بسم الله الرحمن الرحيم
Ringkasan
Sirah Rasulullah
shallallahu
‘alaihi wa sallam
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini perjalanan singkat
kehidupan pemimpin para nabi dan rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
semoga Allah menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat,
Allahumma amin.
Nasab dan kelahiran Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Beliau adalah Muhammad bin (putera)
Abdullah bin Abdul Muththalib bin Haasyim. Haasyim berasal dari Quraisy, Quraisy berasal
dari bangsa Arab, dan bangsa Arab adalah keturunan Isma’il putera Ibrahim Al
Khalil –semoga shalawat dan salam terlimpah kepadanya dan kepada Nabi kita-.
Sedangkan ibu Beliau bernama Aminah binti Wahb.
Beliau lahir di Mekkah dalam keadaan
yatim pada bulan Rabi’ul Awwal tahun gajah. Ayahnya wafat saat Beliau masih
dalam kandungan ibunya. Setelah Beliau lahir, Beliau ditanggung oleh kakeknya
Abdul Muththalib. Kemudian ibunya wafat pada saat Beliau berusia enam tahun. Dan
pada saat usia Beliau delapan tahun, kakeknya, yaitu Abdul Muththalib wafat.
Kemudian Beliau diasuh oleh pamannya Abu Thalib.
Perjalanan Beliau ke negeri Syam
Pada saat usia Beliau 12 tahun,
Beliau diajak bersafar ke negeri Syam bersama pamannya untuk berdagang. Di
tengah perjalanan ke sana, pamannya bertemu dengan seorang pendeta bernama
Buhaira di kota Basrah, lalu pendeta itu mengenali tanda kenabian Beliau yang
telah dipelajarinya dari kitab-kitab samawi. Ketika itu, Buhaira berkata, “Orang
ini adalah utusan Rabbul alamin. Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi alam
semesta.” Lalu ia ditanya, “Dari mana kamu tahu?” Ia menjawab, “Sesungguhnya
ketika kamu datang dari bukit, maka tidak ada sebuah pohon maupun batu kecuali
bersujud, dan mereka tidaklah bersujud kecuali kepada seorang nabi, dan aku
mengetahui kenabiannya dari cap kenabian yang berada di bawah tulang rawan
bahunya.” Kemudian pendeta itu memperingatkan Abu Thalib agar tidak
membawanya ke negeri Syam karena dikhawatirkan tindakan jahat orang-orang
Yahudi kepadanya, maka pamannya mengembalikannya ke Mekkah.
Pernikahan dengan Khadijah
Setelah usia Beliau semakin dewasa,
Beliau pergi ke Syam untuk berdagang membawa barang dagangan milik Khadijah
didampingi budaknya Maisarah, lalu Maisarah melihat hal-hal yang menakjubkan
dari keadaan Beliau. Sepulang dari perjalanan itu, Maisarah memberitahukan hal
yang disaksikan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga
Khadijah tertarik untuk menikah dengan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau diangkat menjadi Nabi
Ketika usia Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam 40 tahun, Beliau diangkat menjadi seorang nabi. Hal ini
terjadi pada bulan Ramadhan saat Beliau bertahannuts (mengasingkan diri
beribadah) di gua Hira. Ketika itu, malaikat Jibril datang membawa wahyu surat
Al Alaq kepada Beliau, lalu Beliau memutuskan tahannutsnya dan pulang dalam
keadaan takut mendatangi istrinya Khadijah, kemudian Khadijah menguatkan diri
Beliau dan memberikan kabar gembira kepadanya serta membawanya ke kerabatnya
yang beragama Nasrani, yaitu Waqarah bin Naufal. Maka Waraqah memberikan kabar
gembira kepadanya, bahwa ia akan menjadi nabi umat ini, dan ia ingin kalau
seandainya ia masih muda, ia dapat menolongnya ketika kaumnya memusuhinya.
Selanjutnya wahyu terputus sebentar, kemudian turun lagi surat Al Muddatstsir.
Dengan turunnya surat itu, Beliau menjadi nabi dan Rasul serta diperintahkan
mendakwahi kaumnya kepada Islam. Setelah itu, wahyu pun turun berurut-turut. Dari
kalangan laki-laki yang pertama menyambut dakwahnya adalah kawan Beliau Abu
Bakar radhiyallahu ‘anhu, sedangkan wanita yang pertama menyambut dakwahnya
adalah istrinya Khadijah radhiyallahu ‘anha. Sedangkan anak-anak yang pertama
kali menyambut dakwahnya adalah putera pamannya, yaitu Ali bin Abi Thalib, dan
dari kalangan budak, yang pertama menyambut dakwahnya adalah budak yang
dimerdekakan Beliau, yaitu Zaid bin Haritsah.
Melalui ajakan Abu Bakar, masuk ke
dalam Islam beberapa orang, di antaranya Utsman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh’un, Abu
Salamah bin Abdul Asad, dan Al Arqam bin Abil Arqam. Ketika itu, Beliau bertemu
para sahabatnya di rumah Al Arqam bin Abil Arqam dan berdakwah secara
sembunyi-sembunyi. Hal ini berlangsung selama tiga tahun lamanya. Selanjutnya,
Beliau diperintahkan berdakwah secara terang-terangan, yaitu dengan turunnya
surat Al Hijr ayat 94,
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al
Hijr: 94)
Gangguan kaum
Quraisy kepada Beliau dan para sahabatnya, serta hijrahnya sebagian sahabat ke
Habasyah
Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berdakwah di Mekkah secara terang-terangan sehingga kaum
kafir Quraisy menyakiti Beliau dan para sahabatnya serta menuduhnya dengan
berbagai tuduhan, seperti sebagai pesihir, penyair, dukun, orang gila, dsb.
Mereka juga menaruh duri di jalan Beliau, menyakiti Beliau ketika sedang
shalat, serta menindas orang yang beriman kepadanya dari kalangan budak dan
dhu’afa, seperti Bilal bin Rabaah, Khabbab bin Art, Ammar bin Yasir, ayahnya
Yasir, dan ibunya Sumayyah, sebagian di antara mereka wafat sebagai syahid
karena penindasan dan penyiksaan itu. Ketika gangguan kaum kafir Quraisy
semakin dahsyat, maka Beliau menyuruh para sahabatnya berhijrah ke Habasyah,
kemudian mereka yang berhijrah dimuliakan oleh raja di sana yaitu An Najasyi
yang kemudian ia memeluk Islam. Beliau berdakwah di Mekkah selama 13 tahun
lamanya. Selanjutnya Beliau pergi ke Tha’if dengan harapan di sana Beliau
mendapatkan orang-orang yang mau membantunya, tetapi penduduknya malah
mendustakan Beliau dan menyakitinya. Bahkan Beliau dilempari batu di sana.
Peristiwa Isra dan
Mi’raj
Setelah paman
Beliau dan istrinya meninggal, serta setelah Beliau disakiti di Tha’if, maka
Allah Subhaanahu wa Ta’ala Yang Mahakuasa memperjalankan Beliau pada malam hari
dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsha, kemudian menaikkannya ke langit sampai ke
Sidratul Muntaha untuk meneguhkan Beliau dan menyabarkannya serta menghiburnya.
Beliau diisra’-mi’rajkan dengan ruh dan jasadnya.
Bai’at Aqabah dan
tersebarnya Dakwah
Saat musim haji
tiba, dan ketika orang-orang banyak yang berkunjung ke Mekkah, maka Beliau
memanfaatkan kesempatan itu untuk mendakwahi mereka yang datang. Ketika itu
datang enam orang dari suku Khazraj (Madinah) dan beriman kepadanya. Hal ini
terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian. Pada tahun setelahnya datang kepada
Beliau 12 orang dari Madinah dan membaiat (berjanji setia) Beliau. Baiat ini
dikenal dengan nama baiat Aqabah ke-1. Dan pada tahun ke-13 dari
kenabian, Beliau didatangi oleh 73 orang laki-laki dan dan 2 wanita untuk
membaiat Beliau dan menyatakan kesiapan membela dan menolong Beliau. Baiat ini
dikenal dengan nama Baiat Aqabah ke-2. Setelah baiat ini Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat hijrah ke Madinah.
Hijrah ke Madinah
Selanjutnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat hijrah ke
Madinah. Maka mereka berangkat ke sana secara diam-diam, baik perorangan maupun
berkelompok. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah pula dan sebelumnya
telah melakukan perencanaan yang matang agar tidak diketahui oleh orang-orang
kafir yang telah sepakat untuk membunuhnya. Di antara siasat Beliau adalah
berhijrah bersama Abu bakar ke arah selatan dan tinggal di gua Tsur selama tiga
hari agar tidak diketahui. Ketika itu, Asma’ binti Abi Bakar yang membawakan
makanan untuk keduanya, sedangkan Abdullah bin Abi Bakar berusaha mencari kabar
di Mekkah yang kemudian akan disampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan Abu Bakar. Di samping itu, budak yang dimerdekakan Abu Bakar,
yaitu Amir bin Fuhairah membawa kambing untuk menghilangkan jejak mereka berdua
dan memberikan minum susu kambing kepada keduanya. Kemudian orang-orang kafir
terus mencari Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menangkap dan
membunuhnya hingga mereka tiba di gua Tsur, namun Allah menjadikan mereka tidak
melihatnya, padahal kalau seandainya mereka melihat ke bawah kakinya tentu mereka
akan melihat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar. Saat itu, kaum
Quraisy menjanjikan hadiah 200 ekor unta bagi yang menemukan mereka berdua.
Akan tetapi Allah melindungi Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana
Dia melindungi Nabi-Nya dari pengejaran Suraqah bin Malik, dimana kaki-kaki
kudanya terperosok ke dalam bumi.
Saat tiba di
Madinah
Setiba di Quba’,
maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun masjid di sana dan tinggal di
sana selama tiga hari, kemudian Beliau melanjutkan perjalanan ke Madinah.
Ketika sampai di sana, Beliau disambut gembira oleh kaum Anshar. Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal di tempat Abu Ayyub Al Anshari. Selanjutnya,
penduduk Madinah disebut dengan kaum Anshar, sedangkan para sahabat yang hijrah
ke sana disebut kaum Muhajirin. Di antara tindakan yang Beliau lakukan di sana
adalah membangun masjid, mendamaikan kabilah Aus dan Khazraj, mempersaudarakan
kaum Muhajirin dan Anshar, dan membuat perjanjian damai dengan orang-orang
Yahudi yang tinggal di sana yang terdiri dari Bani Quraizhah, Bani Qainuqa’, dan
Bani Nadhir.
Jihad Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Setelah kaum
muslimin berhijrah ke Madinah dan kedudukan mereka semakin kuat, maka Allah
mengizinkan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam berjihad dan menjadikanya
sebagai sarana membela diri dan menjaga dakwah ketika dihalangi. Telah terjadi
beberapa peperangan antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
orang-orang kafir, di antaranya:
1. Perang Badar Kubra, terjadi
pada tahun ke-2 H. Ketika itu, kaum muslimin memperoleh kemenangan, dan kaum
musyrik mengalami kekalahan. Jumlah kaum muslimin hanya 300 orang lebih,
sedangkan kaum musyrik berjumlah kurang lebih 1.000 orang.
2. Perang Uhud, terjadi
pada tahun ke-3 H. Ketika itu, kaum muslimin berjumlah 700 orang, sedangkan
kaum musyrik berjumlah 3000 orang. Pada awal pertempuran, kaum muslimin
mengalami kemenangan, namun ketika regu pemanah menyelisihi perintah Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan turun dari bukit, maka kaum musyrik kembali
menyerang, sehingga kaum muslimin kalah.
3. Perang Ahzab, terjadi
pada tahun ke-5 H. Ketika itu, kaum Quraisy bersatu dengan berbagai kabilah
mengepung Madinah, jumlah mereka kira-kira 10.000 orang. Akhirnya kaum muslimin
membuat parit untuk mencegah penyerbuan musuh, kemudian Allah Azza wa Jalla Allah pun menurunkan hujan lebat di malam hari dan angin
yang kencang kepada pasukan Ahzab itu yang menyapu bersih kemah-kemah dan
perbekaan mereka serta mengkocar-kacirkan pasukan musuh.
4. Perang Bani Quraizhah, terjadi
setelah perang Ahzab, yaitu ketika Yahudi Bani Quraizhah membatalkan
perjanjiannya dan ikut bergabung dengan pasukan Ahzab.
5. Perjanjian Hudaibiyah, terjadi
pada tahun ke-6 H. Yaitu, ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dan para
sahabatnya ingin berumrah, namun mereka dicegah, kemudian dibuat perjanjian,
dimana di antara isinya adalah peperangan dihentikan selama 10 tahun dan kaum
muslim boeh berumrah pada tahun depan.
6. Fathu (penaklukkan) Mekkah, terjadi
pada tahun ke-8 H. Hal ini terjadi ketika kaum musyrik membatalkan perjanjian.
Setelah Fathu Mekkah, Islam semakin tersebar di Jazirah Arab dan
berdatangan para utusan untuk menyatakan keislamannya.
Wafat Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Setelah tugas
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai, Islam tersebar dan ajaran
agamanya telah sempurna, sehingga tidak boleh dikurangi dan ditambahkan, maka
Allah Subhaanahu wa Ta’ala mewafatkan Beliau. Beliau wafat pada waktu Dhuha di
hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal dalam usia 63 tahun. Semoga Allah
melimpahkan shalawat dan salam kepadanya.
Marwan
bin Musa
Maraji’: Al Arabiyyah baina Yadaik jilid 3 hal. 17-19,
Ar Rahiqul Makhtum (Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri), Maktabah Syamilah
versi 3.45, dll.
0 komentar:
Posting Komentar