100 Hadits Dha’if dan Maudhu’ (1)

بسم الله الرحمن الرحيم
100 Hadits Dha’if dan Maudhu’ (1)
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini 100 hadits dha’if (lemah) dan maudhu (palsu) yang dikumpulkan oleh Ihsan bin Muhammad bin 'Aayisy Al 'Utaibiy yang telah kami terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلاَتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْداً وَفِي لَفْظٍ: مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلَاتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ، فَلَا صَلاَةَ لَهُ
1.    "Barang siapa yang shalatnya tidak membuatnya berhenti dari perbuatan keji dan munkar, maka Allah tidak menambah kepadanya selain kejauhan." Dalam sebuah lafaz disebutkan, "Barang siapa yang shalatnya tidak membuatnya berhenti dari perbuatan keji dan mungkar, maka tidak ada shalat baginya."
      Adz Dzahabi berkata, “Ibnul Junaid berkata, "Dusta dan bohong", Al Haafizh Al 'Iraaqiy berkata, "Hadits yang isnadnya lembek." Al Albani berkata, “Batil, tidak sah baik dari sisi isnadnya maupun dari sisi matannya." [Mizanul I'tidal (3/293), Takhrij Al Ihyaa' (1/143) dan Silsilah Adh Dha'ifah (2, 985)].
اَلْحَدِيْثُ فِي الْمَسْجِدِ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ الْبَهَائِمُ الْحَشِيْشَ. وَفِي لَفْظٍ : ((الْحَدِيْثُ فِي الْمَسْجِدِ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ)).
2.    "Berbicara di masjid dapat memakan kebaikan sebagaimana hewan memakan rerumputan." Dalam sebuah lafaz disebutkan, "Berbicara di masjid dapat memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."
     Al Haafizh Al 'Iraqiy berkata, “Saya tidak menemukan asalnya." Abdul Wahhab bin Taqiyyuddin As Subkiy berkata, “Saya belum menemukan isnadnya." Al Albani berkata, “Tidak ada asalnya." [Takhrij Al Ihyaa' (1/136), Thabaqat Asy Syaafi'iyyah oleh As Subkiy (4/145) dan Adh Dha'iifah (4)].
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَداً ، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَداً
3.    "Beramallah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok."
     Al Albani berkata, “Tidak sah marfu'nya"; yakni tidak sah berasal dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. [Adh Dha'iifah: 8].
أَنَا جَدُّ كُلِّ تَقِيٍّ
4.    "Saya adalah kakek bagi setiap orang yang bertakwa."
      As Suyuuthiy berkata, “Saya tidak mengetahuinya." Al Albani berkata, “Tidak ada asalnya." [Al Haawiy oleh As Suyuuthiy (2/89) dan Adh Dha'iifah (9)].
إِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّماً
5.    "Sesungguhnya saya diutus sebagai pengajar."
      Al 'Iraqiy berkata, “Sanadnya dha'if", Al Albani berkata, “Dha'if". [Takhrij Al Ihyaa' (1/11), Adh Dha'iifah (11)].
أَوْحَى اللهُ إِلَى الدُّنْيَا أَنِ اخْدِمِيْ مَنْ خَدَمَنِيْ وَأَتْعِبِيْ مَنْ خَدَمَكِ
6.    Allah mewahyukan kepada dunia, "Layanilah orang yang berkhidmat kepada-Ku dan jadikanlah lelah orang yang berkhidmat kepadamu."
      Al Albani berkata, “Maudhu (palsu)'", [Tanzihusy Syari'ah (2/303), Al Fawaa'id Al Majmuu'ah oleh Asy Syaukaani (712) dan Adh Dha'iifah (12)].
إِيَّاكُمْ وَخَضْرَاءُ الدِّمَنِ فَقِيْلَ: مَا خَضْرَاءُ الدِّمَنِ؟ قَالَ الْمَرْأةُ الْحَسْنَاءُ فِي الْمَنْبَتِ السُّوْءِ
7.    "Jauhilah oleh kalian tanaman hijau yang tumbuh di tempat sampah," lalu ada yang bertanya, "Apa tanaman hijau yang tumbuh di tempat sampah?" Beliau menjawab, "Wanita cantik yang tumbuh di lingkungan yang buruk."
      Al 'Iraaqiy berkata, “Dha'if, didha'ifkan oleh Ibnul Mulaqqin", Al Albani berkata, “Sangat dha'if", [Takhrij Al Ihyaa' (2/42), Adh Dha'iifah (14)].
صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِيْ إِذَا صَلُحَا، صَلُحَ النَّاسُ: اْلأُمَرَاءُ وَالْفُقَهَاءُ)). وَفِي لَفْظٍ ((صِنْفَانِ مِنْ أُمَّتِيْ إِذَا صَلُحَا، صَلُحَ النَّاسُ: اْلأُمَرَاءُ وَالْعُلَمَاءُ))
8.    "Dua golongan ummatku yang jika keduanya baik, maka masyarakat akan menjadi baik; yaitu para penguasa dan para fuqaha' (ahli fiqh)." Dalam sebuah lafaz disebutkan: "Dua golongan ummatku yang jika keduanya baik, maka masyarakat akan menjadi baik; para penguasa dan para ulama."
     Imam Ahmad berkata, “Pada salah satu perawinya ada seorang pendusta yang memalsukan hadits,” Ibnu Ma'in dan Daruquthni juga berkata seperti itu. Al Albani berkata, “Maudhu' (palsu)." [Takhrij Al Ihyaa' (1/61), Adh Dha'iifah (16)].
تَوَسَّلُوْا بِجَاهِيْ ، فَإِنَّ جَاهِيْ عِنْدَ اللهِ عَظِيْمٌ
9.    "Bertawassullah dengan kedudukanku, karena kedudukanku di sisi Allah sangat agung."
      Ibnu Taimiyah dan Al Albani berkata, “Tidak ada asalnya" [Iqtidhaa Ash Shiraathil Mustaqim oleh Ibnu Taimiyah (2/415), Adh Dha'iifah (22)].
مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى الصَّلاَةِ فَقَالَ : اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِحَقِّ السَّائِلِيْنَ عَلَيْكَ، وَأَسْأَلُكَ بِحَقِّ مَمْشَايَ هَذَا ……… أَقْبَلَ اللهُ عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ وَاسْتَغْفَرَ لَهُ أَلْفُ مَلَكٍ
10. "Barang siapa yang keluar dari rumahnya untuk shalat dan berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dengan hak para peminta kepada-Mu, aku juga meminta kepada-Mu dengan hak jalanku ini…, maka Allah akan menghadapkan wajah-Nya kepadanya dan ia akan dimintakan ampun oleh 1.000 malaikat."
      Didha'ifkan oleh Al Mundziriy, Al Buwshairiy berkata, “Sanadnya berantai dengan orang-orang yang dha'if", Al Albani berkata, “Dha'if", [At Targhib wat Tarhib oleh Al Mundziriy (3/272), Sunan Ibnu Majah (1/256)].
اَلْخَيْرُ فِيَّ وَفِي أُمَّتِي إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
11. "Kebaikan itu ada padaku dan pada ummatku sampai hari kiamat."
      Ibnu Hajar berkata, “Saya tidak mengetahuinya" [Al Maqaashid Al Hasanah oleh As Sakhaawiy (hal. 208), dalam Tadzkiratul Maudhuu'aat oleh Al Fataniy (68), Al Asraarul Marfuu'ah fil Akhbaaril Maudhuu'ah oleh Al Qaariy (hal. 195)].
مَنْ نَامَ بَعْدَ الْعَصْرِ ، فَاخْتُلِسَ عَقْلُهُ، فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
12."Barang siapa yang tidur setelah shalat 'Ashar, lalu akalnya tercabut, maka janganlah sekali-kali ia mencela selain dirinya."
      Disebutkan oleh Ibnul Jauziy dalam Al Maudhuu'at (3/69), As Suyuthiy dalam Al La'aaliul Mashnuu'ah (2/279) dan Adz Dzahabiy dalam Tartibul Maudhuu'at (839).
مَنْ أَحْدَثَ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ فَقَدْ جَفَانِيْ ……
13. "Barang siapa yang berhadats namun tidak berwudhu, maka ia telah bersikap kasar kepadaku."
      Ash Shaghaaniy berkata, “Maudhu'" [Al Maudhuu'at (53)], Al Albani berkata, “Maudhu',” [Adh Dha'iifah (44)].
مَنْ حَجَّ الْبَيْتَ وَلَمْ يَزُرْنِيْ  فَقَدْ جَفَانِيْ
14. "Barang siapa yang berhajji ke Baitullah, namun tidak berziarah kepadaku, maka ia telah berbuat kasar kepadaku."
     [Maudhu' (palsu), sebagaimana dikatakan Adz Dzahabiy dalam Tartiibul Maudhuu'at (600), Ash Shaghaaniy dalam Al Maudhuu'at (52) dan Asy Syaukaani dalam Al Fawaa'idul Majmu'ah (362)].
مَنْ حَجَّ، فَزَارَ قَبْرِيْ بَعْدَ مَوْتِيْ، كَانَ كَمَنْ زَارَنِيْ فِي حَيَاتِيْ
15. "Barang siapa yang berhajji, lalu ia menziarahi kuburanku setelah aku wafat, maka sama seperti berkunjung kepadaku di masa hidupku."
     Ibnu Taimiyah berkata, “Dha'if" [Qaa'idah Jalillah (57)], Al Abani berkata, “Maudhu'" [Adh Dha'iifah (47)]. Dan lihat Dzakhiiratul Huffaz oleh Ibnul Qaisaraaniy (4/5250).
اِخْتِلاَفُ أُمَّتِيْ رَحْمَةٌ
16."Perselisihan ummatku adalah rahmat."
      Maudhu' (palsu), [Al Asraarul Marfuu'ah (506), Tanziihusy syarii'ah (2/402), Al Albani berkata, “Tidak ada asalnya," Adh Dha'iifah (11)].
أَصْحَابِيْ كَالنُّجُوْمِ بِأَيِّهِمُ اقْتَدَيْتُمُ اهْتَدَيْتُمْ. وَفِي لَفْظٍ: ((إِنَّمَا أَصْحَابِيْ مِثْلُ النُّجُوْمِ فَأَيَّهُمْ أَخَذْتُمْ بِقَوْلِهِ اهْتَدَيْتُمْ)).
17. "Para sahabatku seperti bintang, siapa saja di antara mereka yang kalian ikuti, niscaya kalian akan memperoleh petunjuk." Dalam sebuah lafaz disebutkan, "Sesungguhnya para sahabatku seperti bintang-bintang, siapa saja di antara mereka yang kalian ambil pendapatnya, niscaya kalian akan memperoleh petunjuk."
      Ibnu Hazm berkata, “Berita dusta, palsu, batil, sama sekali tidak sah." [Al Ihkaam fii Ushuulil Ahkaam (5/64) dan (6/82)]., Al Albaani berkata, “Maudhu'" [Adh Dha'iifah (66), lihat Jaami' bayaanil 'ilmi wa Fadhlih oleh Ibnu Abdil Barr (2/91)].
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
18.  "Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya."
       Maudhu' (palsu), [Al Asraarul Marfuu'ah (506), Tanziihusy syarii'ah 2/402, Tadzkiratul Maudhuu'aat (11)].
أَدَّبَنِيْ رَبِّيْ فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِيْ
19.  "Tuhanku telah mendidikku dengan pendidikan yang sebaik-baiknya."
       Ibnu Taimiyah berkata, “Tidak diketahui memiliki isnad yang tsabit/sah" [Ahaaditsul Qashshaas (78), disebutkan oleh Asy Syaukaani dalam Al Fawaa'idul Majmuu'ah (1020), dan Al Fataniy dalam Tadzkiratul Maudhuu'aat (87)].
اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ مَوْتَى. إِلاَّ الْعَالِمُوْنَ، وَالْعَالِمُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَى إِلَّا الْعَامِلُوْنَ وَالْعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ غَرْقَى إِلَّا الْمُخْلِصُوْنَ. وَالْمُخْلِصُوْنَ عَلَى خَطَرٍ عَظِيْمٍ
20.  "Manusia semuanya mati, selain orang-orang yang berilmu. Orang-orang yang berilmu semuanya binasa, selain orang-orang yang beramal. Orang-orang yang beramal semuanya tenggelam, selain orang-orang yang ikhlas, sedangkan orang-orang yang ikhlas berada dalam bahaya besar."
       Ash Shaghaaniy berkata, “Hadits ini dibuat-buat lagi salah (dalam tata bahasa), yang benar dalam I'raab adalah Al 'aalimiin wal 'aalimiin." [Al Maudhuu'at (200), disebutkan oleh Asy Syaukani dalam Al Fawaa'idul Majmuu'ah (771) dan Al Fataniy dalam Tadzkiratul Maudhuu'at (200)].
سُؤْرُ الْمُؤْمِنِ شِفَاءٌ
21.  "Sisa air dari mulut seorang mukmin dapat menyembuhkan."
       Tidak ada asalnya, [Al Asraarul Marfuu'ah (217), Kasyful Khafaa' (1/1500) dan Adh Dha'iifah (78)].
إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّايَاتِ السُّوْدِ خَرَجَتْ مِنْ قِبَلِ خُرَاسَانَ، فَأْتُوْهَا وَلَوْ حَبْواً فَإِنَّ فِيْهَا خَلِيْفَةُ اللهِ الْمَهْدِيُّ
22.  "Apabila kalian melihat ada bendera-bendera hitam yang muncul dari arah Khurasan, maka datangilah ia meskipun dengan merangkak, karena di sana terdapat khalifah Allah, yaitu Al Mahdi."
       Dha'iif (lemah), [Al Manaarul Muniif oleh Ibnul Qayyim (340), Al Maudhuu'at oleh Ibnul Jauziy (2/39) dan Tadzkiratul Maudhuu'at (233)].
اَلتَّائِبُ حَبِيْبُ اللهِ
23.  "Orang yang bertobat adalah kekasih Allah."
       Tidak ada asalnya, ["Hadits tersebut termasuk hadits yang tidak ada asalnya dalam Al Ihyaa'," As Subkiy (356) dan Adh Dha'iifah (95)].
Bersambung...
Wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger