Hadits-Hadits Seputar Pergaulan Pria-Wanita

Selasa, 16 Oktober 2012

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫إني لا أصافح النساء‬‎
Hadits-Hadits Seputar Pergaulan Pria-Wanita
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini hadits-hadits pilihan tentang pergaulan antara pria dan wanita, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Perintah Kepada Para Pemuda Untuk Segera Menikah
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ»
Dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada kami, "Wahai para pemuda! Barang siapa di antar kamu yang sanggup menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya nikah itu menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan, namun barang siapa yang tidak sanggup, maka hendaknya ia berpuasa, karena hal itu sebagai pengebirinya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahaya Zina
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللَّهِ
Dari Ibnu Abbas ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila zina dan riba telah tampak di sebuah kampung, maka berarti mereka telah mempersiapkan diri mereka mendapatkan azab Allah." (HR. Thabrani dan Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi dan Al Albani).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ: أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: " يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ، وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا، وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ، إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ، وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ، وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ، وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ، إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا، وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ، وَعَهْدَ رَسُولِهِ، إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ "
Dari Abdullah bin Umar ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menghadap kami dan bersabda, "Wahai kaum Muhajirin! Ada lima perkara yang apabila menimpa kalian, dan aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak mengalaminya, yaitu: tidaklah perbuatan keji (zina) tampak di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha'un dan penyakit-penyakit yang belum pernah dialami para pendahulu mereka. Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan ditimpa kemarau panjang, kesulitan pangan dan kezaliman penguasa. Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali hujan dari langit akan dihalangi turun kepada mereka, kalau bukan karena (rahmat Allah) kepada hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan diberi hujan. Tidaklah mereka melanggar perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menguasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan mengambil apa yang mereka miliki. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan enggan memilih apa yang diturunkan Allah, melainkan Allah akan mengadakan peperangan di antara mereka." (HR. Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Al Albani)
Larangan Menyentuh Wanita Yang Bukan Mahram
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ "
Dari Ma'qil bin Yasar ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, ditusuknya kepala salah seorang di antara kamu dengan jarum besi itu lebih baik baginya daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5045)
Dari Umaimah binti Ruqaiqah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّي لَا أُصَافِحُ النِّسَاءَ،
"Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita." (HR. Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2513)
Larangan Berduaan Dengan Wanita Yang Bukan Mahram
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَطَبَ بِالْجَابِيَةِ فَقَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَقَامِي فِيكُمْ، فَقَالَ: " اسْتَوْصُوا بِأَصْحَابِي خَيْرًا، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَفْشُو الْكَذِبُ حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيَبْتَدِئُ بِالشَّهَادَةِ قَبْلَ أَنْ يُسْأَلَهَا، فَمَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ بَحْبَحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمُ الْجَمَاعَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ، وَهُوَ مِنَ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ، لَا يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا، وَمَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ، فَهُوَ مُؤْمِنٌ "
Dari Ibnu Umar, bahwa Umar bin Khaththab pernah berceramah di daerah Jabiyah (sebelah barat daya Damaskus), lalu ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdiri di hadapan kami sebagaimana berdirinya aku di hadapan kalian, Beliau bersabda, "Aku berpesan kepada kalian agar bersikap yang baik kepada para sahabatku, selanjutnya generasi setelah mereka, dan setelahnya. Selanjutnya akan muncul kedustaan, sehingga seseorang mulai bersaksi sebelum diminta. Siapa saja di antara kalian yang menginginkan tempat yang luas di surga, maka hendaknya ia tetap bersama jamaah. Hal itu, karena setan bersama orang yang sendiri, dan dia menjauh dari dua orang. Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu berduaan dengan seorang wanita, karena setan yang ketiganya. Barang siapa yang senang dengan kebaikannya, dan gelisah dengan keburukannya, maka dia mukmin." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim, dan dinyatakan shahih isnadnya oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah)
Larangan Menyerupai Lawan Jenis
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنْ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنْ النِّسَاءِ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang bertingkah laku seperti perempuan dan wanita yang bertingkah laku seperti laki-laki. (HR. Bukhari)
عَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِالرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ، وَلَا مَنْ تَشَبَّهَ بِالنِّسَاءِ مِنَ الرِّجَالِ "
Dari Abdullah bin 'Amr ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bukan termasuk golongan kami kaum wanita yang menyerupai laki-laki dan kaum laki-laki yang menyerupai wanita." (HR. Ahmad, Thabrani, Abu Nua'im, Bukhari dalam At Tarikh, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 5433).
Memisahkan Tempat Antara Laki-Laki Dengan Wanita
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: «خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى فَصَلَّى، ثُمَّ خَطَبَ، ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ، فَوَعَظَهُنَّ، وَذَكَّرَهُنَّ، وَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ»
Dari Ibnu Abbas ia berkata: Aku keluar bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa salam pada hari Idul Fitri atau Idul Adh-ha, lalu Beliau shalat dan berkhutbah (di hadapan kaum lelaki), kemudian Beliau mendatangi kaum wanita, lalu (berkhutbah) menasihati mereka, mengingatkan mereka, dan menyuruh mereka bersedekah." (HR. Bukhari)
Ancaman Membuka Aurat dan Memakai Pakaian Ketat
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا»
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dua jenis penghuni neraka yang belum aku lihat, yaitu segolongan orang yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, dimana mereka gunakan cambuk itu memukul manusia, dan wanita yang berpakaian namun telanjang, membuat orang lain menyimpang, dan berjalan dengan melenggokkan badan, kepala mereka seperti punuk unta Khurasan yang miring. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium wanginya, padahal wanginya dapat tercium sejauh perjalanan sekian dan sekian." (HR. Muslim)
Larangan Bagi Wanita Bersafar Tanpa Mahram
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تُسَافِرِ المَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ، وَلاَ يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ»
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seorang wanita tidak boleh safar kecuali bersama mahramnya, dan tidak boleh ditemui laki-laki kecuali didampingi mahramnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Larangan Tabarruj (Menampilkan Kecantikan dan Keindahan Tubuhnya) Bagi Wanita
عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: ثَلاَثَةٌ لاَ تَسْأَلْ عَنْهُمْ - يَعْنِيْ لِأَنَّهُمْ مِنَ اْلهَالِكِيْنَ - : رَجُلٌ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ وَعَصَى إِمَامَهُ وَمَاتَ عَاصِياً، وَأَمَةٌ أَوْ عَبْدٌ أَبَقَ فَمَاتَ، وَامْرَأَةٌ غَابَ عَنْهَا زَوْجُهَا، قَدْ كَفَاهَا مُؤْونَةُ الدُّنْيَا، فَتَبَرَّجَتْ بَعْدَهُ، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْهُمْ
Dari Fudhalah bin Ubaid, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Ada tiga golongan yang kamu tidak perlu tanyakan tentang mereka –yakni mereka adalah orang-orang yang akan binasa-: (Pertama) orang yang berlepas diri dari jamaah (kaum muslimin), mendurhakai pemimpin dan meninggal dunia dalam keadaan durhaka, (kedua) budak wanita atau laki-laki yang lari dari tuannya lalu ia meninggal dunia; dan (ketiga) seorang istri yang ditinggal pergi suami, padahal sudah diberikan kecukupan nafkah, lalu ia keluar dari rumahnya bertabarruj (menampilkan kecantikan dan keindahan tubuhnya), kamu tidak perlu bertanya tentang mereka (HR. Hakim dan Ahmad, sanadnya shahih, Hakim mengatakan, "Sesuai syarat keduanya (Bukhari-Muslim), dan saya tidak mengetahui adanya cacat”, Adz Dzahabiy membenarkannya).
Larangan Bagi Wanita Keluar Dari Rumahnya Memakai Wewangian
عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ «أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ»
Dari Abu Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, "Siapa saja wanita yang memakai wewangian, lalu melewati segolongan kaum agar mereka mencium wanginya, maka dia pezina." (HR. Nasa'i, dan dihasankan oleh Al Albani)  
Larangan Mentato dan Minta Ditato dan Larangan Menyambung Rambut Dan Minta Disambungkan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ لَعَنَ اللَّهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ وَالنَّامِصَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ . مَا لِىَ لاَ أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ فِى كِتَابِ اللَّهِ ( وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ) .
Dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata, “Allah melaknat wanita yang menatato dan wanita yang minta ditato, wanita yang mencabut bulu alis dan wanita yang meminta dicabut bulu alisnya serta wanita yang membuat celah pada gigi untuk kecantikan sebagai wanita-wanita yang merubah ciptaan Allah. Mengapa saya tidak melaknat wanita yang dilaknat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, padahal yang demikian ada dalam kitab Allah, (yaitu): "Apa saja yang dibawa rasul, maka ambillah dan apa saja yang dilarangnya maka jauhilah." (Lih. Al Hasyr: 7). (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَعَنَ اللَّهُ الوَاصِلَةَ وَالمُسْتَوْصِلَةَ، وَالوَاشِمَةَ وَالمُسْتَوْشِمَةَ»
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, "Allah melaknat wanita yang menyambung rambut dan meminta disambung, wanita yang mentato dan yang minta ditato." (HR. Bukhari)
Perintah Menundukkan Pandangan
عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ، رَفَعَهُ قَالَ: «يَا عَلِيُّ لَا تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ»
Dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya dan ia menyandarkannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Wahai Ali, janganlah kamu sambung pandangan pertama dengan kedua, yang pertama memang untukmu namun yang kedua tidak.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad, dihasankan oleh Al Albani)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللَّهم عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ عَلَى الطُّرُقَاتِ فَقَالُوا مَا لَنَا بُدٌّ إِنَّمَا هِيَ مَجَالِسُنَا نَتَحَدَّثُ فِيهَا قَالَ فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلَّا الْمَجَالِسَ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهَا قَالُوا وَمَا حَقُّ الطَّرِيقِ قَالَ غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ الْأَذَى وَرَدُّ السَّلَامِ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ *
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah oleh kalian duduk-duduk di pinggir jalan,” Para sahabat  berkata, “Wahai Rasulullah, kami tidak dapat tidak harus duduk, karena ia adalah majlis tempat kami berbincang-bincang,” Beliau bersabda, “Jika kalian tetap ingin duduk-duduk di sana, maka berikanlah hak jalan.” Para sahabat bertanya, “Apa haknya?” Beliau menjawab, “Yaitu menundukkan pandangan, menghindarkan gangguan, menjawab salam, menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.” (HR. Bukhari-Muslim)
Larangan Membungkukkan Badan Ketika Bertemu
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: "قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلَ اللّهِ الرَّجُلُ مِنَّا يَلْقَى أَخَاهُ أَوْ صَدِيْقَهُ أَيَنْحَنِيْ لَهُ قَالَ: لاَ، قَالَ: فَيَلْتَزِمُهُ وَيُقَبِّلُهُ قَالَ:لاَ، قَالَ: فَيَأْخُذُ بِيَدِهِ وَيُصَافِحُهُ، قَالَ: نَعَمْ ".
Dari Anas bin Malik ia berkata: Ada seseorang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apabila salah seorang di antara kami bertemu dengan saudaranya atau kawannya (sesama jenis), apakah boleh membungkuk kepadanya?” Beliau menjawab, “Tidak boleh,” orang itu bertanya lagi, “Lalu bagaimana jika memeluknya dan menciumnya.” Beliau menjawab, “Tidak boleh.” Orang itu bertanya lagi, “Atau ia pegang tangannya dan berjabat tangan?” Beliau menjawab, “Ya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan, “Hadits hasan” dan disepakati oleh pentahqiq Riyadhush Shalihin) [i]
Larangan Memakai Pakaian Sutera dan Memakai Emas Bagi Laki-Laki
عَنْ أَبِي مُوْسَى اْلأَشْعَرِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ:"حُرِّمَ لِبَاسُ الْحَرِيْرِ وَالذَّهَبُ عَلَى ذُكُوْرِ أُمَّتِي وَأحِلَّ لِإِنَاثِهِمْ"
Dari Abu Musa Al Asy'ariy, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Diharamkan memakai pakaian sutera dan emas bagi laki-laki umatku dan dihalalkan bagi kaum wanitanya." (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Nasa'i, dan dishahihkan oleh Al Albani).
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Al Qur'anul Karim, Kitab-Kitab Hadits, Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu'ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Nurul Islam Li Abhatsil Qur'ani was Sunnah), Fatawa An Nazhar wal Khalwah wal Ikhtilath (Lajnah Da'imah, dll.), Al Kaba'ir (Imam Adz Dzahabi), Untaian Mutiara Hadits (Marwan bin Musa), dll.




