بسم الله الرحمن الرحيم
Hakikat
Sabar
Segala puji
bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya
hingga hari kiamat, amma ba'd:
Suatu hari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati sebuah kubur dan melihat
seorang wanita yang duduk di sampingnya sambil menangis karena anaknya yang
telah meninggal, lalu Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bertakwalah
kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu menjawab, “Menyingkirlah dariku,
sesungguhnya engkau tidak mendapatkan musibah sepertiku.” Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pergi, sedangkan wanita itu tidak mengetahui siapa orang itu,
lalu orang-orang memberitahukan kepadanya, bahwa sesungguhnya dia adalah
Rasulullah shalllalahu ‘alaihi wa sallam. Maka pada saat itu juga, wanita itu pergi
mendatangi rumah Nabi shalllallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta maaf kepada
Beliau dan berkata, “Aku belum mengenalmu.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda kepadanya,
إِنَّمَا
الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُوْلَى
“Sesungguhnya
kesabaran itu pada benturan yang pertama.” (Muttafaq ‘alaih)
Maksudnya
seseorang harus bersabar di awal musibah.
Dalam sejarah
Islam disebutkan, bahwa pada saat Ammar bin Yasir masuk Islam, demikian pula
ayahnya Yasir, dan ibunya Sumayyah radhiyallahu ‘anhum, lalu orang-orang kafir
mengetahui keislaman mereka, maka satu keluarga ini ditangkap. Mereka disiksa
dan dianiaya, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati mereka dan
bersabda,
صَبْرًا
آلَ يَاسِرٍ! فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةَ
“Bersabarlah
wahai keluarga Yasir! Karena tempat yang dijanjikan kepada kalian adalah surga.”
(HR. Hakim)
Maka keluarga
Yasir pun bersabar dan siap memikul penyiksaan yang dilakukan kaumnya, sehingga
ayah Ammar dan ibunya, yaitu Yasir dan Sumayyah syahid akibat penyiksaan itu,
dan anaknya setelah itu pun syahid dalam salah satu peperangan.
Apa
itu sabar?
Sabar artinya
seseorang tetap terus melaksanakan perintah Allah, tetap terus menjauhi larangan-Nya,
serta menerima dengan jiwa yang ridha terhadap musibah dan penderitaan yang dialaminya.
Nah, seorang muslim menghiasi dirinya dengan sabar, siap memikul berbagai
penderitaan dan tidak keluh kesah, serta tidak bersedih terhadap musibah yang
menimpanya. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ
بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Terj. QS. Al Baqarah: 153)
Sabar
adalah akhlak para nabi
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah memikul berbagai penderitaan demi
menyebarkan agama Islam. Ketika itu, orang-orang Quraisy menolak ajakan Beliau
kepada Islam dan mencaci-makinya serta menyakiti diri Beliau dan para
pengikutnya. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata menerangkan tentang
kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kesiapan Beliau dalam
memikul gangguan, “Sepertinya aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyerupai seorang Nabi di antara para nabi yang dipukuli oleh kaumnya
hingga berdarah-darah sambil Beliau mengusap darah yang mengalir dari wajahnya
lalu bersabda, "Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka orang-orang
yang tidak mengerti.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah
subhaanahu wa Ta’ala juga menyifati banyak para nabi-Nya dengan sifat
sabar, Dia berfirman:
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ
كُلٌّ مِّنَ الصَّابِرِينَ - وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي رَحْمَتِنَا إِنَّهُم مِّنَ
الصَّالِحِينَ
“Dan
(ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang
yang sabar.-- Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat kami. Sesungguhnya
mereka termasuk orang-orang yang saleh.”
(Terj. QS. Al Anbiya’: 85-86)
Allah Ta’ala
juga berfirman:
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ فَصَبَرُواْ
عَلَى مَا كُذِّبُواْ وَأُوذُواْ حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلاَ مُبَدِّلَ
لِكَلِمَاتِ اللّهِ وَلَقدْ جَاءكَ مِن نَّبَإِ الْمُرْسَلِينَ
“Dan sesungguhnya telah didustakan
(pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka bersabar terhadap
pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang
pertolongan Allah kepada mereka.”
(Terj. QS. Al An’aam: 34)
Dia juga
berfirman tentang Nabi-Nya Ayyub ‘alaihis salam,
إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِراً نِعْمَ الْعَبْدُ
إِنَّهُ أَوَّابٌ
“Sesungguhnya
Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia sangat taat (kepada Tuhannya).” (Terj. QS. Shaad: 44)
Ayyub
‘alaihis salam adalah seorang yang banyak harta dan keluarga. Allah subhaanahu
wa Ta’ala menguji semua miliknya, ia tertimpa berbagai penyakit, dan terus berada
di tempat tidurnya dalam waktu bertahun-tahun, harta dan anak-anaknya pun binasa,
dan tidak tersisa lagi selain istrinya yang berdiri mendampinginya dengan sabar
dan mengharapkan pahala serta selalu setia mendampinginya. Ayyub percaya, bahwa
hal itu merupakan ketetapan Allah, maka lisannya senantiasa berdzikr dan
hatinya selalu bersyukur, maka tiba saatnya Allah memerintahkan kepadanya untuk
menghentakkan kakinya ke tanah, ia pun melakukannya, maka Allah mengeluarkan
untuknya mata air yang sejuk airnya, dan memerintahkan kepadanya untuk mandi
dan minum dari air itu, ia pun melakukannya, maka Allah menghilangkan rasa
sakit, penderitaan dan sakitnya serta menggantinya dengan kesehatan, penampilan
yang indah dan harta yang banyak serta menggantinya dengan anak-anak yang saleh
sebagai balasan terhadap kesabarannya. Allah subhhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم
مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرَى لِأُوْلِي الْأَلْبَابِ
“Dan
Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (kami
tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Terj. QS. Shaad: 43)
Keutamaan
sabar
Allah
subhaanahu wa Ta’ala menyiapkan untuk orang-orang yang sabar pahala yang besar
dan ampunan yang luas. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ
حِسَابٍ
“Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Terj. QS. Az Zumar: 10)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا
وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
“Tidak ada
suatu pemberian kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada
kesabaran.” (Muttafaq ‘alaih)
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا
وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah
menimpa seorang muslim sebuah penyakit, kegundahan, kesedihan, gangguan dan
kesusahan bahkan duri yang melukainya kecuali Allah subhaanahu wa Ta’ala akan
menghapuskan dengannya kesalahannya.” (Muttafaq ‘alaihi)
Macam-macam
kesabaran
Sabar banyak
macamnya, di antaranya: sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat,
sabar terhadap penyakit, sabar terhadap musibah, sabar terhadap kemiskinan yang
menimpa, sabar terhadap gangguan manusia, dll.
Sabar
dalam ketaatan
Seorang
muslim sabar dalam menjalankan ketaatan, karena ketaatan butuh kesungguhan dan
tekad yang kuat untuk menjalankannya. Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا
“Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya.” (Terj. QS. Thaha: 132)
Sabar
dalam menjauhi kemaksiatan
Seorang
muslim menolak segala hasutan yang membuat indah maksiat, dan hal ini tentu
membutuhkan kesabaran yang besar dan kehendak yang kuat. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أفَضْلُ الْمُهَاجِرِيْنَ
مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ، وَأفَضْلُ
الْجِهَادِ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي
ذَاتِ اللهِ -عَزَّ وَجَلَّ-
“Orang
yang berhijrah yang paling utama adalah orang yang meninggalkan apa yang
dilarang Allah, dan sebaik-baik jihad adalah orang yang berjihad melawan hawa
nafsunya di jalan Allah.” (HR.
Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1129)
Sabar
terhadap sakit
Apabila
seorang muslim bersabar terhadap sakit yang Allah berikan, maka Allah
Subhaanahu wa Ta’ala akan membalasnya dengan balasan yang sebaik-baiknya.
Demikian pula sabarnya seorang muslim terhadap sakitnya merupakan sebab
masuknya ia ke surga.
As Sayyidah
Ummu Zufar radhiyallahu ‘anha adalah seorang yang terkena penyakit ayan, lalu
ia meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar Beliau berdoa kepada
Allah memberikan kesembuhan kepadanya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepadanya, “Jika kamu mau bersabar, maka kamu akan memperoleh
surga, dan jika kamu mau, maka aku akan berdoa kepada Allah agar Dia
menyembuhkanmu.” Maka ia lebih memilih sabar terhadap penyakitnya dan ia
akan memperoleh surga di akhirat. (Muttafaq ‘alaih)
Allah Ta’ala
juga berfirman dalam hadits qudsi,
إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ
مِنْهُمَا الْجَنَّةَ يُرِيدُ عَيْنَيْهِ
“Jika Aku
memberi cobaan kepada hamba-Ku dengan (mencabut penglihatan) kedua matanya,
lalu ia bersabar, maka Aku akan menggantikan keduanya dengan surga.” (HR.
Bukhari)
Sabar
terhadap musibah
Seorang muslim
juga bersabar terhadap musibah yang menimpanya baik pada hartanya, jiwanya
maupun keluarganya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah Ta’ala
berfirman,
مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ
إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلَّا الْجَنَّةُ
“Tidak ada
balasan untuk hamba-Ku yang mukmin ketika Aku mencabut orang yang dikasihinya dari
penduduk dunia, lalu ia mengharapkan pahala terhadapnya kecuali surga.” (HR.
Bukhari)
Ali
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jika engkau mau bersabar, maka taqdir tetap
berjalan padamu sedangkan engkau akan mendapatkan pahala, tetapi jika engkau
keluh kesah, maka taqdir tetap berjalan kepadamu sedangkan engkau akan
mendapatkan dosa.”
Sabar
terhadap kesempitan dunia
Seorang
muslim bersabar terhadap sulitnya kehidupan dan sempitnya, ia pun tidak mengadu
keadaannya selain kepada Tuhannya. Ia memiliki panutan dan teladan, yaitu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan istri-istrinya ummahatul mukminin.
As Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan, bahwa pernah dua
bulan secara penuh berlalu namun tidak dimasak apa-apa di rumah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mereka hidup dari memakan kurma dan air
saja. (Muttafaq ‘alaih)
Sabar
terhadap gangguan manusia
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يُخَالِطُ النَّاسَ
وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنْ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ
وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ
“Seorang
mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar terhadap gangguan manusia
adalah lebih baik daripada seorang muslim yang tidak bergaul dengan manusia dan
tidak bersabar terhadap gangguan mereka.”
(HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6651)
Kesabaran yang tidak terpuji
Kesabaran tidak semuanya terpuji, bahkan
ada yang tidak terpuji. Kesabaran yang tidak terpuji adalah kesabaran yang membawa
seseorang kepada kehinaan dan kerendahan, membuat seseorang menyia-nyaikan agamanya
dan membuat seseorang menyia-nyiakan kewajibannya, misalnya bersabar tinggal tertindas
di tengah-tengah kaum musyrik padahal ia mampu berhijrah. Allah Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ
الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلآئِكَةُ
ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُواْ فِيمَ كُنتُمْ قَالُواْ كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ
فِي الأَرْضِ قَالْوَاْ أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُواْ
فِيهَا فَأُوْلَـئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءتْ مَصِيراً
“Sesungguhnya orang-orang yang
diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka)
Malaikat bertanya, "Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?" Mereka
menjawab, "Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat
berkata, "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di
bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali,” (Terj. QS. An Nisaa’: 97)
Cara meraih kesabaran
Ada beberapa cara meraih kesabaran, di
antaranya adalah meminta kepada Allah agar diberikan kesabaran, mengingat janji
Allah dalam Al Qur’an atau hadits bagi mereka yang siap bersabar, menyadari
bahwa kehidupan dunia hanya sementara, menyadari bahwa bahwa dirinya milik
Allah dan akan kembali kepada-Nya, meyakini bahwa pertolongan Allah itu dekat
dan bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan, mempelajari kisah para nabi dan
orang-orang yang saleh, beriman kepada taqdir Allah Azza wa Jalla, menyadari
bahwa dunia ini penuh dengan cobaan, serta menjauhi sikap tergesa-gesa, keluh
kesah dan marah-marah, terlalu sedih, dan putus asa dari rahmat Allah, karena
semua ini dapat melemahkan kesabaran seseorang.
Wallahu a’lam wa shallallahu
‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan H
Maraji’: Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz
Nurul Islam Li abhatsil Qur’ani was Sunnah), http://islam.aljayyash.net/, Minhajul Muslim (Abu Bakar Al Jaza’iriy),
Modul Akhlak kelas 8 (Penulis), dll.
0 komentar:
Posting Komentar