بسم الله الرحمن الرحيم
Ringkasan Kisah
Pemimpin
Wanita Dunia dan Akhirat (1)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini kisah singkat 4 pemimpin
wanita dunia dan akhirat, semoga Allah menjadikan penulisan risalah ini ikhlas
karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Siapakah 4 pemimpin wanita dunia?
Imam Ahmad,
Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim meriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
" حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ مَرْيَمُ ابْنَةُ
عِمْرَانَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَفَاطِمَةُ ابْنَةُ مُحَمَّدٍ،
وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ "
“Cukup bagimu
(mengenali keutamaan) di antara wanita dunia, yaitu Maryam binti Imran,
Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, dan Asiyah istri Fir’aun.”
(Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no.
3143)
Imam Ahmad dan
Thabrani dalam Al Kabir meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ نِسَاءِ الْعَالَمِيْنَ أَرْبَعٌ
: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ وَ خَدِيْجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَ فَاطِمَةُ
بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
“Sebaik-baik wanita dunia ada empat; Maryam
binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, dan Asiyah
istri Fir’aun.” (Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam Shahihul
Jami’ no. 3328)
Imam Ahmad,
Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Musa Al
Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ،
وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ: إِلَّا آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ،
وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ
الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
“Laki-laki yang
sempurna banyak, dan dari kalangan wanita tidak ada yang sempurna kecuali
Asiyah istri Fir’aun dan Maryam binti Imran, dan sesungguhnya keutamaan Aisyah
di antara wanita lainnya adalah seperti keutamaan Tsarid di atas makanan
lainnya.”
Siapakah yang
paling utama di antara keempat wanita ini?
Sebagian ulama
berpendapat, bahwa Maryam dan Fatimah lebih utama daripada Khadijah dan Asiyah.
Namun antara Maryam dengan Fathimah ada perbedaan pendapat, sebagian ulama ada
yang mengedepankan Fathimah, dan ada pula yang mengedepankan Maryam. Menurut Al
Qurthubi, zhahir Al Qur’an dan hadits-hadits menunjukkan bahwa Maryam lebih
utama dari semua wanita dunia dari sejak Hawa’ sampai wanita terakhir.
Ibnu Abdil Bar
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang ia marfu’kan, bahwa pemimpin wanita dunia adalah
Maryam, kemudian Fatimah, selanjutnya Khadijah, kemudian Asiyah. (Ibnu Abdil
Bar berkata, “Hadits ini hasan, dan ia menghilangkan adanya kemusykilan
(siapa yang lebih utama).”)
Hakim meriwayatkan
dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ
أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ
“Pemimpin wanita
penghuni surga ada empat; Maryam binti Imran, Fathimah binti Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah.” (Hadits
ini dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 3678)
Kedua hadits di
atas menjelaskan urutan wanita pemimpin dunia dan akhirat yang paling utama.
Dan wanita paling utama setelah keempat wanita itu adalah Aisyah binti Abi Bakr
Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anha.
Maryam binti Imran
Maryam adalah
wanita shiddiqah (wanita yang sangat jujur), mulia, suci, dan menjaga
diri. Allah Azza wa Jalla memilihnya di antara sekian wanita untuk menjadi ibu
bagi Nabi-Nya Isa ‘alaihis salam. Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَاكِ
وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاء الْعَالَمِينَ
“Dan (ingatlah)
ketika Malaikat (Jibril) berkata, "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah
memilih kamu, mensucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia
(yang semasa dengan kamu).” (QS. Ali Imran: 42)
Ibu Maryam bernama
Hanah, sedangkan ayahnya bernama Imran. Istri Imran sebelumnya tidak
melahirkan, pada saat ia melihat seekor burung yang memberikan makan kepada
anaknya, maka tergeraklah rasa keibuan padanya, lalu ia meminta kepada Allah
Azza wa Jalla agar dikaruniakan anak yang saleh. Hanah juga bernadzar, bahwa
kalau nanti anaknya lahir, maka ia akan menjadikan anaknya sebagai pelayan
Baitulmaqdis, di mana sebelumnya ia mengira bahwa anaknya adalah laki-laki. Di
samping itu, biasanya hanya laki-laki yang cocok berkhidmat di Baitulmaqdis dan
karena ia tidak ada halangan. Akan tetapi Allah berkehendak lain, Dia
menghendaki untuk menjadikan anak Hanah perempuan agar menjadi pemimpin wanita
dunia serta sebagai ibu bagi salah seorang nabi ulul azmi. Setelah Hanah
melahirkan dan ternyata perempuan, maka Hanah menamainya Maryam, kemudian
Maryam diasuh oleh Nabi Zakariya ‘alaihissalam. Dan Nabi zakariya adalah suami
dari saudari maryam.
Selanjutnya Nabi
Zakariya mengajarkan ajaran Islam kepadanya dan akhlak yang mulia, sehingga
Maryam tumbuh dalam keadaan salihah, menjaga diri dari perbuatan dosa dan
maksiat, dan mengenal Allah Tuhannya. Ia senantiasa taat kepada Allah Azza wa
Jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya di malam dan siang hari di mihrab(tempat
ibadah)nya, sehingga Allah mengaruniakan kepadanya beberapa karamah, dimana
setiap kali Nabi Zakariya masuk menemuinya di mihrabnya, ternyata ada
buah-buahan musim panas di waktu dingin dan buah-buahan musim dingin di waktu
panas. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا
الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقاً قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَـذَا
قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللّهِ إنَّ اللّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ
حِسَابٍ
“Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di
mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata, "Wahai Maryam dari
mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab, "Makanan itu
dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali Imran:
37)
Allah Azza wa
Jalla menakdirkan, bahwa akan lahir daripadanya seorang anak yang menjadi nabi
tanpa ayah. Dan hal ini adalah mudah bagi Allah Azza wa Jalla, karena Dia jika
berkehendak sesuatu cukup mengatakan, “Jadilah,” maka jadilah sesuatu
itu (lihat QS. Ali Imran: 59). Bahkan ada yang lebih aneh lagi dari itu, yaitu
terciptanya Adam tanpa ada laki-laki dan perempuan, dan terciptanya Hawa dari
laki-laki.
Pada suatu ketika,
Maryam mengasingkan diri dari manusia untuk melakukan suatu keperluan, lalu ia
pergi ke arah timur mihrabnya sehingga berada di tempat yang dekat dengan
bagian timur. Dan di saat itu, tidak ada seorang pun manusia yang melihatnya.
Di sanalah Allah mengutus malaikat Jibril dalam bentuk manusia, lalu Maryam
merasa takut kalau ia akan disakiti olehnya, maka Maryam berkata, “Aku berlindung
darimu kepada Ar Rahman jika engkau bertakwa.” Lalu malaikat Jibril
menenangkannya dan memberitahukan, bahwa Allah mengutusnya kepadanya untuk
memberikan kepadanya seorang anak yang saleh dan suci. Ketika itulah Maryam
merasa heran terhadapnya dan mengatakan, “Bagaimana aku punya anak,
sedangkan belum ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku, dan aku bukanlah
seorang pezina.” Maka malaikat Jibril memberitahukan, "Demikianlah."
Tuhanmu berfirman, "Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya
suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu
perkara yang sudah diputuskan.” (Terj. QS. Maryam: 21)
Ketika itu
malaikat Jibril datang kepada Maryam membawa ruh nabi Isa ‘alaihissalam, lalu
ia meniup dari leher bajunya, kemudian masuk ke dalam dadanya, maka Maryam pun
hamil dengan izin Allah Azza wa Jalla.
Setelah berlalu
masa kehamilan, maka tibalah saatnya Maryam untuk melahirkan, kemudian ia
mencari tempat yang jauh dari manusia karena khawatir dicela oleh mereka, dimana
ia melahirkan anak tanpa ada suami. Dan sebelum itu, kaumnya telah mencacatkan
kehormatan dirinya dan kehormatan Nabi Zakariya ‘alaihissalam yang mengasuhnya,
namun Maryam bersabar terhadap tuduhan-tuduhan itu. Ketika rasa sakit hendak
melahirkan telah Maryam rasakan, maka ia bersandar ke batang pohon kurma dan
berkata sambil bersedih, “Alangkah baiknya, sekiranya aku sekarang mati
sebelum anak dalam perutku ini lahir, lalu aku menjadi orang yang tidak dikenal
dan dilupakan orang.” Kemudian malaikat Jibril menenangkannya dan
memberikan kabar gembira, bahwa Allah telah mengalirkan di bawahnya sungai
kecil. Maryam juga diminta menggoyangkan batang kurma agar kurma-kurma
berjatuhan sehingga dapat dipungut oleh Maryam. Maryam juga diperintahkan
ketika ditanya tentang anaknya untuk menyatakan, bahwa dirinya bernadzar demi Ar
Rahman untuk diam; tidak berbicara kepada seorang pun.
selanjutnya Maryam
menggendong anaknya dan membawanya ke kaumnya, sedangkan kaumnya dalam keadaan
mencari dirinya. Ketika kaumnya melihat Maryam menggendong seorang bayi, maka
mereka menuduhnya sebagai pezina, lalu Maryam menunjuk kepada bayinya, agar
mereka bertanya kepadanya, lalu mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami
berbicara dengan bayi yang masih dalam buaian?” Ketika itulah Nabi Isa
‘alaihis salam yang masih dalam buaian menjawab tuduhan itu dengan berkata, "Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia akan menjadikanku
seorang Nabi,--Dan Dia menjadikanku seorang yang diberkati di mana saja aku
berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup;--Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku
seorang yang sombong lagi celaka.--Dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku,
pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku
dibangkitkan hidup kembali.” (Terj. QS. Maryam: 30-33)
Allah menjadikan
Nabi Isa dapat berbicara pada masa buaian untuk meringankan beban yang dialami
ibunya dan untuk membelanya.
Maryam adalah figur
wanita yang menjaga kehormatan dirinya dan taat beribadah kepada Allah. Ia rela
mengorbankan masa remajanya untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla.
Bersambung...
Wa shallallahu
‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan
bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah versi 3.45, Media Informasi
Lentera Ummat (PPDI PT JICT), Khairu Nisa’il Alamin (Majdi Fathi
As Sayyid), Khutbah Jum’at Khairu Nisa’il Alamin (situs Majlis Ulama
Iraq), dll.
0 komentar:
Posting Komentar