بسم
الله الرحمن الرحيم
Agar Hari-Harimu Bernilai
Segala puji bagi Allah
Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
kiamat, amma ba'du:
Berikut kiat menjadikan hari-hari kita bernilai dan berkwalitas, semoga Allah
menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma
aamin.
Agar
Hari-Harimu Bernilai
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ
وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ
وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ
وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ
لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin[i],
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Qs. Al Ahzaab: 35)
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا
الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً
لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ
غَفُورٌ شَكُورٌ (30)
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah,
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi,--Agar Allah menyempurnakan kepada mereka
pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Qs. Fathir: 29-30)
Ayat
di atas menerangkan kepada kita amalan-amalan yang menghasilkan ampunan Allah,
pahala yang besar, dan yang menjadikan hari-hari kita bernilai.
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,
«مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ
يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ»
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dengan orang
yang tidak berdzkir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (Hr. Bukhari)
Jika
kita padukan ayat di atas dan ayat-ayat lainnya dengan apa yang disebutkan
dalam As Sunnah, bahwa amalan yang menghasilkan pahala yang besar di antaranya
adalah:
1. Awali
bangunmu dari tidur dengan dzikrullah (membaca dzikr bangun tidur), dan
lanjutkan dengan berwudhu dan shalat malam.
Di antara dzikir bangun
tidur adalah,
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ
“Segala puji bagi
Allah, yang membangunkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya kami
dibangitkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2.
Akhiri shalat malammu dengan istighfar (seperti membaca sayyidul istighfar) dan
berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, karena di sepertiga malam terakhir adalah
waktu mustajab.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
«أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الرَّبُّ مِنَ العَبْدِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ
الآخِرِ، فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللَّهَ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ
فَكُنْ»
"Keadaan
paling dekat antara seorang hamba
dengan Rabbnya
adalah di bagian malam terakhir. Jika engkau mampu termasuk orang yang berdzikr
kepada Allah di waktu itu, maka lakukanlah." (HR. Tirmidzi dari Amr bin
'Anbasah, dan dishahihkan oleh Al Albani).
3.
Jika azan berkumandang, maka ikutilah ucapannya, dan ketika muazin mengucapkan
‘Hayya ‘alash shalah’ dan ‘Hayya alal falah’ ucapkanlah ‘Laa haula walaa
quwwata illa billah’. Bacalah doa setelah mendengar azan agar engkau memperoleh syafaat Nabi shallallahu
alaihi wa salllam.
4. Antara azan dengan iqamat, manfaatkanlah dengan shalat sunah
dan dengan berdoa, karena berdoa di waktu ini mustajab.
5.
Lanjutkan dengan shalat Subuh ditambah shalat sunah qabliyah Subuh sebelumnya. Jika
engkau tertinggal dari shalat sunah sebelum Subuh, maka engkau bisa
melakukannya setelah shalat Subuh atau menunda nanti setelah matahari terbit,
karena shalat sunah qabliyyah Subuh lebih baik daripada dunia beserta isinya.
Rasulullah
shallalalhu alaihi wa sallam bersabda,
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا
فِيهَا
“Dua rakaat sebelum Subuh lebih baik daripada dunia dan
seisinya.” (Hr. Muslim)
6.
Pergilah menuju masjid sambil berjalan kaki, karena langkahmu akan menghasilkan
kebaikan/pahala, meninggikan derajat, dan menghapuskan kesalahan. Jangan lupa membaca
doa menuju masjid, dan ketika hendak masuk masjid.
7. Sudahi
shalat Subuh dengan dzikir setelah shalat, dan dzikir pagi-petang.
8.
Engkau bisa lanjutkan dengan membaca Al Qur’an dan berdzikir hingga terbit matahari,
dan tunggu hingga matahari terbit setinggi 1 tombak (kira-kira 15-20 menit
setelah syuruq/terbit) kemudian lakukan shalat isyraq, engkau akan meraih
pahala haji dan umrah secara sempurna.
Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ
يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ
كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barang siapa yang yang shalat Subuh berjamaah, lalu duduk
berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian ia shalat dua rakaat,
maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah secara sempurna,
sempurna, dan sempurna.” (Hr. Tirmidzi)[ii]
9.
Hadirkan niat yang baik ketika bekerja. Termasuk niat yang baik dalam bekerja adalah bekerja
untuk menafkahi dirimu dan orang yang ditanggungmu dari harta yang halal,
bekerja untuk menjaga kesucian dirinya agar tidak meminta-minta, bekerja agar
dapat bersedekah, dsb. Ini semua termasuk fii sabilillah.
Imam Thabrani meriwayatkan dalam Mu'jam
Kabirnya dari Ka'ab bin Ujrah ia berkata:
مَرَّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ، فَرَأَى أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مِنْ جِلْدِهِ وَنَشَاطِهِ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ: لَوْ كَانَ هَذَا
فِي سَبِيلِ اللهِ؟، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنْ
كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ
خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ،
وَإِنْ كَانَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ
كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ»
"Pernah
ada seseorang yang melewati Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian para
sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat kemampuan dan
semangatnya, lalu mereka berkata, "Kalau sekiranya orang ini berada di
jalan Allah (tentu baik baginya)?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Jika ia keluar bekerja untuk anak-anaknya yang masih
kecil, tentu dia berada di jalan Allah. Jika ia keluar bekerja untuk menafkahi
dua ibu-bapaknya yang sudah tua, tentu ia berada di jalan Allah. Jika ia
bekerja untuk dirinya, yakni untuk menjaga kesucian diri, maka dia di jalan
Allah, dan jika ia keluar bekerja untuk riya dan berbangga-bangga (di hadapan
manusia), maka dia berada di jalan setan." (Hadits ini dinyatakan shahih
oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 1428).
10.
Sebagian Ahli Ilmu menerangkan, bahwa hikmah panjangnya jarak antara waktu
Subuh dengan waktu Zhuhur adalah agar engkau semakin rindu dengan shalat
berikutnya dan agar engkau memiliki waktu untuk memenuhi hajat dan kebutuhanmu.
Dan antara Zhuhur dengan Ashar ada waktu istirahat atau tidur siang (qailulah),
manfaatkanlah waktu ini dengan istirahat meskipun sebentar karena setan tidak
qailulah, di samping dengan qailulah membantu seseorang untuk dapat bangun di
malam hari. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
قِيْلُوْا فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ
“Istirahat
sianglah, karena setan tidak melakukan istirahat siang.” (Hr. Thayalisi dan Abu
Nu’aim, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 4431)
11.
Isi hari-harimu dengan istighfar dan tobat, karena Nabi shallallahu alaihi wa
sallam dalam sehari beristighfar dan bertobat lebih dari tujuh puluh kali
padahal dosa-dosa Beliau telah diampuni baik yang dahulu maupun yang akan
datang. Bahkan dalam sehari, Beliau beristighfar sampai 100 kali.
Ingat sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam,
طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِهِ اسْتِغْفَارًا
كَثِيْرًا
“Sungguh bahagia orang yang mendapatkan pada catatan amalnya
terdapat banyak ucapan istighfar.” (Hr. Baihaqi dari Abdullah bin Busr, Abu
Nu’aim dari Aisyah, Ahmad dalam Az Zuhd dari Abu Darda secara mauquf,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 3930)
Jika
seorang bertanya, “Mana yang lebih didahulukan antara istighfar dan ucapan tasbih semisal subhaanallah
wal hamdulillah, dst.? Jawab, “Jika dirimu bersih, tentu lebih didahulukan subhaanallah
wal hamdulillah wa Laailaaha illallah wallahu akbar, namun jika dirimu
dikotori oleh dosa dan maksiat, maka dahulukan istighfar dan tobat.”
12.
Di waktu Dhuha, engkau bisa luangkan waktu untuk shalat Dhuha, yang dua rakaat
saja seimbang dengan 360 sedekah dari setiap persendian manusia.
Engkau
juga bisa lakukan empat rakaat, enam, delapan, dan dua belas rakaat. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman,
ابْنَ آدَمَ
ارْكَعْ لِي مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ، أَكْفِكَ آخِرَهُ
“Wahai
anak cucu Adam! Kerjakanlah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, nanti Aku
cukupkan untukmu di akhirnya.” (Hr. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Waktu
Dhuha diawali kira-kira limabelas menit setelah syuruq dan diakhiri kurang
lebih limabelas menit sebelum Zhuhur.
13.
Jangan berhenti berdoa dan berharap kepada Allah Azza wa Jalla, karena ia
merupakan tali keselamatan dan kiat menggapai cita-cita.
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ:
دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
“Akan dikabulkan doa salah seorang di antara kamu selama ia
tidak terburu-buru, yaitu ketika ia berkata, “Aku sudah berdoa tetapi tidak
dikabulkan,” (Hr. Bukhari dan Muslim)
14.
Ingat selalu, bahwa ucapanmu dicatat oleh malaikat, maka jangan engkau berkata
dusta, ghibah (gosip), namimah (mengadu domba), mencela dan menghina orang
lain.
Agar
lisanmu tidak diisi dengan maksiat lisan, maka isilah dengan dzikr dan membaca
Al Qur’an. Seperti dzikir dalam
hadits berikut ini:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
كَلِمَتَانِ حَبِيبَتَانِ
إِلَى اَلرَّحْمَنِ, خَفِيفَتَانِ عَلَى اَللِّسَانِ, ثَقِيلَتَانِ فِي
اَلْمِيزَانِ, سُبْحَانَ اَللَّهِ وَبِحَمْدِهِ , سُبْحَانَ اَللَّهِ اَلْعَظِيمِ
“Ada dua kalimat yang dicintai Ar Rahman
(Allah), ringan di lisan dan berat di timbangan yaitu “Subhaanallah wa
bihamdih-subhaanalalahil ‘azhiim[iii].” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
« أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ . لاَ
يَضُرُّكَ بَأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ .
“Kalimat yang paling dicintai
Allah ada empat, yaitu: Subhaanallah, Al Hamdulillah, Laailaahaillallah, dan
Allahu Akbar[iv].
Tidak mengapa bagimu memulai dari yang mana saja.” (HR. Muslim)
15. Tetaplah optimis, kerjakan rencanamu yang bermanfaat dan raihlah harapanmu dengan memohon pertolongan kepada Allah dan
bersandar kepada-Nya, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau memperoleh sesuatu yang tidak engkau sukai atau engkau
harapkan, jangan katakan ‘kalau sekiranya aku lakukan begini atau begitu, tentu
akan terjadi begini dan begitu,’ tetapi katakanlah ‘Qaddarallah wa maa
syaa’a fa’ala”
(artinya: Allah telah menakdirkan,
dan apa yang Dia kehendaki, maka Dia lakukan).
16. Jangan biarkan hari berlalu tanpa engkau
sempatkan membaca Al Qur’an sesibuk apa pun kegiatanmu, karena dengan membaca
Al Qur’an menjadikan hari-harimu berkah, bernilai, dan berkwalitas.
Tengok generasi
terdahulu yang berkali-kali mengkhatamkan Al Qur’an, karena keadaan mereka di
hadapan Al Qur’an seperti keadaanmu di hadapan handphone. Ingatlah, bahwa satu
huruf diberi balasan 10 kebaikan, dan bahwa ia akan memberikan syafaat kepadamu
pada hari Kiamat.
17.
Perbanyak doa “Yaa muqallibal qulub tsabbit qalbi ‘alaa dinik”
(Wahai Allah yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati ini agar tetap
berada di atas agama-Mu) dan “Rabbanaa aaatinaa fid dunyaa hasanah
wa fil aaakhirati hasanataw waqinaa ‘adzaaban naar” (Wahai Rabb kami,
berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari
azab neraka). Demikianlah doa yang sering dibaca Nabi shallallahu alaihi wa
sallam.
18.
Sambung tali silaturrahim dan jangan sekali-kali engkau putuskan.
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي
أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ»
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya, maka sambunglah tali silaturrahim.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
19.
Tambahkan shalat fardhu dengan shalat sunah. Kerjakanlah shalat sunah rawatib
agar engkau meraih istana di surga. Yaitu sebelum Subuh 2 rakaat, sebelum
Zhuhur 4 atau 2 rakaat dan setelahnya 2 rakaat, setelah Maghrib 2 rakaat, dan
setelah Isya 2 rakaat.
20.
Jangan lampiaskan kemarahanmu, dan redakanlah dengan isti’adzah, merubah
posisi, dan diam.
21.
Jangan engkau tutup pintu pengabulan doa dengan mengenakan dan mengkonsumsi
yang haram.
22.
Jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu dalam menjalani hidup di dunia yang
penuh cobaan dan penderitaan.
23.
Jauhilah prasangkan buruk, karena ia sedusta-dusta ucapan saat engkau katakan.
24.
Ketahuilah, bahwa sebab kegundahan dan kegelisahan adalah karena berpaling dari
dzikrullah dan dari mengamalkan agama-Nya. Allah berfirman,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً
ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (Qs. Thaahaa: 124)
25.
Ketahuilah, orang yang malang adalah orang yang terhalang dari khusyu dalam
shalat.
26.
Cintailah manusia karena Allah, dan bencilah mereka karena-Nya pula, serta
bergaullah dengan akhlak yang mulia.
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ، وَأَبْغَضَ لِلَّهِ، وَأَعْطَى لِلَّهِ، وَمَنَعَ
لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ»
“Barang
siapa yang cinta karena Allah dan benci karena Allah, memberi karena Allah dan
mencegah pun karena-Nya, maka telah sempurnalah imannya.” (Hr. Abu Dawud,
dishahihkan oleh Al Albani)
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ
دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya
orang mukmin karena akhlaknya yang baik dapat mencapai derajat orang yang rajin
berpuasa dan shalat malam.” (Hr. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim, dishahihkan oleh
Al Albani)
27.
Maafkanlah orang yang mengghibahimu, karena sebenarnya ia sedang menghadiahkan
kebaikan kepadamu.
28.
Sebagian kaum salaf berkata, “Kami mendapati kaum Salaf, bahwa mereka tidak
memandang ibadah hanya pada puasa dan shalat saja, tetapi termasuk pula menjaga
lisan dari mencela kehormatan manusia, karena orang yang melakukan Qiyamullail
dan berpuasa di siang hari, jika tidak menjaga lisannya akan bangkrut pada hari
Kiamat."
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟»
قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ، فَقَالَ: «إِنَّ
الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ،
وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ
هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ،
فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ»
"Tahukah kalian siapa orang yang
bangkrut?" Para sahabat menjawab, "Orang yang bangkrut di
tengah-tengah kami adalah orang yang tidak punya dirham dan harta benda."
Beliau pun bersabda, "Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku
adalah orang yang datang pada hari Kiamat membawa pahala shalat, puasa, dan
zakat, namun ia datang dalam keadaan pernah mencaci-maki orang ini, menuduh
orang itu, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang itu, dan memukul
orang ini, maka orang ini dan itu diberikan pahala kebaikannya. Jika habis
kebaikannya sebelum selesai dibayarkan, maka diambil kesalahan (dosa) mereka
kemudian dipikulkan kepadanya, lalu ia dilempar ke neraka." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
29.
Ingatlah panas neraka agar engkau sabar dalam menjauhi maksiat, dan jangan
remehkan dosa. Jangan lihat kecilnya dosa yang engkau lakukan, tetapi lihat
kepada siapa engkau bermaksiat.
30.
Bersedekahlah, karena orang yang telah meninggal dunia ingin kembali ke dunia agar
termasuk orang-orang yang bersedekah.
Sebagian Ahli Ilmu menjelaskan, bahwa mengapa
mayit ingin kembali ke dunia untuk bersedekah (lihat Qs. Al Munafiqun: 10) ;
tidak menyebut amal yang lain adalah karena ia melihat dahsyatnya manfaat
sedekah setelah ia meninggal dunia.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
«إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ عَنْ
أَهْلِهَا حَرَّ الْقُبُورِ، وَإِنَّمَا يَسْتَظِلُّ الْمُؤْمِنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ»
“Sesungguhnya sedekah dapat memadamkan panasnya kubur
bagi penghuninya, dan sesungguhnya seorang mukmin akan berteduh pada hari
Kiamat di bawah naungan sedekahnya.” (Hr. Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no.3484).
Jika
engkau tidak mampu bersedekah dengan harta, maka di hadapanmu terdapat banyak
jalan untuk bersedekah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
تَبَسُّمُكَ
فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ
الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ
صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ
الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ
مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
"Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah, engkau
menyuruh yang ma'ruf dan melarang dari kemungkaran juga sedekah, engkau
menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah, engkau menuntun
orang yang buta juga sedekah, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan
merupakan sedekah, dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu
juga sedekah." (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani, lihat Ash
Shahiihah (572))
31. Jagalah shalat yang lima waktu dan
tambahkan dengan shalat sunah, karena dengannya dosa-dosamu terampuni, dan engkau
akan meraih surga Allah Azza wa Jalla dan derajat yang tinggi.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,
عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ
لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا
خَطِيئَةً
“Hendaknya kamu memperbanyak sujud (yakni
dengan banyak melakukan shalat) karena Allah, karena tidaklah kamu bersujud
kepada Allah sekali saja, kecuali Allah akan mengangkat derajatmu karenanya dan
menggugurkan dosamu karenanya.” (HR. Muslim)
32. Sempatkan berpuasa sunah di samping puasa
Ramadhan, meskipun dengan puasa tiga hari dalam setiap bulan (ayyamul bidh)
atau dengan puasa Senin dan Kamis, atau puasa enam hari di bulan Syawwal, atau
puasa Nabi Dawud alaihis salam, atau pada tanggal 9 dan 10 Muharram, atau pada
hari Arafah (9 Dzulhijjah) agar engkau dapat memasuki pintu Ar Rayyan.
Imam Ahmad,
Bukhari, Muslim, dan lainnya meriwayatkan dari Abdullah
bin 'Amr radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepadaku, "Aku diberitahukan
bahwa kamu (selalu) melakukan qiyamullail dan berpuasa di siang hari." Aku
(Abdullah bin 'Amr) berkata, "Ya, wahai Rasulullah", Beliau
bersabda,
فَصُمْ وَاَفْطِرْ ، وَصَلِّ ، وَنَمْ ،
فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًا ، وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ،
وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَصُوْمَ مِنْ
كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ
"Berpuasalah dan berbukalah,
lakukanlah qiyamullail dan tidurlah, karena badanmu memiliki hak atasmu,
istrimu memiliki hak atasmu, dan tamumu memiliki hak atasmu. Sesungguhnya kamu
cukup dengan berpuasa dalam sebulan tiga hari."
33. Mintalah pertolongan kepada Allah dalam
melakukan semua amal saleh dan jangan mengandalkan kemampuan dirimu, dan
bacalah doa ini di akhir shalat sebelum salam,
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ،
وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allah, bantulah aku untuk dapat
mengingat-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu.” (Hr.
Abu Dawud dan Nasa’i, dishahihkan oleh Al Albani)
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa
shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah versi
3.45, Untaian Mutiara Hadits (Penulis), http://www.denana.com/main/articles.aspx?article_no=14241&pgtyp=66, dll.
[i] Yang dimaksud dengan muslim di sini adalah orang-orang
yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud dengan
orang-orang mukmin di sini adalah orang yang membenarkan apa yang harus
dibenarkan dengan hatinya.
[ii] Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Ash Shahihah no. 3403
berkata, “Disebutkan oleh Tirmidzi (586) dan Al Ashbahani dalam At Targhib
(2/790/1930) dari jalan Abu Zhilal dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda...dst.” Tirmidzi berkata, “Hadits hasan
gharib, dan saya bertanya kepada Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) tentang
Zhilal, ia menjawab, “Haditsnya mendekati. Namanya adalah Hilal.” Aku (Al
Albani) berkata, “Akan tetapi jumhur (mayoritas) ulama mendhaifkannya. Oleh
karena itu, Dzahabi dalam Al Mughni berkata, “Mereka mendhaifkannya.”
Demikian pula yang ia katakan dalam Al Kasyif, namun ia menambahkan,
“Selain Ibnu Hibban.” Al Hafizh berkata, “Dhaif.” Akan tetapi hadits tersebut
telah dimutaba’ahkan oleh Al Qasim dari Abu Umamah. Disebutkan oleh Thabrani
dalam Al Mu’jamul Kabir (8/209/7741) dari jalan Utsman bin Abdurrahman,
dari Musa bin Ulay, dari Yahya bin Harits, daripadanya. Al Albani berkata, “Ini
adalah isnad yang hasan, para perawnya tsiqah meskipun ada khilaf yang masyhur
terkait Al Qasim kawan Abu Umamah.”
Utsman bin Abdurrahman
adalah Al Harrani, tentangnya ada pembicaraan yang tidak bermasalah apa-apa di
sini. Oleh karena itu, Al Mundziri (1/165) dan Haitsami berkata, “Diriwayatkan
oleh Thabrani, dan isnadnya jayyid.”
Hadits ini juga
memiliki jalur lain yang diriwayatkan oleh Al Ahwash bin Hakim dari Abdullah
bin Ghabir dari Abu Umamah secara marfu dengan lafaz,
مَنْ صَلَّى صَلاَةَ الصُّبْحَ
فِي مَسْجِدٍ جَمَاعَةً، يَثْبُتُ فِيْهِ حَتَّى يُصَلِّيَ صَلاَةَ الضُّحَى؛ كَانَ
كَأَجْرِ حَاجٍّ أَوْ مُعْتَمِرٍ، تَامّاً حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ
“Barang siapa
yang shalat Subuh di masjid berjamaah, dimana ia tetap berada di sana lalu
shalat Dhuha, maka ia akan mendapatkan pahala orang yang naik haji atau umrah
secara sempurna haji dan umrahnya.”
Diriwayatkan oleh
Thabrani juga (8/174/7649, 180-181), Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq
(7/353-Tha), sedangkan Al Ahwash bin Hakim adalah seorang yang dhaif karena
buruknya hafalan.
Abdullah bin Ghabir
–dengan ghain- adalah Abu Amir Asy Syami Al Himshiy Al Alhani, ia adalah
seorang yang tsiqah.
Hadits ini juga
disebutkan oleh Thabrani (17/129/317) dan oleh Ibnu Asakir dari dua jalur yang
lain; dari Al Ahwash dengan menyebutkan hadits itu, hanyasaja ia gandengkan
dengan Abu Umamah (Utbah bin Abd As Sulamiy). Al Mundziri (1/165/8) berkata,
“Diriwayatkan oleh Thabrani, dan sebagian rawinya diperselisihkan, namun hadits
ini memiliki syahid yang banyak.”
Al Albani berkata,
“Maksudnya adalah Al Ahwash bin Hakim. Dan hal ini telah diterangkan oleh
Haitsami, ia berkata, “Diriwayatkan oleh Thabrani, namun di sana terdapat Al
Ahwash bin Hakim, yang ditsiqahkan oleh Al ‘Ijilliy dan lainnya, namun
didhaifkan oleh jamaah, sedangkan rawi yang lain tsiqah, dan pada sebagiannya
terdapat khilaf yang tidak berpengaruh apa-apa.” (Silsilatul Ahaadts Ash
Shahihah karya Syaikh Al Albani 7/1195 no. 3403)
[iii] Artinya: Mahasuci
Allah dan dengan memuji-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung.
[iv] Artinya: Mahasuci
Allah, segala puji bagi Allah, Allah Mahabesar dan tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah.
0 komentar:
Posting Komentar