Khutbah Jum'at : Tanda Cinta Kepada Nabi Muhammad

Jumat, 30 September 2022

 بسم الله الرحمن الرحيم



Khutbah Jum'at

Tanda Cinta Kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam

Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I

Khutbah I

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا --يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فقَدْ فَازَ فوْزًا عَظِيمًا.

 أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاثُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

 

Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah

Pertama-tama kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kepada kita berbagai nikmat, terutama nikmat Islam dan nikmat taufiq sehingga kita dapat melangkahkan kaki kita menuju rumah-Nya melaksanakan salah satu perintah-Nya yaitu shalat Jumat berjamaah.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti Sunnahnya hingga hari Kiamat.

Khatib berwasiat baik kepada diri khatib sendiri maupun kepada para jamaah sekalian; marilah kita tingkatkan terus takwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Takwa dalam arti melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, karena orang-orang yang bertakwalah yang akan memperoleh kebahagiaan di dunia di di akhirat.

Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah

Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memiliki jasa yang besar terhadap umat manusia. Dengan diutusnya Beliau, Allah Azza wa Jalla mengeluarkan manusia yang sebelumnya berada dalam berbagai kegelapan menuju kepada cahaya. Mereka dapat keluar dari gelapnya kekafiran dan kemusyrikan kepada keimanan dan tauhid, dari gelapnya kemaksiatan kepada cahaya ketaatan, dan dari gelapnya kebodohan kepada cahaya pengetahuan.

Dengan diutusnya Beliau, Allah Azza wa Jalla mengeluarkan manusia dari keterbelakangan kepada kemajuan, dari kezaliman kepada keadilan, dari kejumudan berfikir kepada keterbukaannya, dan dari perbudakan dan penghambaan kepada sesama hamba menuju penghambaan kepada Allah Tuhan seluruh hamba.

Demikian juga dengan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maka manusia yang sebelumnya tidak mengenal Tuhannya menjadi kenal, yang sebelumnya tidak mengetahui jalan mana yang harus ditempuh menjadi tahu, dan yang sebelumnya tidak tahu  untuk apa mereka diciptakan menjadi tahu, sehingga keluarlah mereka dari area kejahiliyahan.

Jasa Beliau sungguh banyak, sehingga Allah memberikan pahala Beliau tanpa putus. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَإِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ

 “Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.” (Qs. Al Qalam: 3)

Ditambah akhlak dan pribadi Beliau yang sangat mulia, ibadah Beliau kepada Allah Azza wa Jalla yang tidak tertandingi, pengorbanan Beliau yang besar untuk umatnya, dan ketulusan Beliau terhadap mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman,

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, sangat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Qs. At Taubah: 128)

Bahkan perumpamaan Beliau di hadapan umat manusia adalah seperti seorang yang menghindarkan laron-laron yang mendatangi api, mereka menceburkan ke dalamnya sedangkan Beliau berusaha menarik mereka daripadanya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ أُمَّتِي كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا، فَجَعَلَتِ الدَّوَابُّ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهِ، فَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ وَأَنْتُمْ تَقَحَّمُونَ فِيهِ»

“Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan umatku adalah seperti seorang yang menyalakan api, lalu hewan-hewan dan laron menjatuhkan diri ke dalamnya, aku berusaha menarik kalian daripadanya, namun kalian malah menjatuhkan diri ke dalamnya.” (Hr. Muslim)

Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Beliau.

Oleh karena itu, jika ada orang yang merendahkan Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, maka orang itu adalah orang yang tidak tahu diri, tidak tahu terima kasih seperti membalas air susu dengan air tuba, dan menunjukkan kebodohannya yang terlalu dalam sehingga sampai tidak mengenal kedudukan dan jasa Beliau terhadap umat manusia.

Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah

Oleh karena jasa Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang begitu banyak terhadap umat manusia, maka kita harus mencintai Beliau dan memuliakannya. Bahkan mencintai Nabi shallallahu alaihi wa sallam termasuk kewajiban agama, cabang dari cinta kepada Allah dan mengikutinya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Tidak (sempurna) iman salah seorang di antara kalian, sampai aku lebih dicintainya daripada ayahnya, anaknya, dan manusia semuanya." (Hr. Bukhari dan Muslim)

Berikut khatib sebutkan bukti dan tanda cinta kita kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam:

1.      Menaati perintahnya.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,

وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَاحْذَرُواْ فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُواْ أَنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلاَغُ الْمُبِينُ

"Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (QS. Al Maa''idah: 92)

2.      Menjauhi larangannya.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya." (QS. Al Hasyr: 7)

3.      Membenarkan setiap sabda dan berita yang disampaikannya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

« وَالَّذِى نَفْسُ {مُحَمَّدٍ} بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ » . 

“Demi Allah yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya, tidak ada seorang pun yang mendengar tentang diriku dari umat ini; baik orang Yahudi maupun Nasrani, lalu ia meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada yang aku bawa kecuali ia pasti termasuk penghuni neraka.” (Hr. Muslim)

4.      Beribadah kepada Allah sesuai contohnya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barang siapa yang mengerjakan amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan itu tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, dalam beribadah kepada Allah Azza wa Jalla kita tidak boleh mengada-ada atau membuat cara sendiri dalam beribadah.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ عَظِيْمِ الْإِحْسَانِ ، وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْإِمْتِنَانِ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ وَجُنْدِهِ أَمَّا بَعْدُ:

Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah

Termasuk bukti cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga adalah:

  1. Menghidupkan sunnahnya, menyampaikan dakwahnya, dan melaksanakan pesan-pesannya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي، فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ، كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، لَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ ابْتَدَعَ بِدْعَةً، فَعُمِلَ بِهَا، كَانَ عَلَيْهِ أَوْزَارُ مَنْ عَمِلَ بِهَا، لَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِ مَنْ عَمِلَ بِهَا شَيْئًا

"Barang siapa yang menghidupkan salah satu sunnahku, lalu dilakukan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya tanpa mengurangi dari pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa yang mengadakan sebuah bid'ah, lalu dikerjakan oleh yang lain, maka ia akan menanggung dosa seperti dosa orang yang melakukannya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa orang yang melakukannya." (Hr. Ibnu Majah, dan dinyatakan shahih lighairih oleh Al Albani).

  1. Mengedepan perkataan Beliau di atas semua perkataan manusia.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata,

يُوْشِكُ أَنْ تَنْزِلَ عَلَيْكُمْ حِجَارَةٌ مِنَ السَّمَاءِ. أَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتَقُوْلُوْنَ: قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ

"Hampir saja kalian ditimpa hujan batu dari langit. Aku mengatakan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda," tetapi kalian mengatakan, "Abu Bakar dan Umar berkata."

Imam Syafi'i rahimahullah berkata,

أَجْمَعَ الْمُسْلِمُوْنَ عَلَى أَنَّ مَنِ اسْتَبَانَ لَهُ سُنَّةٌ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَحِلَّ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ

"Kaum muslim sepakat, bahwa barang siapa yang telah jelas baginya sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya meninggalkannya karena pendapat seseorang."

Oleh karena itu, sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam tida boleh dibantah oleh pendapat siapa pun, baik oleh imam, wali, kyai, atau selainnya.

7.      Menjadikan Beliau sebagai hakim terhadap semua masalah yang diperselisihkan.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS. An Nisaa': 65)

8.      Bershalawat dan salam kepadanya.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al Ahzaab: 56)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

 "Orang yang bakhil (pelit) adalah orang yang ketika disebut namaku di dekatnya, namun tidak mau bershalawat kepadaku." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Hibban, dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2878).

  1. Membela Beliau dan membela syariatnya.

Allah Ta’ala berfirman,

لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ

“Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)nya, dan memuliakannya.” (Qs. Al Fath: 9)

  1. Ingin berjumpa dengan Beliau

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا، نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي، يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ»

“Di antara umatku yang sangat mencintaiku ada generasi setelahku yang ingin melihatku dan rela mengorbankan keluarga dan hartanya jika bisa melihatku.” (Hr. Muslim)

  1. Mencintai orang yang Beliau cintai dan membenci orang yang Beliau benci serta memusuhi orang yang menentang Beliau sekalipun ia kerabat dekatnya.

Oleh karena itu, ia mencintai kaum Muhajirin dan Anshar, mencintai keluarga Beliau. Sebaliknya ia membenci orang-orang kafir meskipun termasuk kerabat dekatnya. Allah Ta’ala berfirman,

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Qs. Al Mujadilah: 22)

Maka tidak heran bagaimana Abu Ubaidah Ibnul Jarrah memusuhi ayahnya, Umar bin Khaththab memusuhi pamannya dari pihak ibu yaitu Al Ash, dan Mush’ab bin Umair memusuhi saudaranya karena mereka semua memusuhi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Inilah bukti dan tanda seseorang cinta kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang ditunjukkan oleh Al Qur’an dan As Sunnah, adapun memperingati hari kelahiran Beliau, maka yang demikian tidak ditunjukkan oleh Al Qur’an dan As Sunnah, tidak dicontohkan Rasul shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya yang merupakan generasi terbaik umat ini.

Demikianlah yang bisa khatib sampaikan, semoga bermanfaat. Kita meminta kepada Allah agar Dia selalu membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya dan memberikan kita taufiq untuk dapat menempuhnya, aamin.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الْكُفْرَ وَالْكَافِرِيْنِ، وَأَعْلِ رَايَةَ الْحَقِّ وَالدِّيْنِ، اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَنَا وَالْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ بِعِزٍّ فَاجْعَلْ عِزَّ الْإِسْلاَمَ عَلَى يَدَيْهِ، وَمَنْ أَرَادَنَا وَالْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ بِكَيْدٍ فَكِدْهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَرُدَّ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ، وَاجْعَلْ تَدْبِيْرَهُ فِي تَدْمِيْرِهِ، وَاجْعَلِ الدَّائِرَةَ تَدُوْرُ عَلَيْهِ، اَللَّهُمَّ اهْدِنَا وَاهْدِ بِنَا وَانْصُرْنَا وَلاَ تَنْصُرْ عَلَيْنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا.

 وَصلِّ اللَّهُمَّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى محمد وَعَلَى آلهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا.

Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Khutbah Jumat: Adab Menghadiri Shalat Jumat

Rabu, 28 September 2022

 بسم الله الرحمن الرحيم



Khutbah Jum'at

Adab Menghadiri Shalat Jumat

Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I

Khutbah I

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا --يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فقَدْ فَازَ فوْزًا عَظِيمًا.

 أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاثُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

 

Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah

Pertama-tama kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kepada kita berbagai nikmat, terutama nikmat Islam dan nikmat Taufiq sehingga dengan nikmat itu kita dapat melangkahkan kaki kita menuju rumah-Nya melaksanakan salah satu perintah-Nya yaitu shalat Jumat berjamaah.

Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti Sunnahnya hingga hari Kiamat.

Khatib berwasiat baik kepada diri khatib sendiri maupun kepada para jamaah sekalian; marilah kita tingkatkan terus takwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Takwa dalam arti melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, karena orang-orang yang bertakwalah yang akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di di akhirat.

Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah

Salah satu syiar Islam yang agung adalah shalat Jum’at. Shalat Jumat ini hukumnya fardhu ‘ain, yakni setiap muslim wajib melakukannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Wahai orang-orang beriman! Apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Qs. Al Jumu’ah: 9)

Dikecualikan dari kewajiban ini lima orang; budak, wanita, anak-anak, orang sakit, dan musafir. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

اَلْجُمُعَةُ حَقٌ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِي جَمَاعَةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةٌ : عَبْدٌ مَمْلُوْكٌ أَوِ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِيٌّ أَوْ مَرِيْضٌ

“Shalat Jumat itu wajib bagi setiap muslim dengan berjamaah kecuali empat orang; budak, wanita, anak-anak, atau orang yang sakit.” (Hr. Abu Dawud, Daruquthni, Baihaqi dan Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Dawud no. 942)

Dalam riwayat Daruquthni dari Ibnu Umar secara marfu’, Beliau bersabda,

لَيْسَ عَلَى الْمُسَافِرِ جُمُعَةٌ

“Bagi musafir tidak wajib shalat Jumat.”

Shalat Jumat memiliki keutamaan yang besar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

« الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ » . 

“Shalat yang lima waktu, Jumat yang satu ke Jumat berikutnya dan (puasa) Ramadhan yang satu ke (puasa) Ramadhan berikutnya akan menghapuskan dosa-dosa di antara keduanya jika dijauhi dosa-dosa besar.” (Hr. Muslim)

Oleh karena pentingnya shalat Jumat, maka meninggalkannya merupakan dosa yang sangat besar, bahkan ancamannya sebagaimana dalam hadits adalah akan dicatat termasuk orang-orang yang lalai atau dicatat termasuk orang-orang munafik.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

« لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمُ الْجُمُعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُونُنَّ مِنَ الْغَافِلِينَ » . 

“Hendaknya orang-orang berhenti meninggalkan shalat Jumat atau jika tidak, Allah akan mengecap hati mereka, sehingga mereka tergolong orang-orang yang lalai.” (Hr. Muslim dan Nasa’i)

مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمُعَاتٍ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ كُتِبَ مِنَ الْمُنَافِقِيْنَ

“Barang siapa yang meninggalkan shalat Jumat tiga kali tanpa uzur, maka akan dicatat termasuk orang-orang munafik.” (Hr. Thabrani, lihat Shahihul Jami’ 6144)

Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah

Hari Jumat memiliki keutamaan dibanding hari-hari yang lain.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمُعَةِ : فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيْهِ قُبِضَ وَفِيْهِ النَّفْخَةُ وَفِيْهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ ) قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ عَلَيْكَ صَلاَتُنَا وَقَدْ أَرَمْتَ ؟  فَقَالَ : ( إِنَّ اللهَ عَزَّوَجَلَّ حَرَّمَ عَلىَ الْاَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْاَنْبِيَاءِ

“Sesungguhnya di antara hari yang paling utama adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, Adam diwafatkan, sangkakala ditiup, dan pada hari itu terjadi kematian (setelah ditiup sangkakala). Oleh karena itu, perbanyaklah bershalawat kepadaku, karena shalawatmu akan ditampakkan kepadaku.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami ditampakkan kepadamu sedangkan jasadmu telah hancur?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi memakan jasad para nabi.” (Hr. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Nasa’i, dishahihkan oleh Al Albani)

 

 

Dengan demikian, hari Jumat adalah hari yang paling utama dalam sepekan.

Dinamakan hari ini dengan hari ‘Jumat’ karena pada hari itu orang-orang berkumpul untuk shalat.

Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah

Pada hari Jumat kita disyariatkan melakukan hal-hal berikut:

1.  Mandi untuk shalat Jumat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

« غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ »

“Mandi pada hari Jumat wajib bagi setiap orang yang sudah baligh.” (Muttafaq 'alaih)

Hukumnya menurut sebagian ulama adalah wajib berdasarkan hadits di atas. Ulama yang lain berpendapat, bahwa diwajibkan mandi Jumat adalah di awal-awal Islam karena kondisi kaum muslimin ketika itu yang berada dalam kesempitan, dimana pakaian mereka pada umumnya terbuat dari bulu domba, sedangkan mereka berada di tanah yang panas, sehingga mereka berkeringat pada saat berkumpul untuk shalat Jumat. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyuruh mereka mandi. Tetapi ketika Allah melapangkan kehidupan mereka, dan mereka memakai kain yang terbuat dari kapas, maka Beliau memberikan kelonggaran kepada mereka untuk tidak mandi (cukup berwudhu). Para ulama yang berpendapat bahwa mandi Jumat hukumnya sunah berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berikut,

«مَنْ تَوَضَّأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَبِهَا وَنِعْمَتْ، وَمَنْ اغْتَسَلَ فَالْغُسْلُ أَفْضَلُ»

“Barang siapa yang berwudhu pada hari Jumat, maka ia berpegang dengan yang wajib dan sudah baik. Tetapi barang siapa yang mandi, maka mandi lebih utama.” (Hr. Lima orang Ahli Hadits, dan dihasankan oleh Tirmidzi)

Sunnahnya hukum mandi Jumat adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama.

Al Bahuti Al Hanbali rahimahullah berkata, “Waktu awal mandi Jumat adalah setelah terbit fajar, tidak bisa sebelumnya…, namun yang paling utama adalah saat hendak berangkat shalat Jumat, karena hal itu lebih mencapai tujuannya.” (Kasyfu Qina’ 1/150)

2.  Dianjurkan memakai pakaian yang bagus, menggunting kuku, bersiwak, memakai minyak rambut dan memakai wewangian. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِ وَمَسَّ مِنْ طِيْبٍ إِنْ كَانَ عِنْدَهُ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَلَمْ يَتَخَطَّ أَعْنَاقَ النَّاسِ ثُمَّ صَلَّى مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ اِذَا خَرَجَ اِمَامُهُ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ صَلاَتِهِ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الَّتِي قَبْلَهَا

“Barang siapa yang mandi pada hari Jumat, lalu ia memakai pakaian yang bagus dan memakai wewangian yang ada, kemudian berangkat shalat Jumat. Ia pun tidak melangkahi pundak orang, lalu shalat semampunya, kemudian diam ketika imam datang hingga shalat selesai, maka hal itu akan menjadi  penghapus dosa antara Jumat tersebut dengan Jumat sebelumnya.” (Hr. Abu Dawud)

« لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ ، وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ ، أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ ، فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، ثُمَّ يُصَلِّى مَا كُتِبَ لَهُ ، ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الإِمَامُ ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى » . 

“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jumat, bersih-bersih semampunya, memakai minyak rambut atau memakai wewangian di rumahnya, kemudian berangkat, ia pun tidak memisahkan dua orang. Setelah itu ia shalat semampunya, lalu diam ketika imam berkhutbah, kecuali akan

diampuni dosa-dosanya antara Jumat yang satu ke Jumat yang satunya lagi.” (HR. Bukhari)

3.  Berangkat lebih awal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

« إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ ، وَقَفَتِ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ يَكْتُبُونَ الأَوَّلَ فَالأَوَّلَ ، وَمَثَلُ الْمُهَجِّرِ كَمَثَلِ الَّذِى يُهْدِى بَدَنَةً ، ثُمَّ كَالَّذِى يُهْدِى بَقَرَةً ، ثُمَّ كَبْشاً ، ثُمَّ دَجَاجَةً ، ثُمَّ بَيْضَةً ، فَإِذَا خَرَجَ الإِمَامُ طَوَوْا صُحُفَهُمْ ، وَيَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ » .    

“Apabila tiba hari Jumat, maka para malaikat berdiri di pintu masjid mencatat siapa yang datang pertama dst. Perumpamaan orang yang datang lebih awal seperti berkurban dengan unta, setelahnya seperti berkurban dengan sapi, setelahnya seperti berkurban dengan kambing, setelahnya seperti berkurban dengan ayam, dan setelahnya lagi seperti berkurban dengan telur. Apabila imam datang, maka para malaikat menutup catatan mereka dan ikut mendengarkan nasihat.” (Hr. Jama’ah selain Ibnu Majah)

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ الرَّؤُوْفِ الرَّحِيْمِ ، الْبَرِّ الْجَوَّادِ الْكَرِيْمِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْعَظِيْمُ ، لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى ، وَالصِّفَاتُ الْعُلْيَا ، وَالْإِحْسَانُ الْعَمِيْمُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، الَّذِيْ قَالَ اللهُ فيْهِ : { وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ } اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ ، الَّذِيْنَ هُدُوْا إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيْقٍ مُسْتَقِيْمٍ

Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah

Adab lainnya pada hari Jumat adalah:

4.     Melakukan shalat sunah semampunya sampai imam datang berdasarkan hadits yang telah disebutkan sebelumnya.

5.     Setelah shalat Jumat dianjurkan shalat sunah dua rakaat atau empat rakaat setelah diselingi (dipisah) berbicara atau berdzikr atau dengan berpindah tempat atau dengan keluar dari masjid lalu kembali lagi atau dengan shalat di rumah. Mu’awiyah radhiyallahu 'anhu berkata,

فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمَرَنَا بِذَلِكَ أَنْ لاَ تُوصَلَ صَلاَةٌ حَتَّى نَتَكَلَّمَ أَوْ نَخْرُجَ .  

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami begitu; yakni agar suatu shalat tidak disambung dengan shalat yang lain sampai kami berbicara atau keluar.” (HR. Muslim)

6.   Diam mendengarkan khutbah dan tidak berbuat sia-sia seperti bermain-main dengan pasir, dsb. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

« إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ : أَنْصِتْ . وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ » .  

“Apabila kamu berkata, “Diamlah” kepada saudaramu pada hari Jumat, sedangkan imam berkhutbah, maka kamu telah sia-sia (yakni tidak mendapatkan keutamaan shalat Jumat).” (Hr. Bukhari-Muslim)

وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا

“Dan barang siapa yang bermain dengan kerikil, maka ia telah berbuat sia-sia.” (Hr. Muslim)

7.   Tetap melakukan shalat tahiyyatul masjid ketika datang terlambat saat imam berkhutbah. Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma berkata, “Seorang laki-laki datang ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berkhutbah pada hari Jumat, lalu Beliau bertanya, “Apakah kamu sudah shalat (yakni tahiyyatul masjid) wahai fulan?” Orang itu menjawab, “Belum.” Beliau pun bersabda, “Bangunlah dan kerjakanlah shalat dua rakat.” (Hr. Bukhari)

8.   Makruh melangkahi pundak orang dan memisahkan dua orang yang sedang duduk bersama (telah disebutkan haditsnya)

9.   Dianjurkan membaca surat Al Kahfi di malam atau siangnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

“Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat, maka Allah akan memberikan cahaya untuknya antara dua Jumat.” (Hr. Hakim dan Baihaqi, lihat Shahihul Jami’ 6470)

Inilah surat yang dibaca pada hari Jumat, adapun anjuran membaca surat Yasin pada hari Jumat haditsnya dha’if (bukan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam).

10.       Memperbanyak shalawat dan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (sudah disebutkan haditsnya).

11.Memperbanyak doa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لَا يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلَّا آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

“Hari Jumat (siangnya) ada 12 waktu. Tidak ada seorang hamba yang muslim meminta kepada Allah sesuatu di waktu itu kecuali akan diberikan, maka carilah waktu tersebut di waktu terakhir setelah shalat ‘Ashar.” (Hr. Abu Dawud, Nasa’i dan hakim)

Inilah yang bisa khatib sampaikan, semoga Allah membimbing kita ke jalan yang diridhai-Nya dan menjadikan istiqamah di atasnya hingga akhir hayat, aamin.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.

Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger