بسم الله الرحمن الرحيم
Terjemah Umdatul Ahkam (30)
Segala
puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan terjemah
Umdatul Ahkam karya Imam Abdul Ghani Al Maqdisi (541 H – 600 H) rahimahullah.
Semoga
Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan kitab ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, Allahumma aamin.
KITAB NIKAH
Bab Mahar
320 - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ - رضي الله عنه - ((أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - أَعْتَقَ صَفِيَّةَ , وَجَعَلَ عِتْقَهَا صَدَاقَهَا)) .
320. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerdekakan Shafiyyah dan menjadikan
pemerdekaan itu sebagai maharnya.
321 - عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ - رضي الله عنه - ((أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - جَاءَتْهُ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: إنِّي وَهَبْتُ
نَفْسِي لَكَ: فَقَامَتْ طَوِيلاً، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ , زَوِّجْنِيهَا
, إنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ. فَقَالَ: هَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ تُصْدِقُهَا؟
فَقَالَ: مَا عِنْدِي إلا إزَارِي هَذَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه
وسلم -: إزَارَكَ إنْ أَعْطَيْتَهَا جَلَسْتَ وَلا إزَارَ لَكَ، فَالْتَمِسْ شَيْئاً
قَالَ: مَا أَجِدْ. قَالَ: الْتَمِسْ وَلَوْ خَاتَماً مِنْ حَدِيدٍ، فَالْتَمَسَ فَلَمْ
يَجِدْ شَيْئاً، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - هَلْ مَعَكَ شَيْءٌ
مِنْ الْقُرْآنِ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -:
زَوَّجْتُكَهَا بِمَا مَعَك مِنْ الْقُرْآنِ))
321. Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idiy radhiyallahu anhu,
bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah didatangi seorang wanita
lalu ia berkata, “Saya hibahkan (berikan) diriku kepadamu.” Si wanita ini
berdiri cukup lama, lalu ada seorang yang berkata, “Wahai Rasulullah,
nikahkanlah dia denganku jika memang engkau tidak berharap kepadanya,” maka
Beliau bersabda, “Apakah engkau memiliki sesuatu yang bisa engkau jadikan
sebagai maharnya?” Ia menjawab, “Saya hanya punya sarung ini.” Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sarungmu itu jika engkau berikan
kepadanya, maka engkau akan duduk tanpa sarung. Coba cari lagi yang lain!” Ia
menjawab, “Saya tidak memperolehnya.” Beliau bersabda, “Carilah meskipun hanya
sebuah cincin besi!” Ia pun mencari dan tidak mendapatkan apa-apa, maka
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau memiliki
hafalan Al Qur’an?” Ia menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, “Aku menikahkan engkau kepadanya dengan hafalan Al Qur’an yang
ada padamu.”
322 - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ - رضي الله عنه -: ((أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - رَأَى عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ , وَعَلَيْهِ
رَدْعُ زَعْفَرَانٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم -: مَهْيَمْ؟ فَقَالَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً , فَقَالَ: مَا أَصْدَقْتَهَا؟ قَالَ: وَزْنَ
نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ: فَبَارَكَ اللَّهُ لَكَ , أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ)) .
322. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat pada diri Abdurrahman bin Auf
warna kuning bekas Za’faran, maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertanya,
“Ada apa denganmu?” Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, aku menikahi seorang
wanita,” Beliau bertanya lagi, “Apa mahar yang engkau berikan kepadanya?” Ia
menjawab, “Seukuran biji emas.” Beliau bersabda, “Semoga Allah memberkahimu. Aakanlah
walimah meskipun dengan seekor kambing.”
KITAB TALAK
323 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما،
((أَنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِيَ حَائِضٌ، فَذَكَرَ ذَلِكَ عُمَرُ لِرَسُولِ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم -، فَتَغَيَّظَ مِنْهُ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم
-، ثُمَّ قَالَ: لِيُرَاجِعْهَا , ثُمَّ لِيُمْسِكْهَا حَتَّى تَطْهُرَ , ثُمَّ تَحِيضَ
فَتَطْهُرَ , فَإِنْ بَدَا لَهُ أَنْ يُطَلِّقَهَا فَلْيُطَلِّقْهَا قَبْلَ أَنْ يَمَسَّهَا،
فَتِلْكَ الْعِدَّةُ , كَمَا أَمَرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ)) . وَفِي لَفْظٍ: ((حَتَّى
تَحِيضَ حَيْضَةً مُسْتَقْبَلَةً , سِوَى حَيْضَتِهَا الَّتِي طَلَّقَهَا فِيهَا))
.
وَفِي لَفْظٍ ((فَحُسِبَتْ
مِنْ طَلاقِهَا , وَرَاجَعَهَا عَبْدُ اللَّهِ كَمَا أَمَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم -)) .
323. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa ia
pernah mentalak istrinya pada saat haidh, lalu Umar menyampaikan hal itu kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka tampak marah pada wajah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu Beliau bersabda, “Hendaknya ia
merujuknya, menahannya hingga suci, lalu haidh hingga suci. Setelah itu, jika
ia mau mentalaknya, maka talaklah sebelum ia mencampurinya. Itulah iddah yang
Allah Azza wa Jalla perintahkan.” Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Sampai ia
menjalani masa haidh yang baru selain haidh yang ketika itu ia mentalaknya.”
Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Maka dihitung talaknya (satu kali ketika haid),
lalu Abdullah merujuknya sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam.”
324
- عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ ((أَنَّ أَبَا عَمْرِو بْنَ حَفْصٍ طَلَّقَهَا الْبَتَّةَ
, وَهُوَ غَائِبٌ)) . وَفِي رِوَايَةٍ: ((طَلَّقَهَا ثَلاثاً - فَأَرْسَلَ إلَيْهَا
وَكِيلَهُ بِشَعِيرٍ , فَسَخِطَتْهُ. فَقَالَ: وَاَللَّهِ مَا لَكِ عَلَيْنَا مِنْ
شَيْءٍ: فَجَاءَتْ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لَهُ
, فَقَالَ: لَيْسَ لَكِ عَلَيْهِ نَفَقَةٌ)) وَفِي لَفْظٍ: ((وَلا سُكْنَى - فَأَمَرَهَا
أَنْ تَعْتَدَّ فِي بَيْتِ أُمِّ شَرِيكٍ , ثُمَّ قَالَ: تِلْكَ امْرَأَةٌ يَغْشَاهَا
أَصْحَابِي , اعْتَدِّي عِنْدَ ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ. فَإِنَّهُ رَجُلٌ أَعْمَى ,
تَضَعِينَ ثِيَابَكَ , فَإِذَا حَلَلْتِ فَآذِنِينِي. قَالَتْ: فَلَمَّا حَلَلْتُ ذَكَرْتُ
لَهُ: أَنَّ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ وَأَبَا جَهْمٍ خَطَبَانِي , فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -: أَمَّا أَبُو جَهْمٍ: فَلا يَضَعُ عَصَاهُ
عَنْ عَاتِقِهِ. وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ: فَصُعْلُوكٌ لا مَالَ لَهُ , انْكِحِي أُسَامَةَ
بْنَ زَيْدٍ , فَكَرِهَتْهُ ثُمَّ قَالَ: انْكِحِي أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ , فَنَكَحَتْهُ.
فَجَعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْراً , وَاغْتَبَطَتْ بِهِ)) .
324. Dari Fathimah binti Qais, bahwa Abu Amr bin Hafsh
pernah mentalaknya dengan talak bain (talak tiga) dari kejauhan. Dalam sebuah
riwayat disebutkan: ia mentalaknya tiga kali, lalu wakilnya mengirimkan gandum
kepadanya, namun hal itu membuat Fatimah marah dan berkata, “Demi Allah, kamu
tidak memiliki hak sedikit pun atas kami,” maka ia datang kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam dan menyampaikan hal itu kepada Beliau, maka
Beliau bersabda, “Kamu tidak memiliki hak nafkah lagi yang harus ditanggungnya.”
Dalam sebuah lafaz disebutkan, “Juga tidak memperoleh tempat tinggal,” maka
Beliau menyuruhnya untuk menjalani masa iddah di rumah Ummu Syarik, tetapi
kemudian Beliau bersabda, “Ia adalah seorang wanita yang sering dikunjungi para
sahabatku. Oleh karena itu, jalanilah masa iddah di rumah Ibnu Ummi Maktum,
karena ia adalah seorang yang buta, kamu bisa menaruh pakaianmu di sana. Jika kamu
telah halal (habis masa iddah), maka beritahukanlah kepadaku.” Fatimah melanjutkan
kata-katanya, “Ketika masa iddahku selesai, maka aku sampaikan kepada Beliau
bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm melamarku,” maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, “Adapun Abu Jahm, maka tongkatnya tidak pernah ditaruh dari pundaknya
(sering memukul), sedangkan Mu’awiyah adalah seorang yang miskin yang tidak
memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah.” Saat itu Fatimah tidak menyukainya,
lalu Beliau bersabda, “Menikahlah dengan Usamah!” Lalu ia mau menikah dengan
Usamah, ternyata Allah memberikan kebaikan padanya dan ia pun bergembira
sekali.”
Bab Iddah
Iddah artinya masa yang harus dilalui wanita untuk tidak
menikah setelah ditinggal wafat suami atau diceraikannya.
325 - عَنْ سُبَيْعَةَ الأَسْلَمِيَّةِ أَنَّهَا كَانَتْ تَحْتَ سَعْدِ
بْنِ خَوْلَةَ - وَهُوَ مِنْ بَنِي عَامِرِ بْنِ لُؤَيٍّ , وَكَانَ مِمَّنْ شَهِدَ
بَدْراً - فَتُوُفِّيَ عَنْهَا فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ , وَهِيَ حَامِلٌ. فَلَمْ تَنْشَبْ
أَنْ وَضَعَتْ حَمْلَهَا بَعْدَ وَفَاتِهِ , فَلَمَّا تَعَلَّتْ مِنْ نِفَاسِهَا: تَجَمَّلَتْ
لِلْخُطَّابِ , فَدَخَلَ عَلَيْهَا أَبُو السَّنَابِلِ بْنُ بَعْكَكٍ - رَجُلٌ مِنْ
بَنِي عَبْدِ الدَّارِ - فَقَالَ لَهَا: مَا لِي أَرَاك مُتَجَمِّلَةً؟ لَعَلَّكِ تُرَجِّينَ
لِلنِّكَاحِ , وَاَللَّهِ مَا أَنْتِ بِنَاكِحٍ حَتَّى يَمُرَّ عَلَيْك أَرْبَعَةُ
أَشْهُرٍ وَعَشْرٌ. قَالَتْ سُبَيْعَةُ: فَلَمَّا قَالَ لِي ذَلِكَ: جَمَعْتُ عَلَيَّ
ثِيَابِي حِينَ أَمْسَيْتُ , فَأَتَيْتُ رَسُولَ - صلى الله عليه وسلم - فَسَأَلْتُهُ
عَنْ ذَلِكَ؟ فَأَفْتَانِي بِأَنِّي قَدْ حَلَلْتُ حِينَ وَضَعْتُ حَمْلِي , وَأَمَرَنِي
بِالتَّزْوِيجِ إنْ بَدَا لِي)) .
وقالَ ابنُ شِهابٍ: ولاأَرى
بَأْساً أَنْ تَتَزَوَّجَ حينَ وضَعَتْ، وإِنْ كَانَتْ في دَمِها، غَيْرَ أَنَّهُ لايَقْرَبُها
زَوْجُها حتَّى تَطْهُرَ.
325. Dari Subai’ah Al Aslamiyyah, bahwa ia sebelumnya
sebagai istri Sa’ad bin Khaulah – ia berasal dari Bani Amir bin Lu’ay dan
termasuk orang yang hadir dalam perang Badar-, Sa’ad wafat pada saat haji wada
ketika Subai’ah sedang hamil. Tidak lama setelah wafatnya, ia pun melahirkan. Ketika
telah suci dari nifasnya, ia pun berhias untuk para pelamar, lalu Abus Sanabil
bin Ba’kak –seorang yang berasal dari Bani Abdud Dar- menemuinya dan berkata, “Mengapa
aku lihat dirimu berhias? Sepertinya engkau ingin menikah. Demi Allah, engkau
tidak boleh menikah sampai berlalu bagimu waktu empat bulan sepuluh hari.”
Subai’ah berkata, “Ketika ia mengatakan demikian kepadaku, maka kupakai semua
pakaianku di sore hari lalu aku datangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
dan menanyakan hal itu, maka Beliau menerangkan, bahwa diriku telah halal
(selesai iddahnya) setelah melahirkan, dan Beliau menyuruhku untuk menikah jika
aku mau.”
Ibnu Syihab berkata, “Menurutku, tidak mengapa ia menikah
meskipun darah nifas masih keluar, hanyasaja suaminya tidak boleh menggaulinya
sampai ia suci.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa
Nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penerjemah:
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar