بسم
الله الرحمن الرحيم
Kumpulan Hadits Tentang Tauhid (7)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini lanjutan kumpulan hadits tentang
tauhid dan bahaya syirk. Kami kumpulkan hadits-haditsnya agar kita dapat
mencapai kesempurnaan tauhid dan terhindar dari syirk. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan
penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
BERSENDA
GURAU DENGAN MENGOLOK-OLOK ALLAH, RASUL DAN AL QUR’AN MERUPAKAN KEKAFIRAN
عَنِ ابْنِ عُمَرَ، وَمُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ، وَزَيْدِ بْنِ
أَسْلَمَ، وَقَتَادَةَ – دَخَلَ حَدِيْثُ بَعْضِهِمْ فِي بَعْضٍ - : أَنَّهُ قَالَ رَجُلٌ فِي غَزْوَةِ
تَبُوْكَ: مَا رَأَيْنَا مِثْلَ قُرَّائِنَا هَؤُلاَءِ، أَرْغَبُ بُطُوْناً، وَلاَ
أَكْذَبُ أَلْسُناً، وَلاَ أَجْبَنُ عِنْدَ اللِّقَاءِ ـ يَعْنِي رَسُوْلَ اللهِ
صلى الله عليه وسلم وَأَصْحَابَهُ الْقُرَّاءَ ـ فَقَالَ لَهُ عَوْفُ بْنُ
مَالِكٍ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ مُنَافِقٌ، لَأُخْبِرُنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله
عليه وسلم. فَذَهَبَ عَوْفٌ إِلىَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم لِيُخْبِرَهُ
فَوَجَدَ الْقُرْآنَ قَدْ سَبَقَهُ. فَجَاءَ ذَلِكَ الرَّجُلُ إِلىَ رَسُوْلِ
اللهِ صلى الله عليه وسلم وَقَدِ ارْتَحَلَ وَرَكِبَ نَاقَتَهُ، فَقَالَ: يَا
رَسُوْلَ اللهِ! إِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ
وَنَتَحَدَّثُ حَدِيْثَ الرَّكْبِ، نَقْطَعُ بِهِ عَنَاءَ الطَّرِيْقِ. فَقَالَ
ابْنُ عُمَرُ: كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ مُتَعَلِّقاً بِنَسَـعَةِ نَاقَةِ
رَسُــوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، وَإِنَّ الْحِجَارَةَ تَنْكِبُ رِجْلَيْهِ –
وَهُوَ يَقُوْلُ: إِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُ – فَيَقُوْلُ لَهُ رَسُوْلُ
اللهِ صلى الله عليه وسلم: (أَبِاللّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُنَ) مَا يَلْتَفِتُ إِلَيْهِ
وَمَا يَزِيْدُهُ عَلَيْهِ.
Dari
Ibnu Umar, Muhammad bin Ka’ab, Zaid bin Aslam dan Qataadah meriwayatkan hadits
–masing-masing hadits mereka dirangkum- sebagai berikut: Bahwa dalam
perang Tabuk ada seorang yang berkata, “Kami tidak pernah melihat orang-orang
seperti halnya para pembaca Al Qur’an ini, di mana mereka adalah orang yang
paling besar perutnya (rakus), paling dusta lisannya dan paling pengecut ketika
bertemu musuh (yang dimaksud adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
dan para sahabatnya).” Maka ‘Auf bin Malik mengatakan, “Kamu dusta! Kamu
adalah munafik. Sungguh, saya akan laporkan (kamu) kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam.” ‘Auf pun pergi menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam untuk melaporkan hal itu, namun ternyata Al Qur’an telah turun lebih
dulu memberitahukan hal tersebut. Orang itu kemudian datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan Beliau sudah beranjak dari tempatnya
dan menunggangi untanya. Orang itu berkata, “Wahai Rasulullah! Kami hanya
bersendagurau dan berbincang-bincang saja sebagaimana berbincangnya sebuah
kafilah untuk melupakan kelelahan dalam perjalanan.” Ibnu Umar berkata,
“Sepertinya aku melihat orang itu berpegangan dengan tali pelana unta
Rasulullah, dan kedua kakinya tersandung bebatuan hingga terluka, sambil
berkata, “Sesungguhnya kami hanya bersendagurau dan bermain-main saja”,
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya, "Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu berolok-olok?"
Beliau tidak menoleh kepadanya dan tidak berkata lebih
dari itu.” (HR. Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, Ibnu Mardawaih dan Abusy Syaikh.
Isnad Ibnu Abi Hatim adalah hasan sebagaimana dikatakan Syaikh Muqbil
dalam Ash Shahihul Musnad hal. 71)
TIDAK
BOLEH MENGATAKAN, “AS SALAAMU ‘ALALLLAH.”
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصَّلَاةِ قُلْنَا السَّلَامُ
عَلَى اللَّهِ مِنْ عِبَادِهِ السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ وَفُلَانٍ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى
اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ وَلَكِنْ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ
وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمْ أَصَابَ كُلَّ عَبْدٍ فِي السَّمَاءِ أَوْ بَيْنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنْ الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ
إِلَيْهِ فَيَدْعُو
Dari
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu ia berkata: Kami ketika bersama Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam dalam shalat mengucapkan, “As Salaamu
‘alallah…dst. (Artinya: Keselamatan semoga dilimpahkan kepada Allah dari
hamba-hamba-Nya. Keselamatan kepada fulan dan fulan).” Maka Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kamu mengatakan, “Keselamatan semoga
dilimpahkan kepada Allah.” Karena Allah adalah As Salam (Maha Pemberi
keselamatan). Akan tetapi katakanlah, “At Tahiyyaatu lillahi….dst.”
artinya, Segala pengagungan untuk Allah juga segala ibadah badan dan ucapan
untuk-Nya. Salam atas Nabi, serta rahmat Allah dan berkah-Nya semoga
dilimpahkan kepadanya. Salam untuk kami dan untuk hamba-hamba Allah yang saleh.”
Karena ketika kamu berkata begitu, maka ucapan itu mengena kepada semua hamba
di langit atau di antara langit dan bumi (selanjutnya kamu mengucapkan),
“Asyhadu …dst. Artinya, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan
utusan-Nya.” Kemudian dia memilih di antara doa yang ia sukai, lalu ia
berdoa (dengannya).” (HR. Bukhari dan Muslim).
LARANGAN
MENAMBAHKAN “JIKA ENGKAU KEHENDAKI YA ALLAH” KETIKA BERDOA
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ لِيَعْزِمْ
الْمَسْأَلَةَ فَإِنَّهُ لَا مُكْرِهَ لَهُ
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kamu berkata, “Ya Allah, ampunilah
aku jika Engkau kehendaki. Ya Allah, sayangilah aku jika Engkau kehendaki.”
Hendaknya ia serius ketika meminta, karena tidak ada yang memaksa-Nya.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
ALLAH
SUBHAANAHU WA TA’ALA LEBIH BERHAK DITAKUTI
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَحْقِرْ أَحَدُكُمْ نَفْسَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ كَيْفَ يَحْقِرُ أَحَدُنَا نَفْسَهُ قَالَ يَرَى أَمْرًا لِلَّهِ عَلَيْهِ
فِيهِ مَقَالٌ ثُمَّ لَا يَقُولُ فِيهِ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَقُولَ فِي كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ
خَشْيَةُ النَّاسِ فَيَقُولُ فَإِيَّايَ كُنْتَ أَحَقَّ أَنْ تَخْشَى
Dari
Abu Sa’id ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kamu menghina dirinya.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana salah
seorang di antara kami menghina dirinya.” Beliau menjawab, “Ia melihat perkara
yang di sana ia berkewajiban berbicara karena Allah, tetapi ia tidak
mengatakannya, sehingga Allah ‘Azza wa Jalla berfirman kepadanya pada hari
Kiamat, “Apa yang menghalangimu untuk berbicara ketika ini dan
itu?” Ia menjawab, “Karena takut kepada manusia.” Allah berfirman,
“Kepada-Kulah hendaknya engkau lebih berhak takut[i].”
(HR. Ibnu Majah dan Ahmad).
HENDAKNYA
TIDAK DITOLAK ORANG YANG MEMINTA BANTUAN DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ اسْتَعَاذَ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ سَأَلَ
بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ وَمَنْ دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ
مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ
حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
Dari
Abdullah bin Umar ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, “Barang siapa yang meminta perlindungan dengan menyebut nama Allah,
maka lindungilah dia. Barang siapa yang yang meminta dengan menyebut nama
Allah, maka berikanlah. Barang siapa yang mengundangmu, maka penuhilah
undangannya. Dan barang siapa yang yang berbuat kebaikan kepadamu, maka
balaslah dengan setimpal. Jika kamu tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya
secara setimpal, maka doakanlah untuknya sampai kamu merasa telah membalasnya.”
(HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash
Shahiihah (254)).
LARANGAN
MENCACI-MAKI ANGIN
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا الرِّيحَ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مَا
تَكْرَهُونَ فَقُولُوا اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ
الرِّيحِ وَخَيْرِ مَا فِيهَا وَخَيْرِ مَا أُمِرَتْ بِهِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ
شَرِّ هَذِهِ الرِّيحِ وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ
Dari
Ubay bin Ka’ab radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Janganlah kamu mencaci-maki angin. Apabila kamu melihat
sesuatu yang tidak kamu sukai, maka ucapkanlah, “Ya Allah, sesungguhnya kami
meminta kebaikan dari angin ini, kebaikan yang ada di dalamnya dan kebaikan
tujuan angin dihembuskan, dan kami berlindung kepada-Mu keburukan angin ini,
keburukan yang ada di dalamnya dan keburukan tujuan angin dihembuskan.”
(HR. Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan shahih.” Hadits ini juga dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani karena syawahid dan jalan-jalannya di Shahihul Jaami’
no. 7192).
Bersambung…
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Kitabut Tauhid (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), Fathul
Majid (Abdurrahman bin Hasan), Maktabah Syamilah, Mausu'ah Haditsiyyah
Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam), dll.
[i] Takut terbagi
menjadi tiga:
a.
Takut sirr, yaitu takut kepada
selain Allah baik berupa patung, berhala, maupun thagut dengan menganggap bahwa
semua ini dapat menimpakan musibah kepadanya. Hal ini menafikan atau merusak
tauhid (Lihat surah Huud: 54).
b.
Takutnya seseorang kepada manusia
sehingga tidak menjalankan kewajibannya. Hal ini adalah haram dan termasuk
syirk kecil yang mengurangi kesempurnaan tauhid. Contohnya adalah apa yang
disebutkan dalam hadits di atas.
c.
Takut yang thabi’i, yaitu takut
kepada musuh, binatang buas atau takut tenggelam, dsb. Maka takut seperti ini
tidak tercela (Lihat QS. Al Qashash: 21).
0 komentar:
Posting Komentar