بسم الله الرحمن الرحيم
Mengenal
Lebih Dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (7)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan risalah mengenal lebih dekat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah menjadikan risalah ini ikhlas
karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Kasih
sayang Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam kepada hewan
Suhail bin Al Hanzhaliyyah pernah berkata,
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melewati seekor unta yang
punggung dan perutnya dekat (kurus), maka Beliau bersabda,
اتَّقُوا اللَّهَ فِي هَذِهِ الْبَهَائِمِ الْمُعْجَمَةِ فَارْكَبُوهَا صَالِحَةً وَكُلُوهَا صَالِحَةً *
“Bertakwalah kepada Allah dalam hal binatang yang tidak bisa
bicara ini, tunggangilah dengan cara yang baik dan makanlah dengan cara yang
baik.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan sanadnya oleh Al Arnaa’uth)
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَانْطَلَقَ لِحَاجَتِهِ فَرَأَيْنَا حُمَّرَةً مَعَهَا فَرْخَانِ فَأَخَذْنَا فَرْخَيْهَا فَجَاءَتِ الْحُمَرَةُ فَجَعَلَتْ تُفَرِّشُ فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ فَجَعَ هَذِهِ بِوَلَدِهَا رُدُّوا وَلَدَهَا إِلَيْهَا وَرَأَى قَرْيَةَ نَمْلٍ قَدْ حَرَّقْنَاهَا فَقَالَ مَنْ حَرَّقَ هَذِهِ قُلْنَا نَحْنُ قَالَ إِنَّهُ لَا يَنْبَغِي أَنْ يُعَذِّبَ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ *
Dari Abdurrahman bin ‘Abdullah dari
bapaknya, ia berkata, “Kami pernah bersafar bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, lalu Beliau pergi karena suatu keperluan, tiba-tiba kami
melihat seekor induk burung bersama dua anaknya, kami kemudian mengambil dua
anaknya itu (ketika burung itu tidak ada), lalu burung itu datang (mencari
anaknya) dengan mengepak-ngepakkan sayapnya, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam datang, Beliau bersabda, “Siapa yang menyakiti burung ini karena diambil
anaknya, kembalikanlah anak-anaknya kepadanya.” Beliau juga pernah melihat
sarang semut yang kami bakar, maka Beliau bersabda, “Siapa yang membakarnya?”
kami menjawab, “kami”, lalu Beliau bersabda, “Sesungguhnya tidak berhak
menyiksa dengan api kecuali Tuhan pemilik api (Allah).” (HR. Abu Dawud, Ahmad,
dan dishahihkan isnadnya oleh Al Arnaa’ut)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah
memiringkan sebuah bejana agar kucing bisa meminumnya, lalu Beliau berwudhu
dengan sisa air itu (HR. Thabrani).
Tangis
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ketika ada yang sakit
Sa’d
bin Ubadah pernah mengeluh kesakitan, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
menjenguknya, Beliau menemuinya ketika ia sedang dikerumuni keluarganya, Beliau
bertanya, “Apakah dia sudah meninggal?” keluarganya berkata, “Belum, wahai
Rasulullah.” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pun menangis, ketika
orang-orang melihat Beliau menangis, yang lain pun ikut menangis, kemudian
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا تَسْمَعُونَ
إِنَّ اللَّهَ
لَا يُعَذِّبُ
بِدَمْعِ
الْعَيْنِ
وَلَا بِحُزْنِ
الْقَلْبِ
وَلَكِنْ
يُعَذِّبُ
بِهَذَا وَأَشَارَ
إِلَى لِسَانِهِ
أَوْ يَرْحَمُ
*
“Tidakkah
kalian mendengar, sesungguhnya Allah tidak menyiksa seseorang karena
mengalirnya air mata, tidak pula karena hati bersedih, akan tetapi seseorang
disiksa atau diberi rahmat karena ini – beliau pun berisyarat kepada lisannya-
(dengan mengucapkan kata-kata yang menunjukkan tidak ridha/meratap).” (HR.