[i] Tentang dilarangnya memeluk ketika bertemu ini menurut sebagian ulama adalah di awal-awal Islam, kemudian datang hadits yang membolehkannya, namun ada ulama yang berpendapat bahwa dilarang berpelukan ketika bertemu tetap berlaku kecuali apabila bertemu dari tempat yang jauh atau dari safar yang lama, wallahu a’lam.

Adab Ketika Safar

Rabu, 10 Oktober 2012
-->
بسم الله الرحمن الرحيم
Adab Ketika Safar
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini pembahasan tentang adab ketika safar, semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Ada beberapa adab yang perlu diperhatikan oleh musafir agar perjalanannya bernilai dan tidak sia-sia, di antaranya adalah:
a.    Memiliki niat yang baik dalam safarnya
Hendaknya seorang muslim menjadikan safarnya sebagai ibadah, yaitu dengan menghadirkan niat yang baik dalam safarnya. Misalnya untuk memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla di alam semesta, untuk menyambung tali silaturrahim, untuk menuntut ilmu, dsb. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
b.    Hendaknya safar yang dilakukan dalam hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ خَارِجٍ يَخْرُجُ - يَعْنِي مِنْ بَيْتِهِ - إِلَّا بِبَابِهِ رَايَتَانِ: رَايَةٌ بِيَدِ مَلَكٍ، وَرَايَةٌ بِيَدِ شَيْطَانٍ، فَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُحِبُّ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ، اتَّبَعَهُ الْمَلَكُ بِرَايَتِهِ، فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الْمَلَكِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ، وَإِنْ خَرَجَ لِمَا يُسْخِطُ اللهَ، اتَّبَعَهُ الشَّيْطَانُ بِرَايَتِهِ، فَلَمْ يَزَلْ تَحْتَ رَايَةِ الشَّيْطَانِ، حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ
"Tidak ada seorang pun yang keluar –yakni dari rumahnya- kecuali di pintunya ada dua bendera; bendera di tangan malaikat dan bendera di tangan setan. Jika dia keluar kepada hal yang dicintai Allah Azza wa Jalla, maka malaikat itu akan mengikutinya dengan benderanya, dan ia senantiasa di bawah bendera malaikat sampai pulang ke rumahnya. Tetapi jika ia keluar kepada hal yang dimurkai Allah, maka setan akan mengikutinya dengan benderanya, dan ia senantiasa di bawah bendera setan sampai pulang ke rumahnya. (HR. Ahmad dan Thabrani. Hadits ini dinyatakan hasan isnadnya oleh Pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah).
 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger