بسم الله الرحمن الرحيم
Mengenal
Lebih Dekat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (1)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut
ini kami perkenalkan kepada Anda kehidupan pemimpin para nabi dan rasul
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat mengagumkan dan penuh dengan
kemuliaan meskipun kita belum pernah melihat Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.
Seorang penyair mengatakan,
اِنْ فَاتَكُمْ اَنْ تَرَوْهُ بِاْلعُيُوْنِ
فَمَا يَفُوْتُكُمْ وَصْفُهُ هذِيْ شَمَائِلُهُ
مُكَمِّلاَتُ الذاَّتِ فِي خَلْقٍ وَفِي خُلُقٍ
وَفِي صِفَاتٍ فَلاَ تُحْصَى فَضَائِلُهُ
Kalau pun anda tidak bisa melihatnya dengan mata kepala
Anda masih bisa melihatnya
lewat sifatnya, inilah pribadi Beliau
Beliau sempurna fisik dan
akhlaknya
Demikian pula sifatnya,
sehingga sulit dihitung keutamaannya.
Oleh karena tingginya akhlak
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah Ta’aala berfirman memuji Beliau,
وَإِنَّكَ لَعَلى
خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam : 4)
Semoga Allah menjadikan penulisan
risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Sekilas tentang Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
Muhammad bin (putera) ‘Abdullah bin ‘Abdul Muthallib bin Hasyim. Hasyim
termasuk suku Quraisy, suku Quraisy termasuk bangsa Arab, sedangkan bangsa Arab
adalah keturunan Nabi Isma’il; putera Nabi Ibrahim Al-Khalil -semoga Allah
melimpahkan kepadanya dan kepada Nabi kita shalawat dan salam-.
Beliau berumur 63 tahun; 40 tahun sebelum
diangkat menjadi nabi, dan 23 tahun sebagai nabi dan rasul.
Beliau diutus Allah untuk menyampaikan
peringatan kepada manusia agar mereka menjahui syirik (penyembahan kepada
selain Allah Ta’ala) serta perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah lainnya dan
mengajak mereka kepada tauhid (beribadah hanya kepada Allah Subhaanahu wa
Ta'aala) serta mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dicintai Allah lainnya.
Beliau di angkat sebagai nabi dengan
turunnya wahyu “iqra” (QS. Al ‘Alaq : 1-5), dan diangkat sebagai
rasul dengan turunnya “Al-Mudatssir”(QS. Al Muddatstsir : 1-7).
يَاأَيُّهَا
الْمُدَّثِّرُ -- قُمْ فَأَنذِرْ --وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ --وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ --وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ --وَلاَ تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ --وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
“Wahai orang yang berselimut!
Bangunlah, lalu sampaikanlah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Pakaianmu
sucikanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu bersabarlah.”(QS. Al-Muddatstsir: 1-7).
Maksud “Bangunlah, lalu sampaikanlah
peringatan,” adalah berikanlah peringatan kepada manusia agar menjahui
syirik (penyembahan kepada selain Allah Ta’ala) dan ajaklah mereka kepada
tauhid (menyembah hanya kepada Allah Ta’ala saja).
“Dan Tuhanmu agungkanlah”
maksudnya agungkanlah Dia dengan tauhid.
“Pakaianmu sucikanlah”
maksudnya bisa sucikanlah segala amalanmu dari syirik.
“Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,”
maksudnya Jauhilah dosa-dosa, salah satunya bahkan yang paling besarnya adalah
syirk (menyekutukan Allah) dan berlepaslah dari orang-orang yang melakukannya.
Beliau pun melaksanakan perintah-perintah
itu. Selama sepuluh tahun di Makkah, mengajak (berdakwah) kepada tauhid.
Setelah sepuluh tahun itu beliau pun dimi’rajkan (dinaikkan) ke langit, lalu
disyariatkan kepada beliau shalat lima
waktu.
Beliau melakukan shalat lima waktu di Makkah selama 3 tahun. Setelah
itu, Beliau diperintahkan untuk berhijrah.
Setelah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam menetap di Madinah, diperintahkan kepada Beliau berbagai syari’at
Islam yang lain, seperti azan, zakat, puasa, jihad, haji, serta
syari’at-syari’at Islam lainnya.
Beliau pun melaksanakan tugas dakwah di sana selama sepuluh
tahun. Kemudian beliau wafat, namun agamanya tetap tegak.
Inilah Islam,
agama yang beliau bawa, tidak ada satu pun kebaikan kecuali beliau telah
menunjukkan kepada ummatnya, dan tidak ada satu pun keburukan kecuali beliau
telah memperingatkan kepada umatnya agar menjauhinya. Kebaikan yang telah
beliau tunjukkan itu adalah tauhid (beribadah hanya kepada Allah Ta’ala saja) serta
segala hal yang dicintai dan diridhai Allah, sedangkan keburukan yang telah
beliau peringatkan agar dijauhi adalah syirk (menyekutukan Allah Ta’ala) serta
segala yang dibenci Allah.
Kelebihan Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam di atas nabi-nabi yang lain
فُضِّلْتُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ
“Aku diberikan kelebihan di
atas para nabi yang lain dengan enam hal: Aku diberikan jawaami’ul kalim
(bicara singkat tetapi memiliki kandungan yang padat), ditolong-Nya aku dengan
dijadikan musuh takut, dihalalkan untukku ghanimah (harta rampasan perang),
dijadikan untukku bumi sebagai alat bersuci dan masjid, dan aku diutus kepada
manusia semuanya dan ditutup denganku para nabi.” (HR. Muslim)
Dan masih banyak
kelebihan lainnya yang Allah Azza wa Jalla berikan kepada Beliau shallallahu
'alaihi wa sallam.
Kesederhanaan hidup Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبِيْتُ اللَّيَالِيَ اْلمُتَتَابِعَةَ طَاوِيًا هُوَ وَاَهْلُهُ لاَ يَجِدُوْنَ عَشَاءً وَكَانَ اَكْثَرُ خُبْزِهِمْ خُبْزَ شَعِيْرٍ
Ibnu Abbas berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersama keluarganya menahan lapar
berturut-turut di malam hari karena tidak mendapatkan makan malam, dan roti
yang sering mereka makan adalah roti sya’ir (gandum).” (HR. Tirmidzi dalam Asy
Syamail dan isnadnya shahih).
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِينِي فَيَقُولُ أَعِنْدَكِ غَدَاءٌ فَأَقُولُ لَا فَيَقُولُ إِنِّي صَائِمٌ قَالَتْ فَأَتَانِي يَوْمًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ قَدْ أُهْدِيَتْ لَنَا هَدِيَّةٌ قَالَ وَمَا هِيَ قَالَتْ قُلْتُ حَيْسٌ قَالَ أَمَا إِنِّي قَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا قَالَتْ ثُمَّ أَكَلَ
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata, “Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam pernah mendatangiku lalu bertanya, “Apa kamu punya makanan
untuk pagi ini?” Ia menjawab, “Tidak punya,” lalu Beliau bersabda, “Kalau
begitu aku berpuasa.”
Aisyah juga berkata,
“Pernah suatu ketika Beliau datang kepadaku, lalu aku mengatakan
kepadanya, “Wahai Rasulullah, Sesungguhnya kita diberi hadiah.” Beliau
bertanya, “Hadiah apa?” ‘Aisyah menjawab, “Makanan Hais (makanan yang terbuat
dari kurma, susu kering, dan samin)”, maka Beliau bersabda, “Tadi aku sudah
berniat puasa (sunah).” Aisyah melanjutkan kata-katanya, “Maka Beliau pun
akhirnya makan.” (HR. Tirmidzi dan ia menghasankannya).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهم عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ لِعُرْوَةَ ابْنَ أُخْتِي إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلَالِ ثُمَّ الْهِلَالِ ثَلَاثَةَ أَهِلَّةٍ فِي شَهْرَيْنِ وَمَا أُوقِدَتْ فِي أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَارٌ فَقُلْتُ يَا خَالَةُ مَا كَانَ يُعِيشُكُمْ قَالَتِ الْأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالْمَاءُ إِلَّا أَنَّهُ قَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِيرَانٌ مِنَ الْأَنْصَارِ كَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ وَكَانُوا يَمْنَحُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَلْبَانِهِمْ فَيَسْقِينَا *
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa ia pernah berkata kepada
Urwah, “Wahai putera saudariku, kami dahulu memperhatikan hilal (awal bulan),
dari bulan ini ke bulan berikutnya selama tiga kali dalam dua bulan, namun
rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak dinyalakan api (yakni
tidak masak),” Urwah berkata, “Wahai bibi, lalu apa yang kamu makan?” Ia
menjawab, “Hanya dua saja yang berwarna agak hitam, yaitu kurma dan air, namun
tetangga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari kalangan anshar
terkadang memberikan susu dari hewan yang mereka miliki untuk Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam lalu Beliau memberi kami minum (darinya).” (HR.
Bukhari dan Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ إِنَّمَا كَانَ فِرَاشُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَنَامُ عَلَيْهِ أَدَمًا حَشْوُهُ لِيفٌ *
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ نَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حَصِيرٍ فَقَامَ وَقَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِهِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوِ اتَّخَذْنَا لَكَ وِطَاءً فَقَالَ مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
Dari Abdullah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam tidur di atas tikar. Ketika bangun, tikar itu membekas pada sisi samping
badan Beliau, maka kami berkata, “Bolehkah kami buatkan untukmu tempat tidur?”
Beliau menjawab, “Apa urusanku terhadap dunia ini, aku di dunia hanyalah
seperti seorang pengendara yang sedang berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian
akan pergi meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan
shahih”)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau pengembara.”[i]
Oleh karenanya Ibnu Umar berkata,
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Jika kamu berada di sore hari maka janganlah menunggu hingga pagi
hari, dan jika kamu berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore
hari. Gunakanlah sehatmu untuk waktu sakitmu, dan hidupmu untuk matimu.” (HR.
Bukhari)
عَنْ عَمْرِ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ : مَا تَرَكَ رَسُوْلُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، عِنْدَ مَوْتِهِ دِيْنَاراً وَلا دِرْهَماً ، ولا عَبْداً ، وَلا أَمَةً ، وَلاَ شَيْئاً إِلاَّ بَغْلَتَهُ الْبَيْضَاءَ الَّتي كَانَ يَرْكَبُهَا ، وَسِلاحَهُ ، وَأَرْضاً جَعَلَهَا ِلابْنِ السَّبيِلِ صَدَقَةً .
‘Amr
bin Haarits pernah berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika
wafatnya tidak meninggalkan sekeping dinar maupun dirham, tidak juga
meninggalkan budak baik laki-laki maupun wanita, yang Beliau tinggalkan
hanyalah bighal (binatang yang lahir dari kuda dan keledai) berwarna putih yang
biasa Beliau tunggangi, senjata, dan tanah yang sudah Beliau sedekahkan untuk
Ibnus Sabiil (musafir yang kehabisan bekal).” (HR. Bukhari)
قَالَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ : لَقَدْ رَأيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْتَوِيْ مِنَ اْلجُوْعِ مَا يَجِدُ مَا يَمْلَأُ مِنَ الدَّقْلِ بَطْنَهُ
Umar bin Al Khaththaab pernah berkata,
“Sungguh aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membungkuk
karena lapar, Beliau tidak mendapatkan kurma untuk menahan perutnya.” (HR.
Muslim)
Bersambung...
Marwan
bin Musa
Maraji’: Al Ushul Ats Tsalatsah (Muhammad bin Abdul
Wahhab), Nubadz min akhlaaqin Nabi (Abdul Hamid As Suhaibani), Quthuuf minasy Syamaa’ilil Muhammadiyyah (M. bin Jamil Zaenu), Mukhtashar siiratin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (Abdul Ghaniy Al Maqdisi), I’rif Nabiyyaka Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
yaa bunayya (Abdul Majid Al Bayanuni),
Minhaajul Muslim (Abu Bakar Al Jaza’iri), Riyaadhush
Shaalihiin (Imam Nawawi), Untaian
Mutiara Hadits (Penulis) dll.
[i] Makna hadits ini
adalah jadilah kamu di dunia seakan-akan seperti pengembara yang tidak
menjadikan tempat yang dilaluinya sebagai tempat menetap, yakni jangan kamu
jadikan dunia sebagai tujuanmu, sehingga kamu kerahkan fikiran dan tenagamu
untuk mengejarnya, karena dunia adalah tempat sementara, tempat beramal,
akhiratlah tempat kembalimu, maka carilah bekal agar tempat terakhirmu di
akhirat adalah tempat yang nyaman dan sentosa (surga). Tentunya bekalnya adalah
ketakwaan. Dalam hadits ini ada isyarat agar kita tidak berlebihan terhadap
dunia (zuhud).
0 komentar:
Posting Komentar