Bukhari)
Keberanian
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
عَنْ أَنَسٍ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ وَأَشْجَعَ النَّاسِ وَلَقَدْ فَزِعَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ لَيْلَةً فَخَرَجُوا نَحْوَ الصَّوْتِ فَاسْتَقْبَلَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدِ اسْتَبْرَأَ الْخَبَرَ وَهُوَ عَلَى فَرَسٍ لِأَبِي طَلْحَةَ عُرْيٍ وَفِي عُنُقِهِ السَّيْفُ وَهُوَ يَقُولُ لَمْ تُرَاعُوا لَمْ تُرَاعُوا ثُمَّ قَالَ وَجَدْنَاهُ بَحْرًا أَوْ قَالَ إِنَّهُ لَبَحْرٌ *
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah orang yang paling baik dan paling berani. Pada suatu malam
penduduk Madinah ketakutan, mereka pun keluar menuju suara (yang membuat mereka
cemas), lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun datang menemui mereka (dari
tempat suara itu, mendahului mereka), dan berita yang sebenarnya pun jelas,
saat itu Beliau beliau menaiki kuda milik Abu Thalhah yang terbuka (tanpa
pelana) sambil menyandang pedang di dekat lehernya seraya berkata, “Jangan
takut, jangan takut.” Beliau bersabda, “Tadi kami dapati (suara) kuda yang
berlari kencang atau berkata, “Sesungguhnya tadi itu suara kuda yang berlari
kencang.” (HR. Bukhari)
عَنْ عَلِيٍّ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ كُنَّا إِذَا احْمَرَّ الْبَأْسُ وَلَقِيَ الْقَوْمُ الْقَوْمَ اتَّقَيْنَا بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا يَكُونُ مِنَّا أَحَدٌ أَدْنَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْهُ *
Dari
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Biasanya ketika perang
semakin berkecamuk dan dua pasukan bertemu, maka kami berlindung di balik
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika itu tidak ada seorang pun yang
lebih dekat dengan musuh daripada Beliau.” (HR. Ahmad, dan sanadnya shahih)
Sejarah
mencatat, dalam peperangan Uhud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan
perlawanan yang sangat gigih dengan orang-orang kafir sehingga Beliau terluka,
gigi ruba’iyyah (gigi yang terletak di
antara gigi seri dan gigi taring) Beliau pecah dan wajah Beliau terluka hingga mengucurkan
darah, lalu Beliau mengusap darah tersebut sambil berkata,
كَيْفَ يُفْلِحُ
قَوْمٌ شَجُّوا
نَبِيَّهُمْ
وَكَسَرُوا
رَبَاعِيَتَهُ
وَهُوَ يَدْعُوهُمْ
إِلَى اللَّهِ
“Bagaimana akan
beruntung suatu kaum yang melukai wajah Nabi mereka serta memecahkan giginya
padahal dia mengajak mereka kepada Allah?” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat,
لَيْسَ لَكَ
مِنْ الأَمْرِ
شَيْءٌ أَوْ
يَتُوبَ عَلَيْهِمْ
أَوْ يُعَذِّبَهُمْ
فَإِنَّهُمْ
ظَالِمُونَ
(آل عمران:
128)
“Tidak ada
sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu, atau Allah menerima tobat
mereka, atau Allah mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang
zalim.” (QS. Ali Imran: 128) (HR.
Muslim).
Rasa
malu Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
Malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan,
ia termasuk bagian dari iman, dan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
orang yang sangat pemalu.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِي اللَّهم عَنْهم قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ الْعَذْرَاءِ فِي خِدْرِهَا
Dari
Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah orang yang lebih malu daripada gadis yang berada di tempat
pingitannya. (HR. Bukhari)
Keadilan
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
Telah
disebutkan kisah wanita Al Makhzumiyyah yang mencuri, orang-orang pun
mendatangi Usamah bin Zaid untuk membelanya di hadapan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, maka ketika Usamah berbicara kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Apakah kamu hendak membela seseorang dalam
suatu hukuman di antara hukuman Allah Ta’ala?” kemudian Beliau bangkit
berkhutbah, Beliau bersabda, “Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian
adalah karena apabila orang terhormat di kalangan mereka mencuri, mereka
biarkan, sedangkan jika orang lemah mencuri maka mereka tegakkan had (hukuman)
kepadanya, demi Allah, seandainya Fatimah puteri Muhammad mencuri tentu aku
potong tangannya.”
Termasuk
keadilan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah apabila Beliau shallallahu
'alaihi wa sallam ingin keluar safar, maka Beliau mengundi istri-istrinya,
siapa yang keluar undiannya maka ia akan keluar bersama Beliau shallallahu
'alaihi wa sallam. (sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari)
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mendamaikan dua pihak yang bertengkar
قَالَ عَبْدُاللَّهِ
بْنُ كَعْبٍ
أَنَّ كَعْبَ
بْنَ مَالِكٍ
أَخْبَرَهُ
أَنَّهُ تَقَاضَى
ابْنَ أَبِي
حَدْرَدٍ
دَيْنًا كَانَ
لَهُ عَلَيْهِ
فِي عَهْدِ
رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
فِي الْمَسْجِدِ
فَارْتَفَعَتْ
أَصْوَاتُهُمَا
حَتَّى سَمِعَهَا
رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
وَهُوَ فِي
بَيْتٍ فَخَرَجَ
رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
إِلَيْهِمَا
حَتَّى كَشَفَ
سِجْفَ حُجْرَتِهِ
فَنَادَى
كَعْبَ بْنَ
مَالِكٍ فَقَالَ
يَا كَعْبُ
فَقَالَ لَبَّيْكَ
يَا رَسُولَ
اللَّهِ فَأَشَارَ
بِيَدِهِ
أَنْ ضَعِ
الشَّطْرَ
فَقَالَ كَعْبٌ
قَدْ فَعَلْتُ
يَا رَسُولَ
اللَّهِ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهم
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
قُمْ فَاقْضِهِ *
Abdullah
bin Ka’b berkata, “Ka’ab bin Malik pernah bercerita kepadanya bahwa ia pernah
menagih hutang kepada Ibnu Abi Hadrad di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam, ketika itu ia menagih di masjid, sampai suara keduanya keras,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang ketika itu berada di rumah
mendengarnya, maka keluarlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mendatangi keduanya, Beliau buka tirai kamarnya, lalu Beliau memanggil Ka’ab, “Wahai
Ka’ab!”, Ka’ab menjawab, ”Ya, wahai Rasulullah.” Beliau berisyarat dengan
tangannya yang maksudnya “Turunkan tagihanmu jadi setengah”, Ka’ab berkata,
“Ya, aku akan lakukan, wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda (kepada Ibnu Hadrad), “Bangun, bayar hutangmu.” (HR.
Bukhari)
Canda
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ عَلَيْنَا وَلِي أَخٌ صَغِيرٌ يُكْنَى أَبَا عُمَيْرٍ وَكَانَ لَهُ نُغَرٌ يَلْعَبُ بِهِ فَمَاتَ فَدَخَلَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَرَآهُ حَزِينًا فَقَالَ مَا شَأْنُهُ قَالُوا مَاتَ نُغَرُهُ فَقَالَ يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ *
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam biasanya masuk menemui kami, ketika itu aku memiliki adik yang masih
kecil dipanggil Abu ‘Umair, ia memiliki burung yang sering dipakai mainan. Suatu
hari burungnya mati, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuinya,
dilihatnya Abu Umair bersedih, Beliaupun bertanya, “Ada apa dengan dia?” Keluarganya menjawab,
“Burungnya mati.” Beliau pun bersabda, “Wahai Abu Umair, apa yang terjadi pada
si nughair (burung kecil).” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al Albani)
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ كَانَ اسْمُهُ زَاهِرًا كَانَ يُهْدِي لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْهَدِيَّةَ مِنَ الْبَادِيَةِ فَيُجَهِّزُهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ زَاهِرًا بَادِيَتُنَا وَنَحْنُ حَاضِرُوهُ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّهُ وَكَانَ رَجُلًا دَمِيمًا فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا وَهُوَ يَبِيعُ مَتَاعَهُ فَاحْتَضَنَهُ مِنْ خَلْفِهِ وَهُوَ لَا يُبْصِرُهُ فَقَالَ الرَّجُلُ أَرْسِلْنِي مَنْ هَذَا فَالْتَفَتَ فَعَرَفَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ لَا يَأْلُو مَا أَلْصَقَ ظَهْرَهُ بِصَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ عَرَفَهُ وَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يَشْتَرِي الْعَبْدَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِذًا وَاللَّهِ تَجِدُنِي كَاسِدًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَكِنْ عِنْدَ اللَّهِ لَسْتَ بِكَاسِدٍ أَوْ قَالَ لَكِنْ عِنْدَ اللَّهِ أَنْتَ غَالٍ *
Dari
Anas radhiyallahu 'anhu berkata, “Ada seorang badui bernama Zaahir, dia suka
memberi hadiah kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari pedalaman.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyiapkan perlengkapannya ketika
ia hendak pergi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya Zaahir orang badui kita, sedang kita orang kotanya.” Beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam sangat mencintainya, ia adalah orang yang
berparas jelek, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mendatanginya, ketika
itu ia sedang menjual barang dagangan, dari belakang Beliau memeluk Zaahir,
sedang ia tidak tahu, Zaahir pun berkata, “Lepaskan aku, siapa ini?” ia pun
menengok ternyata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Zaahir pun kemudian menempelkan
punggungnya ke dada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika tahu siapa di
belakangnya, Beliaupun kemudian (bercanda) dengan berkata, “Siapa yang mau beli
budak ini?” Maka Zaahir berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, kalau begitu
engkau anggap aku ini tidak bernilai.” Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bernilai” atau bersabda, “Namun di sisi
Allah kamu mahal.” (HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh Al Haafizh Ibnu Hajar dalam
Al ‘Ishaabah)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا اسْتَحْمَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي حَامِلُكَ عَلَى وَلَدِ النَّاقَةِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَصْنَعُ بِوَلَدِ النَّاقَةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَلْ تَلِدُ الْإِبِلَ إِلَّا النُّوقُ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu,
“Bahwa ada seseorang yang meminta ikut diboncengi Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda, “Saya akan bonceng kamu di atas anak
unta.” Orang itu kemudian berkata, “Apa yang bisa saya perbuat dengan anak unta.”
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah setiap unta
melahirkan unta yang besar juga.” (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تُدَاعِبُنَا قَالَ إِنِّي لَا أَقُولُ إِلَّا حَقًّا
Dari Abu Hurairah ia berkata: Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau
bercanda dengan kami?” Beliau menjawab, “Namun aku tidak mengucapkan kecuali
yang benar.” (HR. Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”)
Bersambung...
Wa shallallallahu
‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihihi wa shahbihi wa sallam
Marwan
bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah, Al Ushul Ats Tsalatsah (Muhammad
bin Abdul Wahhab), Nubadz min akhlaaqin Nabi (Abdul Hamid As Suhaibani), Quthuuf minasy Syamaa’ilil Muhammadiyyah (M. bin Jamil Zaenu), Mukhtashar siiratin
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (Abdul Ghaniy Al Maqdisi), I’rif
Nabiyyaka Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yaa bunayya (Abdul Majid Al Bayanuni), Minhaajul Muslim (Abu Bakar Al Jaza’iri), Riyaadhush Shaalihiin (Imam Nawawi), Untaian Mutiara Hadits
(Penulis), dll.
0 komentar:
Posting Komentar