بسم
الله الرحمن الرحيم
Belajar Mudah Ilmu Tauhid (1)
Segala
puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat,
amma ba'du:
Berikut ini pembahasan tentang definisi tauhid, pembagiannya,
urgensi dan keutamaannya yang kami terjemahkan dari kitab At Tauhid Al
Muyassar karya Syaikh Abdullah bin Ahmad Al Huwail; semoga Allah menjadikan
risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamiin.
Definisi
Tauhid
Tauhid
secara bahasa berasal dari kata wahhada-yuwahhidusy sya’a, yaitu ketika
menjadikan sesuatu satu atau esa. Contohnya: apabila Anda katakan, “Tidak
ada seorang pun yang keluar dari rumah selain Muhammad,” maka berarti Anda
menjadikan hanya Muhammad saja yang keluar dari rumah. Demikian juga apabila Anda
mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang boleh bangun dari majlis selain
Khalid,” maka berarti Anda hanya mengizinkan Khalid saja yang bangun dari
majlis.
Sedangkan
secara syara’, tauhid adalah mengesakan Allah dalam Rububiyyah, Uluhiyyah,
dan Asma’ wa Shifat.
Pembagian
Tauhid
Tauhid
terbagi menjadi tiga bagian: (1) Tauhid Rububiyyah, (2) Tauhid Uluhiyyah,
dan (3) Tauhid Asma’ wa Shifat. Berikut ini penjelasan masing-masingnya
disertai dalilnya.
1. Tauhid Rububiyyah
Tauhid
Rububiyyah maksudnya mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam hal menciptakan,
menguasai, dan mengatur alam semesta. Bisa juga kita katakan, bahwa tauhid
Rububiyyah adalah mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam tindakan-Nya. Contoh
tindakan-Nya adalah menciptakan, memberikan rezeki, menghidupkan, mematikan,
menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman, dan lain sebagainya.
Dalilnya
adalah firman Allah Ta’ala,
أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ
وَالأَمْرُ
“Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.”
(Terj. QS. Al A’raaf: 54)
وَلِلّهِ مُلْكُ
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
“Kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi.” (Terj. QS. Ali Imran: 189)
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ
السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ
الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ
الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللّهُ فَقُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ
“Katakanlah,
"Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang berkuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Meereka akan menjawab,
"Allah." Maka katakanlah, "Mangapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya)?" (Terj. QS. Yunus: 31)
2. Tauhid Uluhiyyah, disebut juga Tauhid ibadah
Tauhid
Uluhiyyah maksudnya mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam hal perbuatan hamba.
Contoh perbuatan hamba adalah shalat, puasa, haji, tawakkal, nadzar, rasa
takut, berharap, cinta, dan sebagainya.
Dalilnya
adalah firman Allah Ta’ala,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah kepada-Ku.”
(Terj. QS. Adz Dzaariyat: 56)
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ
تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً
“Dan
sembahlah Allah; janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu.”
(Terj. QS. An Nisaa’: 36)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن
قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا
فَاعْبُدُونِ
“Dan
Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya, "Bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka
sembahlah Aku olehmu sekalian.” (Terj. QS. Al Anbiyaa’: 25)
3. Tauhid Asma’ wa Shifat
Tauhid
Asma’ wa Shifat maksudnya menyifati Allah mengikuti apa yang Allah dan
Rasul-Nya sifatkan untuk Diri-Nya berupa sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan
tanpa takyif (menanyakan bagaimana hakikatnya), tamtsil (menyerupakan
sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya), tahrif (menakwil sifat Allah),
dan ta’thil (meniadakan sifat Allah). Dalilnya adalah firman Allah
Ta’ala,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak
ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Maha
Melihat.” (QS. Asy Syuuraa: 11)
وَلِلّهِ الأَسْمَاء
الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُواْ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَآئِهِ
سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Hanya
milik Allah Asmaa’ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raaf: 180)
Beberapa
Faedah Penting Tentang Tauhid
Pertama,
tiga pembagian tauhid tesebut saling berkaitan; dimana masing-masingnya tidak
dapat dipisahkan dari yang lain. Oleh karena itu, barang siapa yang melakukan
salah satu tauhid itu dan tidak melakukan tauhid yang lainnya, maka ia belum
bertauhid.
Kedua,
hendaknya Anda mengetahui, bahwa orang-orang kafir yang diperangi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakui tauhid Rububiyyah. Mereka mengakui bahwa
Allah adalah Pencipta dan Pemberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, yang
memberikan manfaat dan menimpakan madharat, dan yang mengatur segala urusan.
Namun pengakuan mereka ini tidak memasukkan mereka ke dalam Islam. Dalilnya
adalah firman Allah Ta’ala,
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم
مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن
يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن
يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللّهُ فَقُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ
Katakanlah,
"Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Mereka akan menjawab,
"Allah." Maka katakanlah, "Mangapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya?" (QS. Yunus: 31)
Ketiga,
tauhid uluhiyyah adalah inti dakwah para rasul, karena ia merupakan pondasi
yang dari sana dibangun semua amal. Jika tauhid tersebut tidak terwujud, maka
semua amal tidak akan sah. Hal itu, karena jika tauhid uluhiyyah tidak ada,
maka yang terjadi adalah kebalikannya, yaitu syirk. Sedangkan perseteruan
antara para rasul dengan umat mereka sebabnya adalah karena masalah tauhid ini.
Oleh karena itu, tauhid ini wajib diperhatikan, dipelajari masalahnya secara
mendalam, dan dipahami pokok-pokoknya.
Urgensi
Tauhid dan Keutamaannya
1. Tauhid adalah rukun Islam yang paling agung.
Tauhid
adalah penopang Islam yang paling agung. Tidak mungkin bagi seseorang masuk ke
dalam Islam kecuali apabila bersaksi terhadap tauhid; mengakui ibadah itu hanya
ditujukan kepada Allah dan meniadakan peribadatan kepada selain-Nya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ، شَهَادَةِ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًارَسُولُ اللهِ، وَإِقَامِ
الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ »
"Islam dibangun di atas lima dasar,
yaitu bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah." (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Tauhid adalah perkara paling penting dan perkara yang paling
wajib.
Tauhid
didahulukan di atas semua amal dan perkara penting yang harus dikedepankan
karena kedudukannya yang besar dan urgensinya yang agung.
Tauhid
juga merupakan hal yang pertama kali didakwahkan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Mu’adz radhiyallahu ‘anhu saat Beliau
mengutusnya ke Yaman,
إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةَ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ " - وَفِي رِوَايَةٍ: إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ
- "
“Sesungguhnya
engkau akan mendatangi segolongan Ahli Kitab, maka hendaknya yang pertama kali
engkau serukan adalah bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah –Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Sampai mereka mentauhidkan Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Semua ibadah tidak akan diterima tanpa adanya tauhid
Oleh
karena itu, tauhid adalah syarat sahnya ibadah dan asas untuk diterimanya. Dan
suatu ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali disertai tauhid
sebagaimana shalat tidaklah disebut sebagai shalat kecuali disertai thaharah
(bersuci). Jika syirk masuk ke dalam ibadah itu, maka rusaklah ibadah itu;
seperti halnya hadts ketika masuk ke dalam thaharah.
Bahkan
suatu ibadah jika tidak ada tauhid, maka menjadi syirk yang merusak amal itu
dan menghapusnya, serta menjadikan pelakunya kekal di neraka.
4. Tauhid adalah sebab memperoleh keamanan dan petunjuk di
dunia dan akhirat.
Dalilnya
adalah firman Allah Ta’ala,
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ
يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (Terj. QS. Al An’aam: 82)
Kata
‘zhulm’ tersebut maksudnya adalah syirk sebagaimana diterangkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari (2/484) dari hadits Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu.
Ibnu
Katsir rahimahullah berkata, “Mereka itu adalah orang-orang yang
mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya, mereka
juga tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Mereka akan memperoleh keamanan
pada hari Kiamat dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat. Oleh karena
itu, barang siapa yang melakukan tauhid secara sempurna, ia akan memperoleh
keamanan dan petunjuk yang sempurna, serta akan masuk surga tanpa azab.”
Syirk
juga adalah kezaliman yang paling zalim, sedangkan tauhid adalah keadilan yang
paling adil.
5. Tauhid merupakan sebab masuk surga dan selamat dari neraka.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ
اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ ، أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ ، وَرُوحٌ مِنْهُ ،
وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا
كَانَ مِنَ الْعَمَلِ » .
“Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa
Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, bersaksi pula bahwa Isa adalah hamba
Allah dan utusan-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan
dengan tiupan ruh dari-Nya, demikian pula bersaksi bahwa surga adalah benar dan
neraka adalah benar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga bagaimana pun
amal yang dikerjakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ
عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ
اللَّهِ
“Sesungguhnya Allah mengharamkan
neraka bagi orang yang mengucapkan Laailaahaillallah karena mencari
keridhaan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Tauhid adalah sebab selamatnya hamba dari penderitaan di
dunia dan akhirat.
Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata, “Tauhid adalah tempat berlindung bagi
musuh-musuh-Nya dan bagi wali-wali-Nya.”
Adapun
musuh-musuh Allah, maka dengan tauhid Dia menyelamatkan mereka dari penderitaan
di dunia dan kesulitannya. Allah berfirman,
فَإِذَا رَكِبُوا فِي
الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى
الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka
apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya; tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba
mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (Terj. QS. Al
‘Ankabut: 65)
Sedangkan
para wali-Nya, maka dengan Tauhid Dia menyelamatkan mereka dari penderitaan di
dunia dan akhirat serta kesulitannya. Ini adalah Sunnatullah yang berlaku pada
hamba-hamba-Nya. Maka tidak ada yang dapat menghindarkan penderitaan dunia
seperti halnya tauhid. Oleh karenanya, doa ketika menderita adalah tauhid, doa
Dzunnun (Nabi Yunus ‘alaihissalam) -dimana tidaklah seorang yang menderita
berdoa dengannya melainkan Allah akan menghilangkan deritanya- adalah tauhid.
Sebaliknya
tidak ada yang membuat manusia jatuh ke dalam berbagai penderitaan yang besar
kecuali syirk, dan tidak ada cara untuk menariknya kecuali dengan tauhid.
Dengan demikian, tauhid adalah tempat perlindungan bagi semua makhluk, benteng,
dan penyelamatnya.
7. Tauhid adalah hikmah dari diciptakan manusia dan jin.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Aku
tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz Dzaariyat: 56)
Maksudnya
agar mereka mentauhidkan-Ku.
Oleh
karena itu, tidaklah rasul diutus, kitab diturunkan, syariat ditetapkan, dan
manusia diciptakan kecuali agar Allah diesakan dan disembah; tidak selain-Nya.
Bersambung...
Wallahu
a’lam, wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa
sallam.
Diterjemahkan dari
kitab At Tauhid Al Muyassar oleh Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar