah di suatu tempat, lalu mengucapkan,
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.”
Maka tidak ada sesuatu pun yang dapat membahayakannya sampai ia pergi meninggalkan tempat itu.” [HR. Muslim:6878].
47. Memulai datang ke masjid setelah pulang dari safar.
عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ بَدَأَ بِالْمَسْجِدِ فَصَلَّى فِيهِ . 
Dari Ka’ab bin Malik radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila pulang dari safar, datang ke masjid dan shalat di sana.” [Muttafaq 'alaih: 443-1659].
Bersambung…
Wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa




[i] Ulama yang melarang ziarah kubur bagi wanita beralasan dengan hadits "La'anallahu zuwwaaraatil qubuur," artinya: Allah melaknat wanita yang sering menziarahi kubur. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim dari Hissan bin Tsabit, dan Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu hurairah, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 5109). Menurut sebagian ulama bahwa lafaz haditsnya menggunakan kata "zuwwaarat" yang artinya sering menziarahi kubur. Hal ini menunjukkan bahwa yang dilarang adalah jika terlalu sering bagi wanita. Adapun jika jarang-jarang, maka tidak mengapa, karena Aisyah radhiyallahu 'anha pernah menziarahi kubur saudaranya yaitu Abdurrahman. Tentunya disyaratkan bagi mereka jika hendak menziarahi kuburan tidak boleh melakukan kemungkaran seperti meratapi mayit, berteriak, keluar dengan berdandan, memanggil mayit dan meminta kebutuhan kepadanya, dsb. -pent.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger