بسم الله الرحمن الرحيم
Ringkasan
Kisah 10 Orang Yang Dijamin Masuk Surga (1)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini kisah singkat 10 orang
yang dijamin masuk surga, semoga Allah menjadikan penulisan risalah ini ikhlas
karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma amin.
Siapakah 10 orang
yang dijamin masuk surga?
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«أَبُو بَكْرٍ فِي الجَنَّةِ، وَعُمَرُ
فِي الجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي
الجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الجَنَّةِ،
وَسَعْدٌ فِي الجَنَّةِ، وَسَعِيدٌ فِي الجَنَّةِ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ
فِي الجَنَّةِ»
"Abu Bakar di surga, Umar di
surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga,
Abdurrahman bin 'Auf di surga, Sa'ad di surga, Sa'id di surga, dan Abu Ubaidah
bin Al Jarrah di surga." (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani).
Abu Bakar Ash
Shiddiq
Namanya adalah
Abdullah bin Abi Quhafah. Awalnya bernama Abdul Ka’bah, lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menamainya dengan Abdullah. Ia juga disebut
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagi ‘atiq (orang yang dibebaskan dari
neraka), dan disebut Ash Shiddiq (sangat membenarkan), karena membenarkan
peristiwa isra’ dan mi’raj ketika orang-orang mendustakan. Ia selalu hadir
dalam semua peperangan yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia
tetap tegar pada perang Uhud dan perang Hunain ketika orang-orang melarikan
diri. Melalui Abu Bakar, masuk ke dalam Islam Utsman bin Affan, Abdurrahman bin
Auf, Zubair, Thalhah dan lain-lain. Ia adalah orang terbaik umat ini setelah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia adalah seorang dermawan yang menyedekahkan
semua hartanya di jalan Allah. Ia adalah kawan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam di masa Jahhiliyyah maupun di masa Islam. Demikian pula orang yang
menemani Beliau ketika berhijrah. Di masa khilafahnya, ia memerangi orang-orang
yang murtad, orang-orang yang enggan membayar zakat, dan orang yang mengaku
nabi. Banyak hadits-hadits yang datang yang menyebutkan keutamaan Abu Bakar
radhiyallahu ‘anhu.
Umar bin Khaththab
Al Faruq
Panggilan Umar
adalah Abu Hafsh, dan digelari dengan Al Faruq (karena dengannya Allah
memisahkan antara yang hak dan yang batil). Sebelumnya, Ia termasuk pemuka
Quraisy dan juru bicara mereka antar beberapa kabilah. Ketika Allah mengutus
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Umar memusuhi Beliau dan para
pengikutnya, kemudian Allah memberikan kepadanya hidayah kepada Islam, lalu ia
masuk Islam di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah Al Arqam
pada bulan Dzulhijjah tahun ke-6 setelah kenabian; kira-kira tiga hari setelah
masuk Islamnya Hamzah. Umar masuk Islam setelah membaca surat Thaha dari
lembaran yang dipegang saudarinya Fathimah binti Khaththab radhiyallahu ‘anha.
Dengan masuk Islamnya Umar, maka kaum muslimin semakin kuat. Ibnu Ishaq meriwayatkan
dengan sanadnya yang sampai kepada Umar, ia berkata, “Ketika aku masuk Islam,
maka penduduk Mekkah membicarakan orang yang paling keras memusuhi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Abu Jahal, maka aku mendatanginya dan
memukul pintunya, kemudian ia keluar menemuiku, lalu ia berkata, “Selamat
datang! Apa yang membuatmu datang?” Aku menjawab, “Aku datang untuk
memberitahukan dirimu, bahwa aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
Muhammad serta membenarkan apa yang Beliau bawa,” maka Abu Jahal menutup
pintunya di hadapanku dan berkata, “Semoga Allah menburukkanmu dan memburukkan
alasan kamu datang.” Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Keislaman Umar adalah
kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan, dan kepemimpinannya adalah rahmat.
Sebelumnya kami tidak sanggup shalat di Baitullah sampai Umar masuk Islam.
Setelah ia masuk Islam, maka Umar melawan mereka sehingga kami dapat shalat (di
sana).” Pada saat ada perintah hijrah, maka Umar berhijrah secara
terang-terangan. Umar selalu hadir dalam semua peperangan yang dilakukan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak ayat Al Qur’an yang turun sejalan dengan
pandangan Umar. Oleh karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, “Kalau ada nabi setelahku, maka dia adalah Umar bin Khaththab.”
(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim dari Uqbah bin Amir, dan diriwayatkan oleh
Thabrani dari Ishmah bin Malik, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul
Jami’ No. 5284).
Umar dikenal
sebagai orang yang zuhud, luas ilmunya, berani dalam menampakkan kebenaran, dan
setelah diangkat sebagai khalifah, ia menjadi contoh keadilan pada zamannya dan
contoh keadilan sampai sekarang. Pada masa khilafahnya, wilayah Islam semakin
luas, dua negara adidaya dunia (Persia dan Romawi) berhasil dipatahkan
kekuatannya, bahkan kekuasaan Persia lenyap pada zamannya. Pada zamannya, Irak,
Syam, Mesir, Al Jazirah, wilayah Bakr, Armenia, Araniyah, berbagai wilayah Al
Jibal, berbagai wilayah Persia, Khuzstan, dan lainnya berhasil ditaklukkan. Ia
adalah orang yang pertama menyebut Amirul Mu’minin (pemimpin kaum mukmin) untuk
dirinya, orang yang pertama menetapkan kalender Hijriah, dan orang yang pertama
membentuk dewan dalam pemerintahannya. Ia wafat sebagai syahid tiga hari
setelah ditikam oleh Abu Lu’luah Al Majusi saat mengimami shalat. Saat
diketahui pembunuhnya, Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak
menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku muslim.” Ia dimakamkan
di samping kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kawannya Abu Bakar
Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Utsman bin Affan
Dzunnurain
Utsman masuk Islam
melalui ajakan Abu Bakar Ash Shiddiq. Disebut Dzunnurain (pemilik dua
cahaya), karena ia menikahi puteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bernama
Ruqayyah. Setelah Ruqayyah wafat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahkannya dengan puterinya, yaitu Ummu Kultsum. Ia berhijrah dua kali; ke
Habasyah dan ke Madinah. Utsman adalah orang yang kaya dan banyak berinfak, ia
yang menyiapkan separuh perlengkapan Jaisyul ‘Usrah untuk melawan Romawi, yang
membeli sumur Rumah untuk kaum muslimin, dan sebagai seorang pemalu sehingga
para malaikat malu kepadanya. Di akhir kehidupannya, Utsman difitnah sehingga
orang-orang Mesir, Basrah, Kufah, dan Madinah yang termakan fitnah mengepung
rumahnya. Utsman tidak mau melawan mereka padahal ia mampu, untuk menjaga darah
kaum muslimin, hingga akhirnya sebagian mereka menaiki rumahnya dan membunuhnya
saat ia sedang membaca Al Qur’an.
Ali bin Abi Thalib
Ali adalah putera
paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahkan puterinya, Fatimah –pemimpin wanita surga- kepadanya, dan ia adalah ayah
dari dua pemimpin pemuda surga, yaitu Al Hasan dan Al Husain. Ia adalah orang
yang pertama masuk Islam dari kalangan anak-anak. Ia pernah tidur di kasur Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam saat Beliau berhijrah dan mengenakan burdahnya
untuk mengelabui kaum musyrikin yang mengepung rumah Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Ketika itu, ia diperintahkan juga oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk mengembalikan semua barang titipan kepada pemiliknya. Setelahnya,
ia menyusul berhijrah dengan berjalan kaki sehingga kakinya bengkak. Ia hadir
dalam perang Badar dan memberikan jasa besar dalam peperangan itu, ia juga
hadir dalam perang Uhud dan mendapat beberapa luka, serta yang memegang panji
perang Uhud saat Mush’ab bin Umair syahid. Ia hadir dalam semua perangan yang
dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selain perang Tabuk, karena Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memintanya untuk mengurus keluarganya di Madinah.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepadanya, “Tidak
ridhakah engkau, bahwa kedudukanmu denganku seperti kedudukan Harun dengan
Musa. Hanyasaja tidak ada lagi nabi setelahku.” Pada perang Khaibar, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan panji kepadanya setelah sebelumnya
menyerahkan kepada Abu Bakar dan Umar namun belum berhasil menaklukkannya,
hingga kemudian diserahkan kepadanya, dan akhirnya ia berhasil menaklukkannya.
Ali berhasil membunuh tokoh kaum musyrik ksatria bangsa Arab, yaitu Amr bin
Abdi Wud dalam perang Khandaq. Setelah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
wafat, maka ia membaiat Abu Bakar, demikian pula membaiat Umar, dan membaiat
Utsman radhiyallahu ‘anhum. Di akhir masa khilafah Utsman, saat rumahnya
dikepung, maka Ali menawarkan Utsman untuk memberikan perlindungan kepadanya
dengan membawa anak-anaknya, tetapi Utsman menolaknya untuk menjaga darah kaum
muslimin. Saat Utsman dibunuh, maka sebagian besar orang sepakat untuk membaiatnya,
namun sebagian lagi menolak untuk membaiatnya. Mu’awiyah sempat memeranginya
karena menuntut agar pembunuh Utsman segera diqishas, sedangkan Ali memandang
untuk pembaiatan harus lebih dahulu dilakukan agar kaum muslim bersatu,
kemudian dicari pembunuh Utsman sehingga terjadilah perang Shiffin. Setelah
itu, Ali dan Mu’awiyah berdamai kembali, namun sebagian pengikuti Ali menolak
damai dan malah memerangi Ali karena mau berdamai dengan Mu’awiyah. Mereka ini
adalah orang-orang Khawarij yang kemudian diperangi oleh Ali. Kemudian ada tiga
orang Khawarij yang membuat makar untuk membunuh Ali, Mu’awiyah, dan Amr bin
Ash, namun mereka tidak berhasil membunuh selain Ali bin Abi Thalib, ia
berhasil dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljim saat Ali sedang berjalan ke masjid
untuk shalat Subuh. Ali radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang cerdas dan
banyak orang yang bertanya kepadanya tentang masalah agama.
Zubair bin Awam
Zubair bin Awam
bin Khuwailid, panggilannya Abu Abdillah. Ia adalah pembela (hawariy) Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan putera bibi Beliau, yaitu Shafiyyah. Ia masuk
Islam saat berusia 12 atau 15 tahun, dan termasuk As Sabiqunal Awwalun.
Istrinya bernama Asma’ binti Abi Bakar yang membantu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam saat Beliau berhijrah. Zubair adalah orang yang pertama
menghunus pedangnya dalam Islam, yaitu ketika di Mekkah saat ada berita bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dibunuh, maka Zubair segera menghunus
pedangnya dan mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di area atas
Mekkah, kemudian Beliau bertanya kepadanya, “Ada apa denganmu wahai Zubair?”
Zubair menjawab, “Aku diberitahukan, bahwa engkau ditangkap.” Maka Beliau
mendoakannya dan mendoakan pedangnya. Zubair berhijrah dua kali; ke Habasyah
dan ke Mekkah. Ia hadir dalam semua peperangan dan termasuk ksatria Islam serta
orang yang paling berani di antara mereka. Tentang Zubair, Umar berkata,
“Zubair termasuk rukun di antara rukun-rukun agama.” Zubair dikenal sebagai
orang yang dermawan dan mulia. Ia termasuk salah seorang di antara mereka yang
dijamin masuk surga dan termasuk di antara enam orang yang dipilih Umar untuk
menjadi khalifah setelahnya. Ia menamai anak-anaknya dengan nama para sahabat
yang gugur sebagai syahid. Ia hadir dalam perang Jamal melawan Ali, lalu Ali
berdialog dengannya, kemudian ia mengerti dan meninggalkan peperangan itu.
Tetapi Abdullah bin Jurmudz membuntutinya dan membunuhnya diam-diam, kemudian
membawa kepalanya kepada Ali, maka Ali menangis karenanya dan tidak mengizinkan
pembunuhnya masuk menemuinya serta menyampaikan kabar neraka kepadanya. Hal ini
terjadi pada tahun ke-36 H, sedangkan usia Zubair ketika itu 67 tahun.
Sa’ad bin Abi
Waqqash
Sa’ad bin Malik
bin Wuhaib Al Qurasyi Az Zuhri. Ia termasuk orang-orang yang pertama masuk
Islam. Ia masuk Islam saat berusia 17 tahun, dan termasuk salah seorang yang
dijamin masuk surga, dan termasuk orang-orang yang dipilih Umar dalam dewan
syura untuk memilih khalifah setelahnya. Ia adalah orang yang pertama
menumpahkan darah di jalan Allah, yaitu ketika kaum musyrik menghalangi jalan
kaum muslim saat mereka hendak shalat di salah satu perbukitan Mekkah, lalu
Sa’ad memukul salah seorang musyrik dengan tulang unta serta melukainya. Ia
juga orang pertama yang melempar panahnya di jalan Allah. Ia didoakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya, “Ya Allah,
kabulkanlah Sa’ad apabila ia berdoa kepada-Mu.” Oleh karena itu, Sa’ad
tidaklah berdoa kecuali dikabulkan. Ia hadir dalam semua peperangan yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia memberikan jasa dalam
perang Uhud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Lepaslah
panahmu, biarkanlah bapak dan ibuku sebagai tebusanmu.” Diriwayatkan, bahwa
pada perang itu, ia berhasil melepaskan 1000 panah. Umar pernah mengangkatnya
sebagai pemimpin pasukan untuk memerangi Persia. Ia adalah komandan pasukan
yang berhasil mengalahkan orang-orang Persia di Qadisiyah. Ia juga yang
menaklukkan kota-kota Kisra, dan yang membangun kota Kufah. Umar mengangkatnya
sebagai gubernur Irak, Utsman juga sama mengangkatnya sebagai gubernur Kufah.
Pada zaman fitnah, Sa’ad memisahkan diri dari kedua kelompok yang bertikai itu.
Sa’ad radhiyallau ‘anhu wafat kira-kira pada tahun 55 H dan dimakamkan di Madinah.
Ia adalah orang Muhajirin yang terakhir wafat.
Bersambung...
Marwan
bin Musa
Maraji’: Al Asyarah Al Mubasysyaruuna bil jannah (www.alislamy.com), dll.
0 komentar:
Posting Komentar