Sumbangan Islam Terhadap Peradaban Dunia

بسم الله الرحمن الرحيم

Sumbangan Islam Terhadap Peradaban Dunia

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, Amma ba'du:
Zaman sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dikenal dengan zaman Jahiliyyah (kebodohan). Ketika itu, manusia jahil (tidak mengenal) tuhannya, tidak mengetahui untuk apa ia diciptakan di dunia, dan tidak mengetahui jalan yang harus ia tempuh dalam meniti hidup di dunia.
Perbaikan Islam terhadap akidah, ibadah dan akhlak umat manusia
Ketika itu, manusia tidak mau menggunakan akalnya dalam masalah akidah dan peribadatan. Oleh karenanya, mereka sampai menyembah sesuatu yang lebih lemah dari dirinya, sesuatu yang tidak mampu menyelamatkan dirinya, bahkan sesuatu yang disembahnya terkadang dialah yang membuatnya, seperti halnya patung dan berhala.
Ketika manusia dalam keadaan seperti ini, maka Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengutus Rasul-Nya, Muhammad bin Abdullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini sangat sesuai sekali dengan kebijaksanaan Allah Azza wa Jalla. Kebijaksanaan Allah menghendaki untuk tidak membiarkan makhluk ciptaan-Nya dalam keadaan bingung dan jahil. Allah Azza wa Jalla berfirman,
أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى
"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja?" (QS. Al Qiyamah: 36)
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?" (QS. Al Mu'minun: 115)

Setelah Beliau diutus, maka Beliau mengenalkan kepada manusia tuhan yang berhak disembah, yaitu Allah Azza wa Jalla Pencipta mereka dan Pencipta alam semesta. Dialah Tuhan Yang Mahakuasa, Yang Mampu Mengabulkan doa, Yang Menghidupkan dan Mematikan. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ--الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa--Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS. Al Baqarah: 21-22)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga menerangkan kepada manusia, bahwa tujuan mereka diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah, yakni menyembah hanya kepada-Nya dan mengisi kehidupan mereka di dunia dengan beribadah kepada-Nya yang nantinya Allah akan memberikan surga yang penuh kenikmatan kepada mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Aku tidaklah menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz Dzaariyat: 56)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga menerangkan kepada manusia jalan yang seharusnya mereka tempuh agar mereka dapat memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dalam akidah dan ibadah, Beliau melarang syirk (menyekutukan Allah) dan memerintahkan untuk mengesakan-Nya dan mengarahkan ibadah hanya kepada-Nya. Beliau melarang mendatangi dukun dan peramal, Beliau melarang memakai jimat dan penangkal, Beliau juga menghilangkan anggapan sial pada hari, bulan atau waktu tertentu, dan lain-lain. Beliau juga mengajarkan kepada manusia bentuk-bentuk ibadah yang diridhai Allah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, dzikr, dan lain-lain.
Dalam pergaulan, Beliau memerintahkan berbagai macam akhlak mulia, seperti jujur, menunaikan amanah, menepati janji, berbakti kepada orang tua, menyambung tali silaturrahim, memerintahkan para pemuda untuk segera menikah ketika mampu, memerintahkan menyebarkan salam, berbuat baik kepada tetangga, menyantuni anak yatim dan orang miskin, dan memerintahkan akhlak mulia lainnya. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِسَلَامٍ
"Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makanan, shalatlah ketika orang sedang tidur, maka kamu akan masuk surga dengan selamat." (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Dalam penampilan, Beliau memerintahkan berpenampilan rapi, memerintahkan bersuci,  menutup aurat, menyuruh kaum wanita memakai jilbab, melarang mencukur secara qaza' (mencukur sebagian rambut dan meninggalkan sebagian lagi), melarang kaum laki-laki menyerupai kaum wanita atau sebaliknya, dan memerintahkan hal lain yang sejalan dengan fitrah manusia.
Dan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Salman Al Farisi radhiyallahu 'anhu pernah ditanya, “(Apakah) Nabi kalian shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan semuanya sampai masalah buang air?” Salman menjawab, “Ya, Beliau melarang kami buang air besar maupun kecil menghadap kiblat, beristinja’ (cebok) dengan tangan kanan, beristinja’ dengan batu yang kurang dari tiga dan beristinja’ menggunakan tahi binatang maupun dengan tulang.” (HR. Muslim)
Raja Habasyah (Etiopia) pernah berkata kepada Ja'far bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, “Apa sebenarnya agama yang menyebabkan kamu meninggalkan (agama) kaum kamu (kaum musyrikin), tidak mau masuk ke dalam agamaku dan tidak juga ke dalam agama yang lain di antara beberapa agama?”
Ja’far menjawab, “Wahai baginda, dahulu kami orang-orang jahiliyah. Kami menyembah berhala, memakan bangkai, mengerjakan perbuatan keji, memutuskan tali silaturrahim, berbuat jahat kepada tetangga dan orang yang kuat di antara kami menindas yang lemah, dahulu kami seperti ini. Lalu Allah mengutus kepada kami seorang rasul dari kalangan kami, kami mengenal nasabnya, kejujurannya, amanahnya dan kesucian dirinya. Beliau menyeru kami untuk beribadah kepada Allah; agar kami mengesakan-Nya dan menyembah (hanya) kepada-Nya. (Beliau menyuruh kami) meninggalkan sesembahan yang selama ini kami dan nenek moyang kami menyembahnya berupa batu dan berhala. Beliau menyuruh kami berkata jujur, menunaikan amanah, menyambung tali silaturrahim, berbuat baik kepada tetangga dan menghindarkan diri dari perbuatan haram serta menumpahkan darah. Demikian juga melarang kami mengerjakan perbuatan keji, berkata dusta, memakan harta anak yatim, menuduh berzina wanita yang baik-baik. Dia menyuruh kami beribadah kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, juga menyuruh kami mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa…dst."
Islam mengajak manusia untuk memperoleh ilmu
Sesungguhnya manusia lahir dalam keadaan tidak berilmu. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. An Nahl: 78)
Ayat ini menunjukkan, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'ala Dialah yang memberikan ilmu kepada seseorang. Meskipun demikian, Allah Subhaanahu wa Ta'ala tidak langsung memberikan ilmu secara tiba-tiba, tetapi melalui proses baik dengan berpikir, belajar dan membaca, bertanya kepada Ahli Ilmu, melakukan percobaan, pengalaman, melihat generasi terdahulu, dan lain-lain. Oleh karenanya Islam memerintahkan semua sarana yang dengannya dapat diperoleh ilmu. Islam memerintahkan manusia menggunakan akalnya untuk berpikir dan mencela mereka yang tidak mau berpikir. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al A'raaf: 79)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal," (QS. Ali Imraan: 190)
Dan kita sering mendengar ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berpikir, seperti afalaa tatafakkarun (QS. Al An'aam: 50), afalaa ta'qiluun (QS. Ali Imran: 65), Afalaa tatadzakkaruun (QS. Al An'aam: 80), dsb.
Islam juga memerintahkan pemeluknya untuk membaca, karena dengan membaca seseorang memperoleh banyak pengetahuan. Bukankah ayat yang pertama kali turun memerintahkan kita untuk membaca (iqra')?
Demikian pula Islam memerintahkan pemeluknya untuk memperhatikan sejarah. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman,
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ
"Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka," (QS. Fathir: 44)
Ini semua merupakan sarana untuk memperoleh ilmu.
Sumbangan para ilmuan muslim terhadap peradaban dunia
Dari prinsip-prinsip yang telah disebutkan maka lahir para ilmuan muslim dalam berbagai bidang ilmu di samping dalam bidang agama pada saat dunia Eropa diliputi kegelapan dan kemunduran.
Dalam ilmu Matematika ada Al Khawarizmi (bapak AlJabar) dengan bukunya Al Jabru wal Muqabalah, Jamsyid Al Kasyi dengan bukunya Miftahul Hisab, Sabit bin Qurrah Al Hirani dengan bukunya Kitabul 'Adad, dan Ibnu Haitsam dengan bukunya Qaulun fii Hallil Mas'alatil 'Adadiyyah,
Dalam ilmu Biologi ada As Simay dengan bukunya kitabun Nabati wasy Syujjar, Ibnul Awwan dengan bukunya Al Fallah, dan Al Jahiz dengan bukunya Al Hayawan.
Dalam ilmu Kedokteran ada Ibnu Sina (wafat tahun 428 H/1037) dengan bukunya Qanun fit Thibb, Ibnu Rusyd (wafat tahun 595 H/1198) dengan bukunya Kulliyyat fith Thibb, dan Ar Razi (wafat tahun 320 H).
Dalam bidang sejarah atau sosiologi ada Abu Abdillah Al Qazwini dengan bukunya Atsarul bilaad wa akhbaarul 'Ibaad, Al Bairuni dengan bukunya Al Atsar Al Baqiyah, Ibnu Katsir dengan bukunya Al Bidayah wan Nihayah, dan lain-lain.
Dalam bidang pengetahuan kimia ada Jabir bin Hayyan, Ibnul Baithar, Abu ja'far Al Ghafiqi.
Dalam bidang astronomi ada M. Al Fazani, Al Biruni, Al Battani, dan lain-lain.
Sebagian karya-karya para ilmuan muslim itu  kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin, seperti yang dilakukan oleh Adelard of Bath yang telah pergi ke Spanyol Islam dan kepulauan Sicily. Ia menerjemahkan karya Al Khawarizmi –arithmetic- dan memperkenalkan ke Barat. Demikian pula dilakukan oleh Gerard of Cremona, ia menghabiskan banyak waktu di Toledo dan menimba ilmu-ilmu Arab. Ia telah berhasil menerjemahkan buku berbahasa Arab ke Latin tidak kurang dari 92 buah buku, dan para penerjemah lainnya.
Kesimpulan
Dari penjelasan singkat di atas, kita dapat mengetahui bahwa agama Islam adalah agama yang sejalan dengan fitrah manusia, sejalan dengan akal, dan memajukan serta membahagiakan manusia. Dan bahwa Islam adalah agama yang cocok dan relevan di setiap zaman, di setiap tempat, dan di setiap umat, dan bahwa berpegang dengan Islam akan membawa bangsa kepada kejayaan.
Wallahu a'lam wa shallallahu 'alaa Nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraaji’: Maktabah Syamilah versi 3.45, Ayo Belajar Agama Islam SMP kelas VIII (Tim guru-Erlangga), situs tayibah.com, http://arydeechampgirl.tripod.com, http://id.wikipedia.org, dll. 

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger