Amalan Ringan Berpahala Besar (6)

Jumat, 24 Juni 2022

 بسم الله الرحمن الرحيم



Amalan Ringan Berpahala Besar (6)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut lanjutan hadits-hadits yang menyebutkan amalan ringan namun berpahala besar yang kami rujuk kepada risalah A’mal Yasirah wa Ujur ‘Azhimah yang diterbitkan oleh AlBetaqa.com dan kami berikan tambahan. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.

Amalan Ringan Berpahala Besar

64.   Bersabar karena wafatnya anak

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا مِنَ النَّاسِ مِنْ مُسْلِمٍ، يُتَوَفَّى لَهُ ثَلاَثٌ لَمْ يَبْلُغُوا الحِنْثَ، إِلَّا أَدْخَلَهُ اللَّهُ الجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ إِيَّاهُمْ»

Dari Anas radhiyallahu anhu ia berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang muslim pun yang anaknya meninggal dalam jumlah tiga anak yang belum mencapai baligh melainkan Allah akan masukkan dia ke dalam surga karena rahmat-Nya kepada mereka.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

65.   Mengucapkan hamdalah (Alhamdulillah) setelah makan

عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ: الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ "

Dari Sahl bin Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang memakan suatu makanan lalu mengucapkan ‘Alhamdulillahilladzi’...sampai dengan ‘wa laa quwwah’ (artinya: segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepadaku makanan ini dan mengaruniakannya kepadaku tanpa ada upaya dan kekuatan dariku,” maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hr. Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani)

66.   Mengurus anak-anak perempuan dengan baik

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ َقَالَ: «مَنْ يَلِي مِنْ هَذِهِ البَنَاتِ شَيْئًا، فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ»  وَفِي رِوَايَةٍ : مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ البَنَاتِ.

Dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mengurus anak-anak perempuan ini, lalu ia berbuat baik terhadap mereka, maka semua itu akan menjadi penghalang baginya dari neraka.”  (Hr. Bukhari. Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Barang siapa yang diuji dengan memperoleh anak-anak perempuan.”)

67.   Mengurus anak yatim

عَنْ سَهْلٍ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَأَنَا وَكَافِلُ اليَتِيمِ فِي الجَنَّةِ هَكَذَا» وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

Dari Sahl bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Saya dan pengurus anak yatim di surga seperti ini,” Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan membukanya sedikit. (Hr. Bukhari)

68.   Bertawadhu (rendah hati dan tidak sombong)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ رَجُلًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ»

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sedekah tidaklah mengurangi harta. Allah tidak menambah seorang yang mau memaafkan selain kemuliaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (Hr. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)

69.   Menunjukkan orang lain kepada kebaikan

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ»

Dari Abu Mas’ud Al Anshari radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (Hr. Muslim)

70.   Sabar terhadap musibah

عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَوَدُّ أَهْلُ العَافِيَةِ يَوْمَ القِيَامَةِ حِينَ يُعْطَى أَهْلُ البَلَاءِ الثَّوَابَ لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي الدُّنْيَا بِالمَقَارِيضِ»

Dari Jabir ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ketika orang yang mendapatkan musibah diberikan pahala, maka orang yang selamat dari musibah pada hari Kiamat ingin sekali kalau sekiranya kulit mereka diiris-iris di dunia dengan gunting (sehingga mendapatkan pahala seperti orang yang mendapatkan musibah).” (Hr. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Al Albani)

71.   Keutamaan seorang wanita shalat di rumah

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سُوَيْدٍ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ عَمَّتِهِ أُمِّ حُمَيْدٍ امْرَأَةِ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ، أَنَّهَا جَاءَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي أُحِبُّ الصَّلَاةَ مَعَكَ، قَالَ: " قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلَاةَ مَعِي، وَصَلَاتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي حُجْرَتِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي دَارِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِي "، قَالَ: فَأَمَرَتْ فَبُنِيَ لَهَا مَسْجِدٌ فِي أَقْصَى شَيْءٍ مِنْ بَيْتِهَا وَأَظْلَمِهِ، فَكَانَتْ تُصَلِّي فِيهِ حَتَّى لَقِيَتِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ

Dari Abdullah bin Suwaid Al Anshari, dari bibinya Ummu Humaid istri Abu Humaid As Sa’idiy, bahwa ia pernah datang menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya suka shalat di belakangmu.” Beliau menjawab, “Aku telah mengetahui bahwa engkau suka shalat di belakangku, namun shalatmu di bagian dalam rumahmu lebih baik bagimu daripada shalatmu di (bagian luar) kamarmu. Shalatmu di kamarmu lebih baik daripada shalatmu di bagian tengah rumahmu. Shalatmu di bagian tengah rumahmu lebih baik bagimu daripada  shalat di masjid kaummu, dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik bagimu daripada shalatmu di masjidku.”

Maka Ummu Humaid menyuruh untuk dibuatkan masjid di bagian dalam rumahnya dan paling gelapnya, lalu ia shalat di situ hingga menghadap Allah Azza wa Jalla.” (Hr. Ahmad, dan dihasankan oleh pentahqiq Musnad Ahmad cet. Ar Risalah)

72.   Seorang akan dikumpulkan dengan orang yang dicintai

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ»

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

73.   Mendoakan kebaikan untuk saudaranya

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْلٍ "

Dari Abu Darda ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang mendoakan kebaikan untuk saudaranya di tengah kejauhan melainkan malaikat berkata, “Engkau juga akan memperoleh yang sama.” (Hr. Muslim)

74.   Berniat melakukan kebaikan

عَنِ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ  ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam riwayatnya dari Tuhannya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi, “Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut: barang siapa yang berniat melakukan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Jika dia berniat melakukannya kemudian melaksanakannya, maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melakukan keburukan kemudian tidak melaksanakannya maka dicatat baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat melakukan keburukan kemudian dia melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan. (HR. Bukhari dan Muslim)

75.   Bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla

عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا»

Dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, tentu kalian akan mendapatkan rezeki seperti burung mendapatkan rezeki, berangkat dengan perut kosong, dan pulang dengan perut kenyang.” (Hr. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)

Wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Marwan bin Musa

Amalan Ringan Berpahala Besar (5)

Kamis, 09 Juni 2022

 بسم الله الرحمن الرحيم



Amalan Ringan Berpahala Besar (5)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

Berikut lanjutan hadits-hadits yang menyebutkan amalan ringan namun berpahala besar yang kami rujuk kepada risalah A’mal Yasirah wa Ujur ‘Azhimah yang diterbitkan oleh AlBetaqa.com dan kami berikan tambahan. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.

Amalan Ringan Berpahala Besar

52.   Keutamaan mengucapkan aamiin bersamaan aamin para malaikat seusai membaca surah Al Fatihah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ، فَأَمِّنُوا، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ المَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apabila imam mengucapkan aamiin, maka aminkanlah, karena barang siapa yang aminnya bersamaan dengan amin para malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

52.   Beramal saleh secara rutin meskipun sedikit

عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَحْتَجِرُ حَصِيرًا بِاللَّيْلِ فَيُصَلِّي عَلَيْهِ، وَيَبْسُطُهُ بِالنَّهَارِ فَيَجْلِسُ عَلَيْهِ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَثُوبُونَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيُصَلُّونَ بِصَلاَتِهِ حَتَّى كَثُرُوا، فَأَقْبَلَ فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ، خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ»

Dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam di suatu malam pernah membuat sekat (di dalam masjid) dengan tikar lalu shalat di dalamnya, sedangkan di siang hari Beliau hamparkan lalu duduk di atasnya. Ternyata orang-orang berkumpul di sekeliling Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan ikut shalat mengikuti shalat Beliau hingga jumlah mereka semakin banyak, lalu Beliau menghadap mereka dan bersabda, “Wahai manusia! Kerjakanlah amal yang kalian sanggupi, karena Allah tidak pernah bosan sampai kalian bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang rutin dilakukan meskipun sedikit.” (Hr. Bukhari)

53.   Membangun masjid karena Allah Ta’ala

عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ،قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ تَعَالَى  بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

Dari Utsman bin Affan ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan bangunkan istana untuknya di surga.” (Hr. Muslim)

54.   Melakukan shalat sunah rawatib

عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهَا قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا، غَيْرَ فَرِيضَةٍ، إِلَّا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ، أَوْ إِلَّا بُنِيَ لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ»

Dari Ummu Habibah istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang hamba yang muslim melakukan shalat sunah karena Allah setiap hari dua belas rakaat di luar shalat fardhu melainkan Allah akan bangunkan untuknya istana di surga – atau akan dibangunkan untuknya istana di surga-.” (Hr. Muslim)

Shalat ini disebut shalat sunah rawatib, yaitu dua rakaar sebelum shalat Subuh, empat rakaat sebelum shalat Zhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah shalat Maghrib, dan dua rakaat setelah shalat Isya.

55.   Sabar ketika anak meninggal dunia

عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ "

Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah berfirman kepada para malaikat-Nya, “Apakah kalian cabut nyawa anak hamba-Ku?” Mereka menjawab, “Ya.” Allah berfirman, “Apakah kalian cabut nyawa buah hati hamba-Ku?” Mereka menjawab, “Ya.” Dia berfirman lagi, “Apa yang diucapkannya?” Mereka menjawab, “Dia memuji-Mu dan mengucapkan istirja (innaa lillahi wa inna ilaihi rajiun),” maka Allah berfirman, “Buatkan untuk hamba-Ku istana di surga dan berilah nama dengan baitul hamdi (istana penuh pujian).” (Hr. Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani)

56.   Membaca dzikir ketika masuk pasar

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ قَالَ حِينَ يَدْخُلُ السُّوقَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ كُلُّهُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ، وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ "

Dari Salim bin Abdullah bin Umar, dari ayahnya, dari kakeknya ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang membaca ketika masuk pasar ‘Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lahu...dan seterusnya sampai wahuwa ‘alaa kulli syai’in qadir’ (artinya: tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan milik-Nya segala pujian, Dia menghidupkan dan mematikan. Dia Mahahidup yang tidak pernah mati. Di Tangan-Nya semua kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.) maka Allah akan catat untuknya satu juta kebaikan, menghapuskan satu juta kesalahan, dan akan membangunkan satu istana untuknya di surga.” (Hr. Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Albani)

57.   Membaca surah Al Ikhlas sepuluh kali

عَنْ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِيِّ صَاحِبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ قَرَأَ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ، بَنَى اللهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ "

Dari Mu’adz bin Anas Al Juhanni sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Barang siapa yang membaca ‘Qul huwallahu ahad’ sampai akhir sebanyak sepuluh kali, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah istana di surga.” (Hr. Ahmad, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 6472 dan Ash Shahihah no. 589)

58.   Meninggalkan perdebatan dan dusta

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ»

Dari Abu Umamah ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Aku menjamin sebuah istana di sekitar surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, dan menjamin istana di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun bercanda, dan menjamin dengan istana di bagian atas surga bagi orang yang memperbaiki akhlaknya.” (Hr. Abu Dawud, dan dihasankan oleh Al Albani)

59.   Keutamaan beriman, berhijrah dan berjihad.

عَنْ فَضَالَةَ بْنَ عُبَيْدٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «أَنَا زَعِيمٌ، وَالزَّعِيمُ الْحَمِيلُ لِمَنْ آمَنَ بِي، وَأَسْلَمَ وَهَاجَرَ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ، وَأَنَا زَعِيمٌ لِمَنْ آمَنَ بِي، وَأَسْلَمَ، وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ، وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى غُرَفِ الْجَنَّةِ، مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلَمْ يَدَعْ لِلْخَيْرِ مَطْلَبًا، وَلَا مِنَ الشَّرِّ مَهْرَبًا، يَمُوتُ حَيْثُ شَاءَ أَنْ يَمُوتَ»

Dari Fudhalah bin Ubaid ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Aku penjamin, dan penjamin adalah orang yang menanggung, bahwa bagi orang yang beriman kepadaku, masuk Islam dan berhijrah, maka dia akan memperoleh istana di sekeliling surga serta istana di tengah surga. Aku juga menjamin istana di sekeliling, di tengah surga dan di bagian atasnya di ruangan-ruangan tingginya bagi orang yang beriman kepadaku, masuk Islam, dan berjihad di jalan Allah. Barang siapa yang melakukan hal itu, dan dia juga tidak meninggalkan tempat berburu kebaikan dan tempat lari dari keburukan, dimana ia meninggal di mana saja yang ia inginkan (maka dia akan memperoleh istana itu).” (Hr. Nasa’i, dan dihasankan oleh Al Albani)

60.   Bertutur kata yang baik dan memberi makan orang lain

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ فِي الجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا» ، فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «لِمَنْ أَطَابَ الكَلَامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ»

Dari Ali radhiyallahu anhu ia berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di surga ada ruangan-ruangan tinggi (loteng) yang tampak luarnya dari dalam dan dalamnya dari luar, “ lalu ada seorang Arab badui yang berkata, “Untuk siapa ruangan itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk orang yang bertutur kata yang baik, memberi makan, merutinkan puasa, shalat di malam hari ketika orang lain sedang tidur.” (Hr. Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani)

61.   Melakukan shalat qabliyyah Subuh

عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا»

Dari Aisyah, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Dua rakaat sebelum Subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (Hr. Muslim)

62.   Keutamaan memberikan pinjaman

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلَّا كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً»

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang memberikan pinjaman kepada seorang muslim dua kali melainkan seperti sedekah sekali.” (Hr. Ibnu Majah, dan dihasankan oleh Al Albani)

63.   Bertasbih, bertahmid, dan bertakbir seusai shalat

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَبَّحَ اللهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَحَمِدَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَكَبَّرَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ، وَقَالَ: تَمَامَ الْمِائَةِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ "

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Barang siapa yang bertasbih (mengucapkan ‘Subhaanalah’) di akhir shalat sebanyak 33 kali, bertahmid (mengucapkan ‘alhamdu lillah’) sebanyak 33 kali, dan bertakbir sebanyak 33 kali sehingga jumlahnya 99 kali, lalu ia sempurnakan menjadi seratus dengan mengucapkan ‘Laailaahaillallah wahdahu laa syariika lak....sampai ‘wahuwa ‘alaa kulli syai’in qadir’ (artinya: tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan milik-Nya segala pujian dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.) maka akan diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan.” (Hr. Muslim)

Bersambung…

Wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Marwan bin Musa
 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger