Keutamaan Jihad dan Para Mujahid

بسم الله الرحمن الرحيم


Keutamaan Jihad dan Para Mujahid
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini ayat-ayat dan hadits-hadits yang menyebutkan keutamaan jihad dan para mujahid, semoga Allah menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Keutamaan Jihad dalam Al Qur'an
Di antara keutamaan jihad dalam Al Qur'an adalah firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala berikut ini:
إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar." (QS. At Taubah: 111)
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ
"Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash Shaff: 4)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ-تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?--(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS. Ash Shaff: 10-11)

وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ-فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ-يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.--Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.--Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imran: 169-171)
Keutamaan Jihad dalam hadits
Dalam hadits, banyak sekali keutamaan jihad, di antaranya hadits-hadits berikut ini:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ: «رَجُلٌ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللهِ بِمَالِهِ وَنَفْسِهِ» ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «مُؤْمِنٌ فِي شِعْبٍ مِنَ الشِّعَابِ يَعْبُدُ اللهَ رَبَّهُ، وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ»
Dari Abu Sa'id Al Khudri, bahwa ada seorang yang datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Siapakah orang yang paling utama?" Beliau bersabda, "Seorang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya." Ia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau bersabda, "Seorang mukmin yang berada di salah satu lereng gunung; beribadah kepada Allah Tuhannya dan menjauhi keburukan manusia." (HR. Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَثَلُ المُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِهِ، كَمَثَلِ الصَّائِمِ القَائِمِ، وَتَوَكَّلَ اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِهِ، بِأَنْ يَتَوَفَّاهُ أَنْ يُدْخِلَهُ الجَنَّةَ، أَوْ يَرْجِعَهُ سَالِمًا مَعَ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ»
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah –dan Allah lebih mengetahui siapa yang berjihad di jalan-Nya- adalah seperti orang yang berpuasa dan shalat malam. Allah menjamin untuk orang yang berjihad di jalan-Nya, jika Allah wafatkan, maka Dia akan memasukkannya ke surga, atau mengembalikannya dalam keadaan selamat dengan membawa pahala atau ghanimah." (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يَعْدِلُ الجِهَادَ؟ قَالَ: «لاَ أَجِدُهُ» قَالَ: «هَلْ تَسْتَطِيعُ إِذَا خَرَجَ المُجَاهِدُ أَنْ تَدْخُلَ مَسْجِدَكَ فَتَقُومَ وَلاَ تَفْتُرَ، وَتَصُومَ وَلاَ تُفْطِرَ؟» ، قَالَ: وَمَنْ يَسْتَطِيعُ ذَلِكَ؟،
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Ada seorang yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Tunjukkanlah aku amalan yang dapat menandingi jihad?" Beliau menjawab, "Aku tidak menemukannya." Kemudian Beliau bersabda, "Apakah engkau sanggup jika mujahid berangkat, lalu engkau masuk ke masjid, kemudian shalat dan tidak berhenti, berpuasa dan tidak berbuka?" Ia menjawab, "Siapa yang sanggup melakukannya?" (HR. Bukhari)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يُكْلَمُ أَحَدٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُكْلَمُ فِي سَبِيلِهِ إِلَّا جَاءَ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَاللَّوْنُ لَوْنُ الدَّمِ، وَالرِّيحُ رِيحُ المِسْكِ»
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Demi Alla yang jiwaku di Tangan-Nya, tidaklah seseorang terluka di jalan Allah –dan Allah lebih mengetahui siapa yang terluka di jalan-Nya- kecuali ia akan datang pada hari Kiamat dengan darah yang berwarna darah, namun baunya seperti wangi minyak kesturi." (HR. Bukhari dan Nasa'i).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ، وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ، مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ»
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang mati namun belum berperang, atau tidak ada niat untuknya, maka ia mati di atas salah satu cabang kemunafikan." (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, dan Nasa'i)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْلاَ أَنَّ رِجَالًا مِنَ المُؤْمِنِينَ لاَ تَطِيبُ أَنْفُسُهُمْ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنِّي، وَلاَ أَجِدُ مَا أَحْمِلُهُمْ عَلَيْهِ مَا تَخَلَّفْتُ عَنْ سَرِيَّةٍ تَغْزُو فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّي أُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، ثُمَّ أُحْيَا، ثُمَّ أُقْتَلُ، ثُمَّ أُحْيَا، ثُمَّ أُقْتَلُ، ثُمَّ أُحْيَا، ثُمَّ أُقْتَلُ»
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Demi Allah yang jiwaku di Tangan-Nya, kalau bukan karena beberapa orang kaum mukmin tidak tenang hatinya karena tidak pergi bersamaku dan aku tidak mendapatkan sesuatu untuk membawa mereka, tentu aku tidak akan tertinggal dalam satu sariyyah (pasukan) pun yang berperang di jalan Allah. Demi Allah yang jiwaku di Tangan-Nya, aku ingin terbunuh di jalan Allah kemudian dihidupkan, lalu terbunuh lagi dan dihidupkan, kemudian terbunuh dan dihidupkan, lalu terbunuh lagi." (HR. Bukhari)
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جَبْرٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنِ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ»
Dari Abdurrahman bin Jubr ia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang berdebu kedua kakinya di jalan Allah, maka Allah akan mengharamkan dia masuk neraka." (HR. Bukhari)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا، وَلَهُ مَا عَلَى الأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ، يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا، فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ الكَرَامَةِ»
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Beliau bersabda, "Tidak ada seorang pun yang masuk surga kemudian ingin kembali ke dunia dan ia memiliki kesenangan di bumi selain orang yang mati syahid, ia ingin kembali ke dunia, lalu terbunuh sepuluh kali karena keutamaan (syahid) yang ia ketahui." (HR. Bukhari)
Imam Muslim meriwayatkan dari Masruq, ia berkata, “Kami bertanya kepada Abdullah (bin Mas’ud) tentang ayat ini, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (Terj. QS. Ali Imran: 169) ia berkata, “Sesungguhnya kami juga telah bertanya tentang hal itu (kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), lalu Beliau bersabda,
أَرْوَاحُهُمْ فِي جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا قَنَادِيلُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَسْرَحُ مِنْ الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِي إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ فَاطَّلَعَ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ اطِّلَاعَةً فَقَالَ هَلْ تَشْتَهُونَ شَيْئًا قَالُوا أَيَّ شَيْءٍ نَشْتَهِي وَنَحْنُ نَسْرَحُ مِنْ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْنَا فَفَعَلَ ذَلِكَ بِهِمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَنْ يُتْرَكُوا مِنْ أَنْ يُسْأَلُوا قَالُوا يَا رَبِّ نُرِيدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحَنَا فِي أَجْسَادِنَا حَتَّى نُقْتَلَ فِي سَبِيلِكَ مَرَّةً أُخْرَى فَلَمَّا رَأَى أَنْ لَيْسَ لَهُمْ حَاجَةٌ تُرِكُوا
“Ruh-ruh mereka di perut burung hijau, ia memiliki lampu-lampu yang bergantung di ‘Arsy. Mereka pergi di surga ke tempat yang mereka kehendaki, lalu mereka hinggap ke lampu-lampu itu, maka Tuhan mereka menjenguk mereka dalam sekali jengukan-Nya, lalu Dia berfirman, ”Apakah kamu menginginkan sesuatu?” Mereka menjawab, “Sesuatu apa yang kami inginkan, sedangkan kami telah bebas bepergian di surga ke tempat yang kami kehendaki.” Maka Allah melakukan hal itu sampai tiga kali, tetapi ketika mereka merasa didesak untuk meminta, maka mereka berkata, “Yaa Rabbi, kami ingin Engkau mengembalikan ruh-ruh kami ke jasad kami sehingga kami terbunuh di jalan-Mu sekali lagi.” Tetapi ketika dilihat-Nya mereka tidak membutuhkan lagi (yang lain), maka mereka pun ditinggalkan.”
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ «يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلَّا الدَّيْنَ»
Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Aash, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Akan diampuni dosa orang yang mati syahid[i] selain hutangnya." (HR. Muslim)
عَنْ المِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الفَزَعِ الأَكْبَرِ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الوَقَارِ، اليَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الحُورِ العِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ
Dari Miqdam bin Ma'diykarib ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bagi orang yang mati syahid di sisi Allah ada enam (keutamaan), yaitu: Akan diampuni dosanya ketika pertama kali darahnya mengalir, ia dapat melihat tempatnya di surga, dilindungi dari azab kubur, aman dari peristiwa besar yang menakutkan, akan diletakkan di kepalanya mahkota kehormatan, dimana satu Yaqut dari mahkota itu lebih baik daripada dunia dan seisinya, akan dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari, dan diberi izin memberi syafaat untuk tujuh puluh orang dari kerabatnya." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 5182)
Wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Al Maktabatusy Syamilah versi 3.44 dan 3.45, Al Mausu'ah Al Haditsiyyah Al Mushaghgharah, Minhajul Muslim (Abu Bakar Al Jaza'iriy), dll.



[i] Orang yang mati syahid disebut syahid menurut Imam Nawawi, adalah karena ia hidup (tidak mati), dimana ruh mereka menghadiri Daarussalam (surga), sedangkan ruh selain mereka menghadirinya nanti pada hari Kiamat. Menurut Ibnul Anbari, disebut syahid adalah karena Allah dan para malaikat-Nya bersaksi surga untuknya. Ada pula yang berpendapat, bahwa ia disebut syahid karena ia menyaksikan pahala dan keutamaan yang Allah sediakan untuknya ketika ruhnya keluar. Ada pula yang berpendapat, bahwa disebut syahid karena para malaikat rahmat yang mengambil ruhnya. Ada pula yang berpendapat, bahwa disebut syahid karena ia disaksikan keimanannya dan mendapatkan husnul khatimah, dan ada pula yang berpendapat, bahwa disebut syahid adalah karena ia termasuk orang yang bersaksi pada hari Kiamat bahwa para rasul telah menyampaikan risalahnya, wallahu a'lam.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger