بسم الله الرحمن الرحيم
Terjemah Bulughul Maram (15)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut lanjutan terjemah Bulughul Maram karya
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan
buku ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Dalam menyebutkan
takhrijnya, kami banyak merujuk kepada dua kitab; Takhrij dari cetakan Darul
‘Aqidah yang banyak merujuk kepada kitab-kitab karya Syaikh M. Nashiruddin
Al Albani rahimahullah, dan Buluughul Maram takhrij Syaikh Sumair Az
Zuhairiy –hafizhahullah- yang kami singkat dengan ‘TSZ’.
كِتَابُ اَلصَّلَاةِ
Kitab Shalat
بَـــابُ صِفَةِ اَلصَّلَاةِ
Bab Sifat (Tatacara) Shalat
279- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t
أَنَّ اَلنَّبِيَّ r قَالَ : , إِذَا قُمْتُ إِلَى اَلصَّلَاةِ فَأَسْبِغِ
اَلْوُضُوءَ , ثُمَّ اِسْتَقْبِلِ اَلْقِبْلَةَ , فَكَبِّرْ , ثُمَّ اِقْرَأْ مَا
تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ اَلْقُرْآنِ , ثُمَّ اِرْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا
, ثُمَّ اِرْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا , ثُمَّ اُسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا , ثُمَّ اِرْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا , ثُمَّ اُسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا , ثُمَّ اِرْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا , ثُمَّ اُسْجُدْ حَتَّى
تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا , ثُمَّ اِفْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا - أَخْرَجَهُ اَلسَّبْعَةُ , وَاللَّفْظُ
لِلْبُخَارِيِّ وَلِابْنِ مَاجَهْ بِإِسْنَادِ مُسْلِمٍ : , حَتَّى تَطْمَئِنَّ قَائِمًا -
279.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kamu berdiri
untuk shalat maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke kiblat lalu
bertakbir, kemudian bacalah Al Qur’an yang mudah bagimu (untuk dibaca),
kemudian rukulah hingga kamu thumakninah (tetap dan tenang/diam sejenak setelah
benar-benar ruku’-pent) di dalam ruku, kemudian bangkitlah hingga kamu lurus
berdiri, kemudian sujudlah hingga engkau thumakninah di dalam sujud kemudian
bangunlah hingga engkau thumakninah di dalam duduk, kemudian sujudlah hingga
engkau thumakninnah di dalam sujud lalu kerjakanlah semua itu itu dalam semua
shalatmu.” (Diriwayatkan oleh Tujuh orang, dan lafazh ini adalah lafaz Bukhari,
sedangkan dalam riwayat Ibnu Majah dengan isnad Muslim disebutkan, “Hingga kamu
thumakninah dalam berdiri (I’tidal)”)[i]
280- وَمِثْلُهُ فِي حَدِيثِ رِفَاعَةَ
عِنْدَ أَحْمَدَ وَابْنِ حِبَّانَ
280.
Dan sama seperti itu dalam hadits
Rifa’ah bin Rafi bin Malik dalam riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban.[ii]
281- وَفِي لَفْظٍ لِأَحْمَدَ : ,
فَأَقِمْ صُلْبَكَ حَتَّى تَرْجِعَ اَلْعِظَامُ -
281. Sedangkan dalam lafaz Ahmad
disebutkan, “Maka tegakkanlah tulang belakangmu hingga kembali tulang-tulang.”[iii]
282- وَلِلنَّسَائِيِّ , وَأَبِي دَاوُدَ مِنْ
حَدِيثِ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ : , إِنَّهَا لَنْ تَتِمُّ صَلَاةُ أَحَدِكُمْ
حَتَّى يُسْبِغَ اَلْوُضُوءَ كَمَا أَمَرَهُ اَللَّهُ , ثُمَّ يُكَبِّرَ اَللَّهَ
, وَيَحْمَدَهُ , وَيُثْنِيَ عَلَيْهِ - .
وَفِيهَا ,
فَإِنْ كَانَ مَعَكَ قُرْآنٌ فَاقْرَأْ وَإِلَّا فَاحْمَدِ اَللَّهَ , وَكَبِّرْهُ
, وهلِّلْهُ -
282.
Sedangkan dalam riwayat Nasa’i dan
Abu Dawud dari hadits Rifa’ah bin Rafi disebutkan, “Sesungguhnya tidak sempurna
shalat seseorang di antara kamu sehingga ia menyempurnakan wudhu sebagaimana
yang diperintahkan Allah, kemudian ia mengucapkan takbir (Allahu akbar) lalu
memuji-Nya dan menyanjung-Nya.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Apabila kamu
hapal Al Qur’an maka bacalah, tetapi apabila tidak hafal maka bertahmidlah
(mengucapkan alhamdulillah), bertakbirlah (mengucapkan Allahu akbar), dan
bertahlillah (mengucapkan Laailaahaillallah).”[iv]
283- وَلِأَبِي دَاوُدَ : ثُمَّ اِقْرَأْ بِأُمِّ اَلْقُرْآنِ
وَبِمَا شَاءَ اَللَّهُ
283.
Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud
disebutkan, “Kemudian bacalah Ummul Qur’an dan apa yang dikehendaki Allah.”[v]
284- وَلِابْنِ حِبَّانَ : ثُمَّ بِمَا شِئْتَ
284.
Dan dalam riwayat Ibnu Hibban
disebutkan, “Kemudian bacalah surat yang kamu mau.”[vi]
285- وَعَنْ أَبِي حُمَيْدٍ اَلسَّاعِدِيِّ t
قَالَ : ,
رَأَيْتُ اَلنَّبِيَّ r إِذَا كَبَّرَ جَعَلَ يَدَيْهِ حَذْوَ
مَنْكِبَيْهِ , وَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ يَدَيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ , ثُمَّ
هَصَرَ ظَهْرِهِ , فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ اِسْتَوَى حَتَّى يَعُودَ كُلُّ
فَقَارٍ مَكَانَهُ , فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَ يَدَيْهِ غَيْرَ مُفْتَرِشٍ وَلَا
قَابِضِهِمَا , وَاسْتَقْبَلَ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِ رِجْلَيْهِ اَلْقِبْلَةَ ,
وَإِذَا جَلَسَ فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ اَلْيُسْرَى وَنَصَبَ
اَلْيُمْنَى , وَإِذَا جَلَسَ فِي اَلرَّكْعَةِ اَلْأَخِيرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ
اَلْيُسْرَى وَنَصَبَ اَلْأُخْرَى , وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ - أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ
285.
Dari Abi Humaid As Saa’idi
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
apabila bertakbir mengangkat kedua tangannya bertepatan dengan kedua bahunya,
dan apabila ruku, Beliau tekankan kedua tangannya di kedua lututnya kemudian
meratakan punggungnya, dan apabila Beliau angkat kepalanya Beliau berdiri tegak
hingga masing-masing tulang kembali ke tempatnya, dan apabila sujud Beliau
menaruh kedua tangannya dengan tidak terbuka dan tidak mengepitnya, Beliau
menghadapkan ujung-ujung jari kedua kakinya ke arah kiblat dan apabila Beliau
duduk di rakaat yang kedua, Beiau duduk di atas kakinya yang kiri dan
menegakkan kaki kanannya, dan apabila duduk di rakaat yang terakhir Beliau
mengedepankan kaki kirinya dan menegakkan kaki yang lain (kaki kanan), Beliau
duduk di atas pinggulnya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari)[vii]
286- وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ t
عَنْ رَسُولِ اَللَّهِ r , أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى
اَلصَّلَاةِ قَالَ : "وَجَّهْتُ وَجْهِي لِلَّذِي فَطَّرَ اَلسَّمَوَاتِ
" . . . إِلَى قَوْلِهِ : "مِنْ اَلْمُسْلِمِينَ , اَللَّهُمَّ أَنْتَ
اَلْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ , أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ . . . - إِلَى آخِرِهِ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَفِي
رِوَايَةٍ لَهُ : أَنَّ ذَلِكَ فِي صَلَاةِ اَللَّيْلِ.
286.
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Beliau apabila
berdiri untuk shalat membaca "Wajjahtu…dst. (yang artinya: “Aku hadapkan wajahku
dengan ikhlash kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi” sampai kalimat, ”Minal
muslimiin”. “Ya Allah, Engkaulah raja tidak ada Tuhanya yang berhak
disembah melainkan Engkau, Engkau adalah Tuhanku, sedangkan aku hamba-Mu…dst.”
sampai akhirnya” (Diriwayatkan oleh Muslim[viii],
dan dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan olehnya, “Sesungguhnya hal itu
dilakukan dalam shalat malam)
287-وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t
قَالَ : ,
كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r إِذَا كَبَّرَ لِلصَّلَاةِ سَكَتَ هُنَيَّةً
, قَبْلِ أَنْ يَقْرَأَ , فَسَأَلْتُهُ , فَقَالَ : "أَقُولُ : اَللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ اَلْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
, اَللَّهُمَّ نقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى اَلثَّوْبُ اَلْأَبْيَضُ
مِنْ اَلدَّنَسِ , اَللَّهُمَّ اِغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ
وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ -
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
287.
Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu
ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bertakbir untuk
shalat, Beliau diam sebentar sebelum membaca Al Fatihah, maka saya bertanya
kepada Beliau tentang diamnya itu. Beliau menjawab, “Aku mengucapkan "Allahuma"….dst.
(yang artinya, “Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara dosa-dosaku
sebagaimana Engkau jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, bersihkan aku dari
dosa-dosaku sebagaimana dibersihkan kain yang putih dari kotoran. Ya Allah,
cucilah diriku dari dosa-dosa dengan air, air es dan embun dingin.” (Muttafaq
‘alaih)[ix]
288- وَعَنْ عُمَرَ t
أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ : , سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ,
تَبَارَكَ اِسْمُكَ , وَتَعَالَى جَدُّكَ , وَلَا إِلَهُ غَيْرُكَ - رَوَاهُ مُسْلِمٌ بِسَنَدٍ مُنْقَطِعٍ ,
وَاَلدَّارَقُطْنِيُّ مَوْصُولاً وَهُوَ مَوْقُوفٌ
288.
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa
ia pernah mengucapkan (sebelum membaca surah Al Fatihah) ‘Subhanakallahumma’
yang artinya: “Mahasuci Engkau Ya Allah sambil aku memuji-Mu, Maha banyak
berkah nama-Mu, Mahatinggi keagungan-Mu dan Tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain-Mu.” (Diriwayatkan oleh Muslim dengan sanad munqathi’
(terputus), sedangkan Daruquthni meriwayatkan secara maushul (bersambung),
hadits tersebut adalah mauquf)[x]
289- وَنَحْوُهُ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
مَرْفُوعًا عِنْدَ اَلْخَمْسَةِ وَفِيهِ : وَكَانَ يَقُولُ بَعْدَ اَلتَّكْبِيرِ :
,
أَعُوذُ بِاَللَّهِ اَلسَّمِيعِ اَلْعَلِيمِ مِنَ اَلشَّيْطَانِ اَلرَّجِيمِ ,
مِنْ هَمْزِهِ , وَنَفْخِهِ , وَنَفْثِهِ -
289.
sama juga seperti itu dari Abu Sa’id
Al Khudri secara marfu’ yang diriwayatkan oleh lima imam Ahli Hadits, di sana
disebutkan, “Dia mengucapkan setelah takbir “A’uudzubillahis sami’il ‘aliim…dst,
yang artinya : “Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar dari setan yang
terkutuk baik dari godaannya, kesombongannya dan syairnya.”[xi]
290- وَعَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ
عَنْهَا- قَالَتْ : , كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r
يَسْتَفْتِحُ اَلصَّلَاةَ بِالتَّكْبِيرِ , وَالْقِرَاءَةَ : بِـ (اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ ) وَكَانَ إِذَا رَكَعَ لَمْ يُشْخِصْ رَأْسَهُ ,
وَلَمْ يُصَوِّبْهُ , وَلَكِنْ بَيْنَ ذَلِكَ . وَكَانَ إِذَا رَفَعَ مِنْ
اَلرُّكُوعِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَائِمًا . وَإِذَا رَفَعَ مِنْ
اَلسُّجُودِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ جَالِسًا . وَكَانَ يَقُولُ فِي
كُلِّ رَكْعَتَيْنِ اَلتَّحِيَّةَ . وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ اَلْيُسْرَى
وَيَنْصِبُ اَلْيُمْنَى . وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ اَلشَّيْطَانِ ,
وَيَنْهَى أَنْ يَفْتَرِشَ اَلرَّجُلُ زِرَاعَيْهِ اِفْتِرَاشَ اَلسَّبُعِ .
وَكَانَ يُخْتَمُ اَلصَّلَاةَ بِالتَّسْلِيمِ -
أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ , وَلَهُ عِلَّةٌ
290. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha
ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka shalatnya dengan
takbir dan membaca “Al Hamdulillahi rabbil ‘aalamin”. Apabila ruku,
Beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak pula menundukkan tetapi
pertengahan di antara keduanya, Beliau apabila bangun dari ruku tidak langsung
sujud sampai berdiri lurus, Beliau juga apabila bangun dari sujud tidak
langsung sujud lagi sampai benar-benar duduk, Beliau mengucapkan “At
Tahiyyat…dst.” pada setiap dua rak’at, (dalam duduk tahiyyat-pent), Beliau
menidurkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya, dan melarang cara duduk setan
(yaitu menempelkan dua pinggul ke lantai sambil menegakkan kedua betis dan
meletakkan kedua tangan di lantai-pent), Beliau juga melarang seseorang menidurkan
kedua lengannya seperti binatang buas dan Beliau menutup shalat dengan salam.”
(Diriwayatkan oleh Muslim, namun ada cacatnya)[xii]
291- وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ
-رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- , أَنَّ اَلنَّبِيَّ r
كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا اِفْتَتَحَ اَلصَّلَاةَ ,
وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ , وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ اَلرُّكُوعِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
291. Dari
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
apabila memulai shalat mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya,
demikian juga apabila bertakbir untuk ruku’ dan mengangkat kepalanya dari
ruku.” (Muttafaq ‘alaih)[xiii]
292- وَفِي حَدِيثِ أَبِي
حُمَيْدٍ , عِنْدَ أَبِي دَاوُدَ : , يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا
مَنْكِبَيْهِ, ثُمَّ يُكَبِّرَ -
292. Sedangkan dalam hadits Abu Humaid
dalam riwayat Abu Dawud disebutkan, “Beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar
dengan kedua bahunya, lalu bertakbir”.[xiv]
293- وَلِمُسْلِمٍ عَنْ
مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ t نَحْوُ حَدِيثِ اِبْنِ عُمَرَ , وَلَكِنْ
قَالَ : , حَتَّى
يُحَاذِيَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ -
293.
Dan dalam riwayat Muslim dari Malik
bin Al Huwairits radhiyallahu ‘anhu juga sama seperti hadits Ibnu Umar, namun
kalimatnya, “Hingga sejajar dengan ujung kedua telinganya.”[xv]
294- وَعَنْ وَائِلِ بْنِ
حُجْرٍ t
قَالَ : , صَلَّيْتُ مَعَ
اَلنَّبِيِّ r
فَوَضَعَ يَدَهُ اَلْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ اَلْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ - أَخْرَجَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ
294. Dari Wa’il bin Hujr radhiyallahu ‘anhu
ia berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Beliau menaruh tangannya yang kanan di atas tangannya yang kiri di dadanya.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah)[xvi]
295- وَعَنْ عُبَادَةَ بْنِ
اَلصَّامِتِ t
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ
اَلْقُرْآنِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
295. Dari Ubadah bin Ash Shaamit
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Ummul Qur’an (Al Fatihah).”
(Muttafaq ‘alaih)[xvii]
296- وَفِي رِوَايَةٍ ,
لِابْنِ حِبَّانَ وَاَلدَّارَقُطْنِيِّ : , لَا تَجْزِي صَلَاةٌ لَا يُقْرَأُ فِيهَا
بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ -
296. Sedangkan dalam riwayat Ibnu Hibban
dan Daruquthni disebutkan, ‘Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Fatihatul
kitab (Al Fatihah)”.[xviii]
297- وَفِي أُخْرَى ,
لِأَحْمَدَ وَأَبِي دَاوُدَ , وَاَلتِّرْمِذِيِّ , وَابْنِ حِبَّانَ : , لَعَلَّكُمْ
تَقْرَءُونَ خَلْفَ إِمَامِكُمْ ? " قُلْنَا : نِعْمَ . قَالَ : "لَا
تَفْعَلُوا إِلَّا بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ , فَإِنَّهُ لَا صَلَاةِ لِمَنْ لَمْ
يَقْرَأْ بِهَا -
297. Sedangkan dalam riwayat yang lain
yaitu Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Hibban disebutkan, “Boleh jadi kamu
tadi membaca (Al Qur’an) di belakang imam kamu?” Kami menjawab, “Ya”, maka
Beliau bersabda, “Jangan kalian lakukan selain membaca Fatihatul kitab, karena
tidak ada shalat bagi yang tidak membacanya.”[xix]
298- وَعَنْ أَنَسٍ t , أَنَّ
اَلنَّبِيَّ r
وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ اَلصَّلَاةِ بِـ (اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ ) -
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
298. Dari Anas
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan
Umar memulai shalat dengan “Al Hamdulillahii rabbil ‘aalamiin.”
(Muttafaq ‘alaih)[xx]
299- زَادَ مُسْلِمٌ: , لَا
يَذْكُرُونَ : (بِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ ) فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ
وَلَا فِي آخِرِهَا -
299. Muslim menambahkan “Mereka tidak
membaca “Bismillaahir rahmaanir rahiim” baik di awal bacaan maupun
akhirnya.”[xxi]
300- وَفِي رِوَايَةٍ
لِأَحْمَدَ , وَالنَّسَائِيِّ وَابْنِ خُزَيْمَةَ : , لَا يَجْهَرُونَ بِبِسْمِ اَللَّهِ
اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيم ِ
300.
Dan dalam riwayat Ahmad, Nasa’i dan
Ibnu Khuzaimah disebutkan, “Mereka tidak mengeraskan “Bismillahir rahmaanir
rahiiim.”[xxii]
301- وَفِي أُخْرَى لِابْنِ
خُزَيْمَةَ : , كَانُوا
يُسِرُّونَ - وَعَلَى هَذَا
يُحْمَلُ اَلنَّفْيُ فِي رِوَايَةِ مُسْلِمٍ , خِلَافًا لِمَنْ أَعَلَّهَا.
301. Sedangkan dalam riwayat lain yang
diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah disebutkan, “Mereka membaca pelan (basmalah),”
ke arah sinilah dibawa penafian dalam riwayat Muslim, berbeda dengan orang yang
menganggap adanya cacat.[xxiii]
302-وَعَنْ نُعَيْمٍ اَلْمُجَمِّرِ t
قَالَ : , صَلَّيْتُ
وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ : (بِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ)
. ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ اَلْقُرْآنِ , حَتَّى إِذَا بَلَغَ : (وَلَا
اَلضَّالِّينَ) , قَالَ : "آمِينَ" وَيَقُولُ كُلَّمَا سَجَدَ , وَإِذَا
قَامَ مِنْ اَلْجُلُوسِ : اَللَّهُ أَكْبَرُ . ثُمَّ يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ :
وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَشْبَهُكُمْ صَلَاةً بِرَسُولِ اَللَّهِ r - رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَابْنُ خُزَيْمَةَ
302. Dari Nu’aim Al Mujmir radhiyallahu
'anhu ia berkata, “Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia membaca “Bismillaahir rahmaaniir rahiim”, lalu membaca Ummul Qur’an
(Al Fatihah) sampai “Waladhdhaaalliiin”, ia mengucapkan “Aamiin”, dan
mengucapkan “Allahu akbar” ketika sujud dan bangun dari duduk. Setelah selesai
salam ia berkata, ”Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya aku adalah
orang yang paling mirip dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
shalatnya.” (Diriwayatkan oleh Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah)[xxiv]
303- وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ t
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , إِذَا قَرَأْتُمْ اَلْفَاتِحَةِ فَاقْرَءُوا
: ( بِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ ) , فَإِنَّهَا إِحْدَى آيَاتِهَا - رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ , وَصَوَّبَ
وَقْفَهُ .
303. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian
membaca Al Fatihah, maka bacalah bismillahir rahmaanir rahiim, karena ia
salah satu di antara ayat-ayatnya.” (Diriwayatkan oleh Daruquthni, dan ia
membenarkan yang mauqufnya)[xxv]
304- وَعَنْهُ قَالَ : , كَانَ رَسُولُ
اَللَّهِ r
إِذَا فَرَغَ مِنْ قِرَاءَةِ أُمِّ اَلْقُرْآنِ رَفَعَ صَوْتَهُ وَقَالَ :
"آمِينَ". -
رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ وَحَسَّنَهُ , وَالْحَاكِمُ وَصَحَّحَهُ .
304. Darinya (Abu Hurairah) ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah selesai membaca Ummul
Qur’an, Beliau meninggikan suaranya mengucapkan “Aamin.” (Diriwayatkan oleh
Daruquthni dan ia menghasankannya, juga Hakim dan ia menshahihkannya)[xxvi]
305- وَلِأَبِي دَاوُدَ
وَاَلتِّرْمِذِيِّ مِنْ حَدِيثِ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ نَحْوُهُ.
305.
Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud
dan Tirmidzi dari hadits Wa’il bin Hujr sama seperti itu.[xxvii]
306- وَعَنْ عَبْدِ
اَللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : , جَاءَ رَجُلٌ
إِلَى اَلنَّبِيِّ r فَقَالَ : إِنِّي لَا أَسْتَطِيعُ أَنْ
آخُذَ مِنْ اَلْقُرْآنِ شَيْئًا , فَعَلِّمْنِي مَا يُجْزِئُنِيٌ]مِنْهُ] . قَالَ : "سُبْحَانَ اَللَّهِ , وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ , وَلَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ , وَلَا حَوْلٌ وَلَا
قُوَّةً إِلَّا بِاَللَّهِ اَلْعَلِيِّ اَلْعَظِيمِ . . . - اَلْحَدِيثَ . رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو
دَاوُدَ , وَالنَّسَائِيُّ , وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ , وَاَلدَّارَقُطْنِيُّ,
وَالْحَاكِمُ .
306. Dari Abdulllah bin Abi Aufa
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Pernah datang seseorang kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu berkata, "Sesungguhnya saya tidak bisa menghapal Al
Qur’an sedikit pun, maka ajarilah saya bacaan yang bisa membuat sah (shalat)
saya”, Beliau menjawab, “(Ucapkanlah) “Subhaanallah…dst (artinya:
"Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah, Allah Maha Besar, dan tidak ada daya dan upaya melainkan
dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Agung)…dst.” (Hr. Ahmad, Abu
Dawud dan Nasa’i, serta dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Daruquthni dan Hakim.)[xxviii]
307- وَعَنْ أَبِي
قَتَادَةَ t
قَالَ : , كَانَ رَسُولُ
اَللَّهِ r
يُصَلِّي بِنَا , فَيَقْرَأُ فِي اَلظُّهْرِ وَالْعَصْرِ - فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ
اَلْأُولَيَيْنِ - بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ , وَيُسْمِعُنَا
اَلْآيَةَ أَحْيَانًا , وَيُطَوِّلُ اَلرَّكْعَةَ اَلْأُولَى , وَيَقْرَأُ فِي
اَلْأُخْرَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ. -
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
307. Dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat mengimami
kami, Beliau membaca di waktu Zhuhur dan ‘Ashar –yakni di dua rak’at bagian
pertama- dengan Fatihatul kitab (surah Al Fatihah) serta dua surat,
kadang-kadang Beliau memperdengarkan kepada kami ayat (yang dibacanya), Beliau
memanjangkan rakaat pertama dan membaca di dua rakaat terakhir hanya Fatihatul
Kitab.” (Muttafaq ‘alaih)[xxix]
308-وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ
اَلْخُدْرِيِّ t
قَالَ : , كُنَّا
نَحْزُرُ قِيَامَ رَسُولِ اَللَّهِ r فِي اَلظُّهْرِ وَالْعَصْرِ , فَحَزَرْنَا
قِيَامَهُ فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ اَلْأُولَيَيْنِ مِنْ اَلظُّهْرِ قَدْرَ : (الم
تَنْزِيلُ) اَلسَّجْدَةِ . وَفِي اَلْأُخْرَيَيْنِ قَدْرَ اَلنِّصْفِ مِنْ ذَلِكَ
. وَفِي اَلْأُولَيَيْنِ مِنْ اَلْعَصْرِ عَلَى قَدْرِ اَلْأُخْرَيَيْنِ مِنْ
اَلظُّهْرِ , وَالْأُخْرَيَيْنِ مِنْ اَلظُّهْرِ عَلىَ النِّصْفِ مِنْ ذَلِكَ - رَوَاهُ مُسْلِمٌ
308. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Kami pernah memperkirakan berapa lama berdirinya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat Zhuhur dan ‘Ashar, kira-kira lama
berdirinya Beliau pada dua rakaat pertama shalat Zhuhur seukuran surat Alif Laam
Miim Tanzil yakni As Sajdah, sedangkan pada dua rakaat terkahir seukuran
kurang dari itu. Adapun pada dua rakaat pertama shalat Ashar seukuran dua rakaat
terakhir shalat Zhuhur, sedangkan pada dua rakaat terakhirnya seukuran
setengahnya dari itu.” (Diriwayatkan oleh Muslim)[xxx]
309-وَعَنْ سُلَيْمَانَ
بْنِ يَسَارٍ t
قَالَ : , كَانَ فُلَانٍ
يُطِيلُ اَلْأُولَيَيْنِ مِنْ اَلظُّهْرِ, وَيُخَفِّفُ اَلْعَصْرَ, وَيَقْرَأُ فِي
اَلْمَغْرِبِ بِقِصَارِ اَلْمُفَصَّلِ وَفِي اَلْعِشَاءِ بِوَسَطِهِ وَفِي
اَلصُّبْحِ بِطُولِهِ . فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ : "مَا صَلَّيْتُ وَرَاءِ
أَحَدٍ أَشْبَهَ صَلَاةِ بِرَسُولِ اَللَّهِ r
مِنْ هَذَا - . أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ بِإِسْنَادٍ
صَحِيحٍ
309. Dari Sulaiman bin Yasar radhiyallahu
'anhu ia berkata, "Si fulan biasanya memanjangkan dua rakaat pertama
shalat Zhuhur dan meringankan shalat Ashar, dibacanya dalam shalat Maghrib
surat mufashshalat (awal mufashshalat adalah surat ق dan seterusnya hingga
surat An Naas) namun yang pendeknya, sedangkan di waktu Isya dengan
mufashshalaat yang sedang dan di waktu Subuh dengan bagian yang panjang surat
Mufashshal, maka Abu Hurairah berkata (tentang orang itu), “Aku tidak pernah
shalat di belakang seorang pun yang lebih mirip dengan Rasulullah shalatnya
daripada orang ini.” (Diriwayatkan oleh Nasa’i dengan isnad yang shahih)[xxxi]
310- وَعَنْ جُبَيْرِ بْنِ
مُطْعِمٍ t
قَالَ : , سَمِعْتَ
رَسُولَ اَللَّهِ r يَقْرَأُ فِي اَلْمَغْرِبِ بِالطُّورِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
310. Dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca dalam shalat Maghrib dengan surat Ath Thuur.” (Muttafaq ‘alaih)[xxxii]
311- وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ t
قَالَ : , كَانَ رَسُولُ
اَللَّهِ r
يَقْرَأُ فِي صَلَاةِ اَلْفَجْرِ يَوْمَ اَلْجُمْعَةِ : (الم تَنْزِيلُ )
اَلسَّجْدَةَ , و (هَلْ أَتَى عَلَى اَلْإِنْسَانِ) - مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ
311. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca di shalat Subuh
pada hari Jum’at dengan Alif Lam Mim Tanzil (surat As Sajdah) dan Hal
ataa ‘alal insaan (surat Al Insan). (Muttafaq ‘alaih)[xxxiii]
312- وَلِلطَّبَرَانِيِّ
مِنْ حَدِيثِ اِبْنِ مَسْعُودٍ : , يُدِيمُ ذَلِكَ -
312.
Sedangkan dalam riwayat Thabrani
dari hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu disebutkan, “Beliau selalu membaca
surat itu."[xxxiv]
313- وَعَنْ حُذَيْفَةَ t
قَالَ : , صَلَّيْتُ مَعَ
اَلنَّبِيِّ r
فَمَا مَرَّتْ بِهِ آيَةُ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ عِنْدَهَا يَسْأَلُ, وَلَا آيَةُ
عَذَابٍ إِلَّا تَعَوَّذَ مِنْهَا -
أَخْرَجَهُ اَلْخَمْسَةُ , وَحَسَّنَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ
313. Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu ia
berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
tidaklah Beliau membaca ayat yang isinya rahmat kecuali Beliau berhenti di situ
untuk meminta, juga tidaklah Beliau membaca ayat yang isinya azab kecuali
Beliau berlindung darinya.” (Diriwayatkan oleh lima orang Ahli Hadits dan
dihasankan oleh Tirmidzi)[xxxv]
314- وَعَنْ اِبْنِ
عَبَّاسٍ t
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , أَلَا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ
اَلْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا , فَأَمَّا اَلرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ
اَلرَّبَّ , وَأَمَّا اَلسُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي اَلدُّعَاءِ , فَقَمِنٌ أَنْ
يُسْتَجَابَ لَكُمْ -
رَوَاهُ مُسْلِمٌ
314. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ingatlah,
sesungguhnya aku dilarang membaca Al Qur’an ketika ruku atau sujud, adapun
ruku’ maka agungkanlah Tuhan(mu), sedangkan sujud maka bersungguh-sungguuhlah
dalam berdoa, kamu sangat patut
dikabulkan.” (Diriwayatkan oleh Muslim)[xxxvi]
315- وَعَنْ عَائِشَةَ
-رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : , كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r
يَقُولُ: فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ : "سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ]رَبَّنَا] وَبِحَمْدِكَ , اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي -
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
315. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca di waktu ruku
dan sujudnya, “Subhaanakallahumma…dst” (yang artinya) “Mahasuci Engkau Ya Allah
Tuhan kami sambil memuji-Mu, ya Allah ampunilah aku.” (Muttafaq ‘alaih)[xxxvii]
316- وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ --رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ-- قَالَ : , كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r
إِذَا قَامَ إِلَى اَلصَّلَاةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ , ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ
يَرْكَعُ , ثُمَّ يَقُولُ : "سَمِعَ اَللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ" حِينَ
يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنْ اَلرُّكُوعِ , ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ :
"رَبَّنَا وَلَكَ اَلْحَمْدُ" ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا ,
ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ, ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَسْجُدُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ , ثُمَّ
يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي اَلصَّلَاةِ كُلِّهَا , وَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ مِنْ
اِثْنَتَيْنِ بَعْدَ اَلْجُلُوسِ -
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
316. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berdiri untuk
shalat bertakbir ketika berdirinya, kemudian bertakbir ketika ruku, kemudian
mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah” ketika mengangkat tulang
punggungnya dari ruku, lalu mengucap “Rabbanaa walakal hamd” dalam
keadaan berdiri (I’tidal), lalu bertakbir ketika turun sujud, kemudian
bertakbir ketika mengangkat kepalanya (dari sujud), lalu bertakbir ketika
sujud, dan bertakbir ketika mengangkat (kepala), Beliau melakukan semua itu
dalam seluruh shalat, Beliau juga bertakbir ketika bangkit dari rakaat kedua
setelah duduk (duduk tasyahhud).” (Muttafaq ‘alaih)[xxxviii]
317- وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ
اَلْخُدْرِيِّ --رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ-- قَالَ : , كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r
إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ اَلرُّكُوعِ قَالَ : " اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ
اَلْحَمْدُ مِلْءَ اَلسَّمَوَاتِ وَمِلْءَ اَلْأَرْضِ , وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ
شَيْءٍ بَعْدُ , أَهْلَ اَلثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ , أَحَقُّ مَا قَالَ اَلْعَبْدُ -
وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ - اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ , وَلَا
مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ , وَلَا يَنْفَعُ ذَا اَلْجَدِّ مِنْكَ اَلْجَدُّ - رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
317.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam apabila mengangkat kepalanya dari ruku’ mengucapkan “Allahumma
rabbanaa lakal hamd, mil-ass samaawaati..dst.” (yang artinya), “Ya Allah
Tuhan kami, untuk-Mulah segala puji sepenuh langit dan bumi dan sepenuh yang
Engkau kehendaki setelah itu, Engkau berhak disanjung dan diagungkan
sepantas-pantas ucapan yang diucapkan oleh seorang hamba –kami semua adalah
hamba-Mu-, ya Allah, tidak ada yang menghalangi pemberian-Mu dan tidak ada yang
dapat memberikan apabila Engkau menghalangi serta tidaklah bermanfaat kepada seseorang
kekayaannya itu untuk menghindarkan diri dari adzab-Mu.” (Diriwayatkan oleh
Muslim)[xxxix]
318- وَعَنْ اِبْنِ
عَبَّاسٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , أُمِرْتُ أَنْ
أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ : عَلَى اَلْجَبْهَةِ - وَأَشَارَ بِيَدِهِ
إِلَى أَنْفِهِ - وَالْيَدَيْنِ , وَالرُّكْبَتَيْنِ , وَأَطْرَافِ اَلْقَدَمَيْنِ
- مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
318.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku
diperintahkan untuk sujud di atas tujuh anggota; yaitu dahi –Beliaun berisyarat
dengan tangannya ke hidung-, kedua tangan, dua lutut dan ujung kedua kaki.”
(Muttafaq ‘alaih)[xl]
319- وَعَنْ اِبْنِ
بُحَيْنَةَ t , أَنَّ
اَلنَّبِيَّ r
كَانَ إِذَا صَلَّى وَسَجَدَ فَرَّجَ بَيْنَ يَدَيْهِ , حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ
إِبِطَيْهِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
319.
Dari Ibnu Buhainah radhiyallahu
‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila shalat lalu melakukan
sujud, maka Beliau merenggangkan kedua tangannya, sehingga terlihat putih kedua
ketiaknya.” (Muttafaq ‘alaih)[xli]
320- وَعَنْ اَلْبَرَاءِ بْنِ
عَازِبٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , إِذَا سَجَدْتَ
فَضَعْ كَفَّيْكَ , وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ -
رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
320.
Dari Al Baraa’ bin ‘Azib
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila kamu sujud, maka taruhlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua
sikutmu.” (Diriwayatkan oleh Muslim)[xlii]
321- وَعَنْ وَائِلِ بْنِ
حُجْرٍ t , أَنَّ
اَلنَّبِيَّ r
كَانَ إِذَا رَكَعَ فَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ , وَإِذَا سَجَدَ ضَمَّ أَصَابِعَهُ
- رَوَاهُ اَلْحَاكِمُ .
321.
Dari Wa’il bin Hujr radhiyallahu
‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila ruku dibuka
jari-jemarinya dan apabila sujud digabung jari jemarinya.” (Diriwayatkan oleh
Hakim)[xliii]
322- وَعَنْ عَائِشَةَ
-رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : , رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ r
يُصَلِّي مُتَرَبِّعًا -
رَوَاهُ النَّسَائِيُّ , وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ .
322.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha ia
berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat
sambil bersila.” (Diriwayatkan oleh Nasa’i dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)[xliv]
323- وَعَنْ اِبْنِ
عَبَّاسٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- أَنَّ اَلنَّبِيَّ r
كَانَ يَقُولُ بَيْنَ اَلسَّجْدَتَيْنِ : , اَللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِي , وَارْحَمْنِي ,
وَاهْدِنِي , وَعَافِنِي , وَارْزُقْنِي -
رَوَاهُ اَلْأَرْبَعَةُ إِلَّا النَّسَائِيُّ , وَاللَّفْظُ لِأَبِي
دَاوُدَ , وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ .
323.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan dalam duduk di
antara dua sujud, “Allahummaghfirlii..dst.” artinya: “Ya Allah,
ampunilah aku, sayangilah aku, tunjukilah aku, jagalah aku dan berikanlah rezeki
kepadaku.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahli Hadits selain Nasa'i, lafaz tersebut
adalah lafaz Abu Dawud dan dishahihkan oleh Hakim) [xlv]
324- وَعَنْ مَالِكِ بْنِ
الْحُوَيْرِثِ t , أَنَّهُ رَأَى
اَلنَّبِيَّ r
يُصَلِّي , فَإِذَا كَانَ فِي وِتْرٍ مِنْ صَلَاتِهِ لَمْ يَنْهَضْ حَتَّى
يَسْتَوِيَ قَاعِدًا -
رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ .
324.
Dari Malik bin Al Huwairits
radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
shalat, ketika Beliau berada di rakaat ganjil dari shalatnya, Beliau tidak
bangun sampai benar-benar duduk.” (Diriwayatkan oleh Bukhari)[xlvi]
325- وَعَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ t , أَنَّ رَسُولَ
اَللَّهِ r
قَنَتَ شَهْرًا بَعْدَ اَلرُّكُوعِ , يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ
اَلْعَرَبِ , ثُمَّ تَرَكَهُ -
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
325.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah qunut selama sebulan setelah
ruku’, mendoakan kecelakaan untuk beberapa kabilah (suku) orang Arab, lalu Beliau
meninggalkannya.’ (Muttafaq ‘alaih)[xlvii]
326- وَلِأَحْمَدَ
وَاَلدَّارَقُطْنِيِّ نَحْوُهُ مِنْ وَجْهٍ آخَرَ , وَزَادَ : , فَأَمَّا فِي
اَلصُّبْحِ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ حَتَّى فَارَقَ اَلدُّنْيَا -.
326.
Sedangkan dalam riwayat Ahmad dan
Daruquthni sama juga seperti itu dari jalan yang lain, dan disebutkan di sana
tambahan, “Adapun Subuh, Beliau senantiasa qunut sampai meninggal dunia.”[xlviii]
327- وَعَنْهُ أَنَّ
اَلنَّبِيَّ r , كَانَ لَا
يَقْنُتُ إِلَّا إِذَا دَعَا لِقَوْمٍ , أَوْ دَعَا عَلَى قَوْمٍ - صَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ .
327.
Darinya (Anas), bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan qunut kecuali apabila mendoakan
kebaikan untuk suatu kaum atau mendoakan kecelakaan untuk suatu kaum.” (Dishahihkan
oleh Ibnu Khuzaimah)[xlix]
328- وَعَنْ سَعْدِ بْنِ
طَارِقِ الْأَشْجَعِيِّ t قَالَ : , قُلْتُ لِأَبِي : يَا أَبَتِ ! إِنَّكَ قَدْ
صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اَللَّهِ r وَأَبِي بَكْرٍ , وَعُمَرُ , وَعُثْمَانُ ,
وَعَلَيَّ , أَفَكَانُوا يَقْنُتُونَ فِي اَلْفَجْرِ ? قَالَ : أَيْ بُنَيَّ , مُحْدَثٌ
- رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ , إِلَّا أَبَا دَاوُدَ .
328.
Dari Saad bin Thariq Al Asyja’i
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada ayahku, “Wahai ayahku,
engkau pernah shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu
Bakar, Umar, Utsman dan Ali, apakah mereka melakukan qunut di waktu (shalat)
Fajar? maka ia menjawab, “Wahai anakku, itu diada-adakan.” (Diriwayatkan oleh
lima Imam Ahli Hadits selain Abu Dawud)[l]
329- وَعَنْ اَلْحَسَنِ
بْنِ عَلِيٍّ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- ; قَالَ : , عَلَّمَنِي رَسُولُ اَللَّهِ r
كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي قُنُوتِ اَلْوِتْرِ : " اَللَّهُمَّ اِهْدِنِي
فِيمَنْ هَدَيْتَ , وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ , وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ
تَوَلَّيْتَ , وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ , وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ ,
فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ , إِنَّهُ لَا يَزِلُّ مَنْ وَالَيْتَ ,
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ -
رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ . وَزَادَ اَلطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ : , وَلَا يَعِزُّ
مَنْ عَادَيْتَ - . زَادَ النَّسَائِيُّ مِنْ وَجْهٍ آخَرَ فِي
آخِرِهِ : , وَصَلَّى
اَللَّهُ عَلَى اَلنَّبِيِّ -
329. Dari Al Hasan bin Ali radhiyallahu
‘anhuma, bahwa ia pernah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah mengajarkan kepadaku beberapa kalimat yang akan aku baca dalam qunut witir,
“Allahumma…dst.’ artinya, “Ya Allah, tunjukkanlah aku dalam golongan
orang yang Engkau tunjuki, peliharalah aku dalam golongan orang yang Engkau
pelihara, tolonglah aku dalam golongan orang yang Engkau tolong, berikanlah
berkah dalam rezki yang Engkau berikan, hindarilah aku dari keburukan yang
Engkau tetapkan, karena Engkau memutuskan dan tidak ada yang memutuskan
terhadap-Mu, sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau tolong, Mahasuci
Engkau dan Mahatinggi.” (Diriwayatkan oleh lima Imam Ahli Hadits[li],
Thabrani dan Baihaqi menambahkan, “Dan tidak akan mulia orang yang Engkau
musuhi”, sedangkan Nasa’i menambahkan dari jalan yang lain di bagian akhirnya
”Dan semoga Allah limpahkan shalawat kepada Nabi.”)
330- وَلِلْبَيْهَقِيِّ
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- : , كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ r
يُعَلِّمُنَا دُعَاءً نَدْعُو بِهِ فِي اَلْقُنُوتِ مِنْ صَلَاةِ اَلصُّبْحِ - وَفِي سَنَدِهِ ضَعْفٌ
329.
Dalam riwayat Baihaqi dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma disebutkan, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan kepada kami doa yang kami baca dalam qunut di shalat Subuh.”
(namun dalam sanadnya ada kelemahan)[lii]
331- وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ t
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَبْرُكْ
كَمَا يَبْرُكُ اَلْبَعِيرُ , وَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ - أَخْرَجَهُ اَلثَّلَاثَةُ وَهُوَ أَقْوَى مِنْ
حَدِيثِ وَائِلٍ .
330.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah
seorang di antara kamu sujud maka janganlah ia menurunkan dirinya sebagaimana
unta menurunkan diri, namun hendaknya ia menaruh kedua tangannya sebelum kedua
lututnya.” (Diriwayatkan oleh tiga Imam Ahli Hadits[liii],
hadits tersebut lebih kuat daripada hadits Wa’il bin Hujr radhiyallahu ‘anhu
yang isinya,
332-, رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ r
إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ -
أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ . فَإِنْ لِلْأَوَّلِ شَاهِدًا مِنْ حَدِيثِ :
اِبْنِ عُمَرَ t
صَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ , وَذَكَرَهُ اَلْبُخَارِيُّ مُعَلَّقًا مَوْقُوفًا .
332. “Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam apabila sujud, menaruh kedua lututnya sebelum kedua tangannya.”
(Diriwayatkan oleh empat Imam Ahli Hadits)[liv]
hal itu dikarenakan hadits yang pertama (hadits Abu Hurairah) memiliki penguat
dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang dishahihkan oleh Ibnu
Khuzaimah, dan disebutkan oleh Bukhari secara mu'allaq (tanpa sanad) dan mauquf
(sampai pada sahabat).
333- وَعَنْ ابْنِ
عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- , أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ r
كَانَ إِذَا قَعَدَ لِلتَّشَهُّدِ وَضَعَ يَدَهُ اَلْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ
اَلْيُسْرَى , وَالْيُمْنَى عَلَى اَلْيُمْنَى , وَعَقَدَ ثَلَاثَةً وَخَمْسِينَ ,
وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ اَلسَّبَّابَةِ -
رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ : , وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا , وَأَشَارَ
بِاَلَّتِي تَلِي اَلْإِبْهَامَ -
333. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila duduk tasyahhud, menaruh
tangannya yang kiri di atas lututnya yang kiri dan tangannya yang kanan di atas
lututnya yang kanan, sambil membuat lipatan limapuluh tiga, dan Beliau
berisyarat dengan jari telunjuknya. (Diriwayatkan oleh Muslim) sedangkan dalam
riwayat Muslim yang lain disebutkan, “Beliau menggenggam seluruh jari jemarinya
dan berisyarat dengan jari yang berada di dekat ibu jari.”[lv]
334- وَعَنْ عَبْدِ
اَللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ t قَالَ : , اِلْتَفَتَ إِلَيْنَا رَسُولُ اَللَّهِ r
فَقَالَ : " إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ : اَلتَّحِيَّاتُ لِلَّهِ ,
وَالصَّلَوَاتُ , وَالطَّيِّبَاتُ , اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا اَلنَّبِيُّ
وَرَحْمَةَ اَللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ , اَلسَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ
اَللَّهِ اَلصَّالِحِينَ , أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ , وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ , ثُمَّ لِيَتَخَيَّرْ مِنْ اَلدُّعَاءِ
أَعْجَبُهُ إِلَيْهِ , فَيَدْعُو -
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ , وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ .
وَلِلنَّسَائِيِّ : , كُنَّا نَقُولُ
قَبْلِ أَنْ يُفْرَضَ عَلَيْنَا اَلتَّشَهُّدُ -
وَلِأَحْمَدَ : , أَنَّ
اَلنَّبِيَّ r
عَلَّمَهُ اَلتَّشَهُّد , وَأَمَرَهُ أَنْ يُعَلِّمَهُ اَلنَّاسَ -
334.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menoleh
kepada kami dan bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu shalat, maka
ucapkanlah “At Tahiyyatu lillahi…dst.” Yang artinya, “Segala macam
ibadah badan dan ibadah lisan untuk Allah, juga semua yang baik-baik, salam
kepadamu wahai Nabi serta rahmat Allah dan keberkahan-Nya, salam juga untuk
kami dan untuk hamba-hamba Allah yang saleh, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi
Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya,” lalu ia pilih doa mana yang ia
suka untuk ia berdoa dengannya.” (Muttafaq ‘alaih, lafaz ini adalah lafaz
Bukhari)[lvi]
Sedangkan
dalam riwayat Nasa'i disebutkan, "Kami mengucapkan sebelum diwajibkan
kepada kami tasyahhud."
Dan
dalam riwayat Ahmad disebutkan, "Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mengajarkan kepadanya tasyahhud dan menyuruh agar mengajarkannya kepada
orang-orang."
335- وَلِمُسْلِمٍ : عَنْ
اِبْنِ عَبَّاسٍ t
قَالَ : , كَانَ رَسُولُ
اَللَّهِ يُعَلِّمُنَا اَلتَّشَهُّدَ: " اَلتَّحِيَّاتُ اَلْمُبَارَكَاتُ
اَلصَّلَوَاتُ لِلَّهِ ... -
إِلَى آخِرِهِ .
335. Dalam riwayat Muslim dari Ibnu Abbas,
ia berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kepada kami
tasyahhud, "At Tahiyaatu mubaarakaatush shalawaatut thayyibaatu lillah…dst."[lvii]
336- وَعَنْ فَضَالَةَ بْنِ
عُبَيْدٍ t
قَالَ : , سَمِعَ رَسُولُ
اَللَّهِ r
رِجْلاً يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ , لَمْ يَحْمَدِ اَللَّهَ , وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى
اَلنَّبِيِّ r
فَقَالَ : " عَجِلَ هَذَا " ثُمَّ دَعَاهُ , فَقَالَ : " إِذَا
صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ,
ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى اَلنَّبِيِّ r ثُمَّ يَدْعُو بِمَا شَاءَ - رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَالثَّلَاثَةُ ,
وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ , وَابْنُ حِبَّانَ , وَالْحَاكِمُ .
336. Dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar
seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya, namun ia tidak memuji Allah dan tidak
bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, “Orang ini tergesa-gesa,” lalu Beliau memanggilnya,
dan bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu shalat maka mulailah dengan
memuji Tuhannya dan menyanjung-Nya, lalu hendaknya ia bershalawat kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berdoa sesuai keinginannya.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan tiga Imam Ahli Hadits, serta dishahihkan oleh
Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim)[lviii]
337- وَعَنْ أَبِي
مَسْعُودٍ اَلْأَنْصَارِيِّ t قَالَ : , قَالَ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ: يَا رَسُولَ
اَللَّهِ ! أَمَرَنَا اَللَّهُ أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ , فَكَيْفَ نُصَلِّي
عَلَيْكَ ? فَسَكَتَ , ثُمَّ قَالَ : " قُولُوا : اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ , وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ,
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ , وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ , كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ فِي اَلْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ . وَالسَّلَامُ كَمَا
عَلَّمْتُكُمْ - رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَزَادَ اِبْنُ خُزَيْمَةَ
فِيهِ : , فَكَيْفَ
نُصَلِّي عَلَيْكَ , إِذَا نَحْنُ صَلَّيْنَا عَلَيْكَ فِي صَلَاتِنَا -
337. Dari Abu Mas’ud Al Anshariy
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Basyir bin Saad pernah berkata, “Wahai
Rasulullah, Allah menyuruh kami bershalawat kepadamu, maka bagaimanakah cara
kami bershalawat? Maka Beliau diam, kemudian bersabda, “Ucapkanlan, Allahumma…(artinya:
Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad, juga kepada keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau telah berikan shalawat kepada Ibrahim, dan berikanlah
keberkahan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau
telah berikan keberkahan kepada Ibrahim di alam semesta, karena sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia) Dan ucapkan salam sebagaimana yang telah
aku ajarkan.” (Diriwayatkan oleh Muslim, Ibnu Khuzaimah menambahkan, “Maka
bagaimanakah cara kami bershalawat kepadamu, apabila kami hendak mengucapkan
shalawat kepadamu dalam shalat kami?”)[lix]
338- وَعَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ t
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ
بِاَللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ , يَقُولُ : اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
عَذَابِ جَهَنَّمَ , وَمِنْ عَذَابِ اَلْقَبْرِ , وَمِنْ فِتْنَةِ اَلْمَحْيَا
وَالْمَمَاتِ , وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ اَلْمَسِيحِ اَلدَّجَّالِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ . وَفِي رِوَايَةٍ
لِمُسْلِمٍ : , إِذَا فَرَغَ
أَحَدُكُمْ مِنْ اَلتَّشَهُّدِ اَلْأَخِيرِ -
338. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu tasyahhud, maka hendaknya ia
berlindung kepada Allah dari empat hal, yaitu ia mengucapkan, Allahumma…dst. (“Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab jahannam, dari azab
kubur, dari cobaan hidup dan mati dan dari fitnah Al Masih Ad Dajjal.”
(Muttafaq ‘alaih, sedangkan dalam sebuah riwayat Muslim (dengan lafaz),
“Apabila salah seorang di antara kamu selesai dari tasyahhud akhir”)[lx]
339- وَعَنْ أَبِي بَكْرٍ اَلصِّدِّيقِ t , أَنَّهُ قَالَ
لِرَسُولِ اَللَّهِ r عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي
صَلَاتِي . قَالَ قُلْ : " اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا
كَثِيرًا , وَلَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ , فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً
مِنْ عِنْدِكَ , وَارْحَمْنِي , إِنَّكَ أَنْتَ اَلْغَفُورُ اَلرَّحِيمُ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
339. Dari Abu bakar Ash Shiddiq
radhiyallahu 'anhu, bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, “Ajarkanlah aku sebuah doa yang akan aku baca dalam shalat,
Beliau bersabda, “Ucapkanlah, “Ya Allah, sesungguhnya aku telah menganiaya
diriku dengan penganiayaan yang banyak, dan tidak ada yang mengampuni dosa
selain Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah
aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Muttafaq ‘alaih)[lxi]
340- وَعَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ t
قَالَ : , صَلَّيْتُ مَعَ
اَلنَّبِيِّ r
فَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ : " اَلسَّلَام عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اَللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ " وَعَنْ شِمَالِهِ : " اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اَللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ -
رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ .
335.
Dari Wa’il bin Hujr adhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi shalllahu ‘alaihi wa sallam,
Beliau mengucapkan salam ke kanannya “As Salaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa
barakaatuh” dan ke kirinya, “As
Salaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh” (Diriwayatkan oleh Abu
Dawud dengan isnad yang shahih)[lxii]
341- وَعَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةٍ t
أَنَّ اَلنَّبِيَّ r , كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةِ
مَكْتُوبَةٍ : " لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ,
لَهُ اَلْمُلْكُ , وَلَهُ اَلْحَمْدُ , وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ,
اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ , وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ ,
وَلَا يَنْفَعُ ذَا اَلْجَدِّ مِنْكَ اَلْجَدُّ -
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
341. Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu
‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan di akhir setiap
shalat fardhu’, "Laailaahaillallah…dst. (artinya: “Tidak ada Tuhan
yang berhak disembah selain Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya
kerajaan dan untuk-Nya segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya
Allah, tidak ada yang dapat menghalangi pemberian-Mu dan tidak ada yang dapat
memberi apabila Engkau menghalangi serta tidak akan bermanfaat kepada orang yang
kaya akan kekayaannnya dari azab-Mu.” (Muttafaq ‘alaih)[lxiii]
342- وَعَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ t
قَالَ : , إِنَّ رَسُولَ
اَللَّهِ r
كَانَ يَتَعَوَّذُ بِهِنَّ دُبُرَ اَلصَّلَاةِ : " اَللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنْ اَلْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ اَلْجُبْنِ , وَأَعُوذُ بِكَ
مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ اَلْعُمُرِ , وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ
اَلدُّنْيَا , وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ اَلْقَبْرِ -
رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ .
342. Dari Saad bin Abi Waqqash radhiyallahu
‘anhu, bahwa Rasululah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa berlindung dari
beberapa hal di akhir setiap shalat, yaitu dengan mengucapkan, "Allahumma…dst.
(artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat bakhil,
aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, aku berlindung kepada-Mu dari
kembali kepada umur yang hina, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan
aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur. (Diriwayatkan oleh Bukhari)[lxiv]
343- وَعَنْ ثَوْبَانَ t
قَالَ : , كَانَ رَسُولُ
اَللَّهِ r
إِذَا اِنْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اِسْتَغْفَرَ اَللَّهَ ثَلَاثًا , وَقَالَ :
" اَللَّهُمَّ أَنْتَ اَلسَّلَامُ وَمِنْكَ اَلسَّلَامُ . تَبَارَكْتَ يَا
ذَا اَلْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ -
رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
343. Dari Tsauban radhiyallahu anhu ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah selesai shalat
beristighfar 3X, lalu mengucap, "Allahumma…dst. (artinya: Ya Allah,
Engkau Maha Penyelamat, dari-Mulah keselamatan, Mahasuci Engkau wahai yang memiliki
keagungan dan kemuliaan) (Diriwayatkan oleh Muslim)[lxv]
344- وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ t
عَنْ رَسُولِ اَللَّهِ r قَالَ : , مَنْ سَبَّحَ اَللَّهَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ , وَحَمِدَ اَللَّهِ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ , وَكَبَّرَ
اَللَّهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ , فَتِلْكَ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ , وَقَالَ تَمَامَ
اَلْمِائَةِ : لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ , لَهُ
اَلْمُلْكُ , وَلَهُ اَلْحَمْدُ , وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ , غُفِرَتْ
لَهُ خَطَايَاهُ , وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ اَلْبَحْرِ -
رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَفِي رِوَايَةٍ أُخْرَى : أَنَّ اَلتَّكْبِيرَ أَرْبَعٌ
وَثَلَاثُونَ.
344. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Barang siapa
yang mentasbihkan Allah (mengucapkan Subhaanallah) di akhir setiap shalat 33X,
mentahmidkan Allah (mengucapkan alhamdulillah) 33X dan mentakbirkan Allah (mengucapkan Allahu akbar)
33X sehingga menjadi sembilan puluh sembilan kali serta disempurnakan menjadi
100 X dengan mengucapkan, Laailaaha
illallah…dst. (artinya: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah
saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya kerajaan dan untuk-Nya segala pujian,
dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu”), maka dosa-dosanya akan diampuni
meskipun sebanyak buih di lautan.“ (Diriwayatkan oleh Muslim[lxvi],
sedangkan dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan "Bahwa takbir sebanyak
34 X")
345- وَعَنْ
مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ t , أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ r
قَالَ لَهُ : " أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ : لَا تَدَعَنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
أَنْ تَقُولُ : اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ
عِبَادَتِكَ - رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ , وَالنَّسَائِيُّ
بِسَنَدٍ قَوِيٍّ .
345. Dari Mu’adz bin jabal, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Aku wasiatkan
kepadamu wahai Mu’adz, "Jangan sekali-kali kamu tinggalkan mengucapkan di
akhir setiap shalat, Allahumma…dst. (artinya: “Ya Allah, Bantulah aku
untuk mengingat-Mu, mensyukuri-Mu dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu.“
(Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Nasa’i dengan sanad yang kuat)[lxvii]
346- وَعَنْ أَبِي أُمَامَةَ t
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , مَنْ قَرَأَ آيَةَ اَلْكُرْسِيِّ دُبُرَ
كُلِّ صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ اَلْجَنَّةِ إِلَّا
اَلْمَوْتُ - رَوَاهُ النَّسَائِيُّ , وَصَحَّحَهُ اِبْنُ
حِبَّانَ . وَزَادَ فِيهِ اَلطَّبَرَانِيُّ : , وَقُلْ هُوَ اَللَّهُ أَحَدٌ -
346. Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang
membaca ayat kursi di akhir setiap shalat fardhu, maka tidak ada yang
menghalangi dia masuk surga selain maut.” (Diriwayatkan oleh Nasa’i, dan
dishahihkan oleh Ibnu Hibban, sedangkan Thabrani menambahkan, “Dan “Qulhuwallahu
ahad”)[lxviii]
347- وَعَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ t
قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ r , صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي - رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ .
347. Dari Malik bin Al Huwairits
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasululullah shalllallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.” (Diriwayatkan
oleh Bukhari)[lxix]
348-]وَعَنْ عِمْرَانَ
بْنِ حُصَيْنٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : , قَالَ لِيَ اَلنَّبِيُّ r " صَلِّ قَائِمًا , فَإِنْ لَمْ
تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا , فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ وَاِلاَّ فَأَوْمِ- رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ .
348. Dari Imran bin Hushshain radhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku,
“Shalatlah sambil berdiri, apabila tidak mampu, maka sambil duduk, dan sapabila
tidak mampu, maka shalatlah sambil berbaring. Jika tidak mampu juga maka
berisyaratlah.” (Diriwayatkan oleh Bukhari)[lxx]
349- وَعَنْ جَابِرٍ t , أَنَّ
اَلنَّبِيَّ r
قَالَ لِمَرِيضٍ - صَلَّى عَلَى وِسَادَةٍ , فَرَمَى بِهَا - وَقَالَ : "
صَلِّ عَلَى اَلْأَرْضِ إِنْ اِسْتَطَعْتَ , وَإِلَّا فَأَوْمِئْ إِيمَاءً ,
وَاجْعَلْ سُجُودَكَ أَخْفَضَ مِنْ رُكُوعِكَ -
رَوَاهُ اَلْبَيْهَقِيُّ بِسَنَدٍ قَوِيٍّ وَلَكِنْ صَحَّحَ أَبُو حَاتِمٍ
وَقْفَهُ .
349. Dari Jabir
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda
kepada orang yang sakit yang shalat di atas bantal, dimana Beliau kemudian melempar
bantal itu dan bersabda, “Shalatlah di atas tanah apabila kamu sanggup, apabila
tidak, maka berisyaratlah dengan benar-benar isyarat, jadikanlah sujudmu lebih
rendah dari rukumu.” (Diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang kuat, namun
Abu Hatim menshahihkan kemauqufannya)[lxxi]
Bersambung….
Wa
shallallahu 'alaa Nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Alih Bahasa:
Marwan bin Musa
[i] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (6251) dalam Al Isti’dzaan, Muslim (397) dalam
Ash Shalaah, Abu Dawud (856) dalam Ash Shalaah, Tirmidzi (303)
dalam Abwaabush shalaah, Nasa’i (884), Ibnu Majah (1060) dalam Iqaamatush
shalaah was sunnah fiihaa, Ahmad (9352). Tirmidzi mengatakan, “Hadits hasan
shahih”, hadits ini dikenal oleh ulama dengan hadits orang yang shalatnya keliru,
akan datang nanti.
Sumair Az Zuhairiy mengatakan, “Hadits ini
memiliki jalur-jalur dan beberapa lafaz yang telah saya sebutkan secara rinci
di asalnya, khususnya tentang penisbatan Al Hafizh bahwa lafaz tersebut adalah
lafaz Bukhari, padahal tidak demikian, karena ada sedikit perbedaan.” –TSZ-.
Sedangkan riwayat Ibnu Majah menurut Sumair
Az Zuhairiy adalah sesuai syarat Bukhari dan Muslim.
[ii] Yang dimaksud
adalah kata-kata “ثم ارفع حتى تطمئن قائما” Sumair mengatakan, “Hadits tersebut ada
di riwayat Ahmad (4/340) dengan sanad shahih, adapun penisbatannya kepada Ibnu
Hibban saya kira keliru.” –TSZ-.
[iii] Shahih,
riwayat ini ada di Ahmad (4/340), Ibnu Hibban (1787), keduanya menambahkan “إلى مفاصلها”
(sampai ke persendiannya) –TSZ-.
Ahmad Syaakir mengatakan, “Isnadnya
shahih.”
[iv] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (858) dan Nasa’i (2/226), dalam riwayat Nasa’i
menggunakan “لم”, dan dalam Abu Dawud menggunakan “لا”, sedangkan ‘dalam sebuah riwayat’
yakni di riwayat Abu Dawud (861). Hadits ini juga sama dishahihkan oleh Sumar
Az Zuhairiy –TSZ-.
[v] Hasan, diriwayatkan oleh
Abu Dawud (859) dalam Ash Shalaah, dihasankan oleh Al Albani dengan
lafaz "بأم القران" dalam Shahih Abu Dawud (859), (diriwayatkan juga oleh)
Thabrani (4520) dan Abdurrazzaaq (3739).
[vi] Hasan, diriwayatkan oleh
Ibnu Hibban (484) dan lihat hadits sebelumnya.
[vii] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (828) dalam Al Adzaan.
[viii] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (771), lafaz
lengkapnya adalah sbb,
عَنْ
عَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ
كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ قَالَ « وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى
فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ
صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ
الْمَلِكُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ . أَنْتَ رَبِّى وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ
نَفْسِى وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِى فَاغْفِرْ لِى ذُنُوبِى جَمِيعًا إِنَّهُ لاَ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ وَاهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى
لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى
سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى
يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ
وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ » . وَإِذَا رَكَعَ قَالَ «
اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ خَشَعَ لَكَ سَمْعِى
وَبَصَرِى وَمُخِّى وَعَظْمِى وَعَصَبِى » . وَإِذَا رَفَعَ قَالَ « اللَّهُمَّ
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الأَرْضِ وَمِلْءَ مَا
بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَىْءٍ بَعْدُ » . وَإِذَا سَجَدَ قَالَ «
اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِى
لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ » . ثُمَّ يَكُونُ مِنْ آخِرِ مَا يَقُولُ بَيْنَ
التَّشَهُّدِ وَالتَّسْلِيمِ « اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى مَا قَدَّمْتُ وَمَا
أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ
أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ أَنْتَ » .
Dari Ali bin Abi Thalib dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Beliau apabila berdiri untuk shalat
mengucapkan (doa istiftah), " Wajjahtu…(artinya: Aku menghadapkan
wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan sikap yang
lurus lagi sebagai muslim, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku adalah untuk Allah
Tuhan semesta alam. Begitulah yang diperintahkan kepadaku dan aku termasuk
orang-orang Islam. Ya Allah Engkau adalah Raja, tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Engkau. Engkau adalah Tuhanku, aku hamba-Mu, aku telah
menganiaya diriku, aku akui dosaku, karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya,
sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau,
tunjukilah aku ke arah akhlak yang mulia, tidak ada yang dapat menunjukinya
selain Engkau, hindarkanlah yang buruk daripadanya, tidak ada yang dapat
menghindarkan aku dari keburukannya selain Engkau. Aku sambut panggilan-Mu,
semua kebaikan di kedua Tangan-Mu, keburukan tidaklah kembali kepadaMu, aku
dapat melakukan ketaatan dengan pertolongan-Mu ya Allah, dan hanya kepada-Mu.
Mahasuci dan Mahatinggi Engkau, aku meminta ampun dan bertaubat kepada-Mu”). Apabila
ruku', Beliau mengucapkan, "Alllahumma laka…dst.” (artinya, “Ya Allah kepada-Mu aku ruku’, kepada-Mu aku
beriman, kepada-Mu aku menyerahkan diri, Engkau Tuhanku. Pendengaranku,
penglihatanku, otakku, tulangku dan syarafku khusyu' menghadap kepada-Mu")
dan jika bangun (dari ruku'), Beliau mengucapkan, "Allahumma rabbanaa…dst.”
(artinya, “Ya Allah, Tuhan kami untuk-Mu segala puji sepenuh langit dan bumi,
sepenuh antara keduanya dan sepenuh yang Engkau kehendaki setelah itu"). Ketika
sujud Beliau mengucapkan, "Allahumma laka sajadtu…dst. (artinya,
"“Ya Allah, kepada-Mu aku sujud, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku
menyerahkan diri, wajahku sujud kepada Tuhan yang menciptakannya serta
membentuknya dengan sebaik-baik bentuk juga yang membelah pendengaran dan
penglihatannya. Sungguh Mahasuci Allah Pencipta yang paling baik.”) kemudian
akhir yang Beliau ucapkan antara tasyahhud dan salam (doa sebelum salam)
adalah, "Allahummaghfirlii…(artinya, “Ya Allah, ampunilah dosa yang
telah aku lakukan dan yang akan aku lakukan, yang aku sembunyikan maupun yang
aku tampakkan, juga sikap berlebihanku dan yang Engkau ketahui, Engkau yang
memajukan dan mengakhirkan, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain
Engkau”)."
Sedangkan pernyataan Al Haafizh, "Dan
dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan olehnya “Sesungguhnya hal itu dilakukan
dalam shalat malam" menurut Sumair Az Zuhairiy adalah bahwa ini adalah
wahm (perkiraan keliru) Al Hafizh rahimahullah, karena riwayat ini tidak
ada dalam Muslim, sebagian orang sekarang berpegang dengan katra-kata Al
Haafizh ini sehingga mereka memfatwakan bahwa do'a ini khusus untuk shalat
sunah malam saja, ini adalah keliru, bahkan Abu Dawud Meriwayatkan hadits
tersebut dengan menyebutkan " كان إذا قام إلى الصلاة المكتوبة " (Beliau apabila berdiri shalat
fardhu), hadits tersebut juga ada dalam Ibnu Hibban (1771) dan yang
lainnya" –TSZ-.
[ix] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (744) dalam Al Adzaan, Muslim (598) dalam Al Masaajid wa
mawaadhi'ush shalaah.
[x] Shahih, diriwayatkan oleh
Muslim (2/12) dari jalan 'Abdah ,
أن
عمر بن الخطاب كان يجهر بهؤلاء الكلمات يقول : سبحانك اللهم....فذكره
"Bahwa
Umar bin Al Khaththab membaca dengan suara keras kata-kata ini, Subhaanakallahumma"…dst.
Al Albani mengatakan, "Ini adalah
munqathi', Nawawiy dalam Syarh Muslim
(1/172-cet. Al Hind) berkata, "Abu 'Ali An Nasaa'iy berkata:
"Beginilah tertulis "Dari 'Abdah bahwa Umar", ini adalah mursal,
yakni bahwa 'Abdah bin Abi Lubabah tidak mendengar dari Umar."
Al Albani berkata, "Namun telah shahih
yang maushulnya, Ibnu Abi Syaibah Meriwayatkan dalam Al Mushannaf
(1/92/1), Thahawi (1/117), Daruqutni (hal. 113), Hakim (1/235), Baihaqi
(2/34-35) dari beberapa jalan dari Al Aswad bin Yazid ia berkata,
سمعت
عمر افتتح الصلاة وكبر فقال سبحانك...
“Aku
mendengar Umar ketika memulai shalat dan bertakbir, mengucapkan, “Subhaanaka….dst.”
Lafaz tersebut adalah lafaz Ibnu Abi
Syaibah, ia menambahkan, “ثم يتعوذ”. Isnadnya adalah shahih, dishahihkan oleh
Hakim dan Adz Dzahabiy, juga Daruqutni. [Al Irwaa’ (340)].
[xi] Shahih,
diriwayatkan oleh Abu Dawud (775), Nasa’i (1/143), Tirmidzi (242), Darimiy
(1/282), Ibnu Majah (804), Thahawi (1/116), Daruqutni (112), Baihaqi (2/34-35),
Ahmad (3/50), Ibnu Abi Syaibah dari beberapa jalan dari Ja’far bin Sulaiman Adh
Dhab’iy dari Ali bin Ali Ar Rifaa’iy dari Abul Mutawakkil An Naajiy dari Abu
Sa’id Al Khudriy. [lihat Al Irwaa’ (2/51)], dan dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahih Abu Dawud .
[xii] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (2/54), Abu Uwaanah (2/94, 164, 189, 222) secara terpisah,
Abu Dawud (783), Baihaqi (2/15, 113, 172), Ahmad (6/31, 192), juga Thayalisiy
(1547), As Siraaj (40/2) dari Budail bin Maisarah dari bapaknya dari Abul
Jauzaa’ dari Aisyah radhiyallahu 'anha. Al Albani, “Isnad ini zhahirnya shahih,
oleh karena itu Muslim dan Abu Uwanah meriwayatkannya dalam kedua kitab
shahihnya, akan tetapi hadits tersebut ma’lul (bercacat), Al Haafizh Ibnu Abdil
Bar berkata dalam Al Inshaaf fiimaa bainal ‘ulamaa minal ikhtilaaf (hal.
9), “Para perawi isnad hadits ini semuanya tsiqah hanyasaja mereka (para imam
ahli hadits) mengatakan, “Sesungguhnya Abul Jauzaa’ tidak diketahui
mendengarnya dari Aisyah, dan haditsnya dari Aisyah adalah mursal. Hal tersebut
telah diisyaratkan Bukhari dalam tarjamah (biografi) Abul Jauzaa’ –namanya Aus
bin Abdillah- ia katakan, “Tentangnya perlu diteliti”. Al Haafizh telah
mencacatkan hadits ini karena terputus, dan lebih menguatkan lagi tentang
terputusnya adalah yang disebutkan dalam At Tahdzib, “Bahwa Ja’far Al Faryaabiy
berkata dalam Kitabush Shalaah, “Telah menceritakan kepada kami Muzaahim bin
Sa’id, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubaarak, telah menceritakan kepada
kami Ibrahim bin Thuhman, telah menceritakan kepada kami Budail Al ‘Uqailiy
dari Abul Jauzaa’ ia berkata, “Dikirim seorang utusan kepada Aisyah untuk
bertanya kepadanya…dst.” Al Albani mengatakan, “Maka kembalilah hadits ini dari
seorang yang majhul yaitu perantara antara Abul Jauzaa’ dan Aisyah, akan tetapi
hadits ini shahih insya Allah Ta’ala, karena kalimat pertama hadits tersebut
memiliki jalan lain dalam riwayat Baihaqi, sedangkan seluruhnya ada syahid yang
banyak dalam beberapa hadits yang banyak, kalau disebutkan bisa memperpanjang
pembicaraan, dan telah saya sebutkan dalam Shahih Abu Dawud (752).”
[lihat Al Irwaa’].
[xiii] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (735) dalam Al Adzaan, Muslim (390) dalam Ash
Shalaah dan Nasa’i (1056) dari Ibnu Umar.
[xiv] Shahih, diriwayatkan oleh
Abu Dawud (730) bab Iftitaahush shalaah, dalam Shahih Abu Dawud
no. (729).
[xv] Shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (391) dalam Ash Shalaah bab Istihbaab raf’il
yadain.
[xvi] Isnadnya dha’’if,
karena Mu’ammil –yaitu Ibnu Isma’il- jelek hapalannya, akan tetapi hadits
tersebut shahih datang dari beberapa jalan yang lain yang semakna,
tentang menaruh di dada ada beberapa hadits yang menguatkannya –demikian
dikatakan oleh Syaikh Naashir Al Albani dalam At Ta’liq ‘alaa Shahih Ibni
Khuzaimah (1/243) hadits no. (479) .
Sumair Az Zuhairiy mengatakan tentang
hadits tersebut, “Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (479), hadits
tersebut meskipun dengan sanad yang dha’if, namun memiliki beberapa syahid yang
menguatkannya, syahid-syahid tersebut disebutkan dalam asalnya, dan lihatlah
mukaddimah “Sifatush shalah” karya guru kami (yakni Syaikh Al Albani)
–Hafizhahullah- cet. Al Ma’aarif di Riyadh” –TSZ-.
[xvii] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (756) dalam Al Adzaan, Muslim (394) dalam Ash
Shalaah, Abu Dawud (822), Nasa’i (910) dan Tirmidzi (247) dalam Ash Salaah.
[xviii] Shahih, diriwayatkan oleh Daruquthni (1/321-322)
dari hadits Ubadah, Daruquthni mengatakan, "Isnad ini shahih", adapun
riwayat Ibnu Hibban (1789) melalui jalan Abdurrahman bin Ya'qub maula Al Hirqah
dari Abu Hurairah, dan ada tambahannya yaitu kata-kata Abdurrahman kepada Abu
Hurairah,
قلت:
وإن كنت خلف الإمام ؟ قال : فأخذ بيدي، وقال : اقرأ في نفسك
Akupun berkata, "Lalu jika aku berada
di belakang imam bagaimana?" Maka ia memegang tanganku dan berkata,
"Bacalah dalam dirimu." –TSZ-.
[xix] Hasan, diriwayatkan oleh Ahmad (5/321-322), Abu
Dawud (823), Tirmidzi (311), Ibnu Hibban (1785), Tirmidzi mengatakan,
"Hadits hasan" –TSZ-
Hadits tersebut dinyatakan hasan oleh
Sumair Az Zuhairiy, namun Al Albani mendha'ifkan hadits tersebut dalam Dha'if
Abi Dawud (823), juga didha'ifkan oleh Bukhari dalam Juz'-nya, tetapi
hadits tersebut disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shifatush Shalaah.
[xx] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (743) dalam Al Adzan, Muslim (399) dalam Ash Shalaah,
dalam Shahih Ibnu Khuzaimah (1/248) no. (491, 492) dan isnadnya shahih, Nasa'i
(902) dalam Al Iftitah dan Ibnu Majah (813). [lihat Ash Shahiihah (316)]
.
[xxi] Tambahan ini adalah tambahan yang shahih,
dalam TSZ disebutkan riwayat lengkapnya, karena berbeda dengan siyaq (susunan
lafaz) Bukhari,
قال
أنس بن مالك : "صليت خلف النبي -صلى الله عليه وسلم- وأبي بكر ، وعمر ،
وعثمان فكانوا يستفتحون بالحمد لله رب العالمين . لا يذكرون : بسم الله الرحمن
الرحيم . في أول قراءة ولا في آخرها"
Anas bin Malik berkata, “Aku pernah shalat
di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakr, Umar dan Utsman,
mereka memulai (shalat) dengan "Al Hamdulillahi Rabbil 'aalamiin",
tidak menyebutkan "Bismillaahir rahmaanir rahiim" baik di awal bacaan
maupun di akhirnya."
Dan dalam sebuah riwayat disebutkan,
فلم
أسمع أحدا منهم يقرأ : بسم الله الرحمن الرحيم
"Aku
tidak mendengar salah seorang di antara mereka membaca, "Bismillaahir
rahmaanir rahiim"
Sumair Az Zuhairiy berkata, "Sebagian
orang menganggap cacat tambahan ini dengan alasan yang tidak berpengaruh
apa-apa." –TSZ-.
Dalam TCDA (Takhrij Cetakan Darul Aqidah) disebutkan,
"Isnadnya shahih, diriwayatkan oleh Muslim (399) bab Hujjah man
qaala laa yajharu bil basmalah, dan Ahmad (12924) dari Anas.
[xxii] Isnadnya
shahih,
diriwayatkan oleh Nasa'i (907) dalam Al Iftitah, Ahmad (13373), Shahih
Ibnu Khuzaimah [(1/250) no. (495)], Syaikh Al Albani berkata dalam Ta'liqnya
terhadap Shahih Ibni Khuzaimah, "Isnadnya shahih, adapun anggapan
cacat karena mudhtharib (goncang) maka tidak berpengaruh apa-apa, karena masih
mengkin untuk digabungkan antara bermacam-macam perbedaannya."
Al Hafizh juga menjawab anggapan 'illat
(cacat) dalam Al Fat-h (228).
[xxiii] Ibnu
Khuzaimah (498) dengan sanad yang dha'if;
أن
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- كان يسر ببسم الله الرحمن الرحيم في الصلاة ، وأبو
بكر ، وعمر .
"Bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca sir (pelan) "Bismillaahir
rahmaanir rahiim" dalam shalat, juga Abu Bakr dan Umar" –TSZ-.
[xxiv] Dha'if
isnadnya,
diriwayatkan oleh Nasa'i (905) dalam Al Iftitah, Ibnu Khuzaimah (dalam
shahihnya) [(1/251) no (499)] dan isnadnya shahih kalau bukan karena Ibnu
Abi Hilal telah bercampur hapalan [lihat Dha'if An Nasa'i (904), juga At
Ta'liq 'alaa Shahih Ibni Khuzaimah]. Ibnu Hibban juga Meriwayatkan dalam
Shahihnya, juga Hakim dalam Mustadrak (1/232) ia berkata, "Shahih
sesuai syarat Bukhari-Muslim, namun keduanya tidak menyebutkan", juga
diriwayatkan oleh Daruquthni dalam Sunannya, ia berkata, "Hadits
shahih, para perawinya semuanya tsiqah", juga diriwayatkan oleh Baihaqi
dalam Sunannya, ia berkata, "Isnadnya shahih, hadits tersebut memiliki
syahid." [lihat Nashbur Raayah (1/455)] .
Sumair Az Zuhairiy di TSZ menshahihkan
hadits ini.
[xxv] Diriwayatkan
oleh Daruquthni secara marfu' dan mauquf (2/312), lafaznya adalah,
إذا
قرأتم الحمد الله ، فاقرءوا بسم الله الرحمن الرحيم ، إنها أم القرآن ،وأم الكتاب
، والسبع المثاني ، وبسم الله الرحمن الرحيم إحداها
"Apabila
kalian membaca "Al Hamduillah" (Al Fatihah), maka bacalah "Bismillahir
rahmaanir rahiim", ia (Al Fatihah) adalah Ummul Qur'an (induk Al
Qur'an), Ummul Kitab, As Sab'ul Matsaniy (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan
" Bismillahir rahmaanir rahiim" salah satu ayatnya."
Dalam Al 'Ilal (8/149) Daruquthni
mengatakan tentang yang mauqufnya, "Ia (yang mauquf) lebih mirip dengan
yang benar" –TSZ-.
[xxvi] Shahih
dengan syahid-syahidnya, diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya
(462), Hakim dalam Al Mustadrak (1/223), ia katakan, "Shahih sesuai
syarat Bukhari-Muslim", dan disepakati oleh Adz Dzahabiy, Daruquthni
Meriwayatkan dalam Sunannya (1/335), ia katakan, "Isnadnya hasan", dalam
isnadnya terdapat Ishaq bin Ibrahim bin Al 'Alaa' Az Zabiidiy seorang yang
sering wahm (banyak persangkaan yang keliru) [Nashbur Raayah (1/496)].
Al Albani mengatakan, "Ini adalah
keanehan dari mereka semua, apalagi Adz Dzahabiy, dia sendiri memasukkan Ishaq
bin Ibrahim ini ke dalam Adh Dhu'afaa (orang-orang yang dha'if)."
Al Albani melanjutkan kata-katanya,
"Kemudian, hadits tersebut perawinya bukan perawi Bukhari-Muslim,
sebagaimana yang disangka oleh Adz Dzahabiy mengikuti Hakim, namun hadits
tersebut memiliki beberapa syahid yang menguatkannya di antaranya hadits Waa'il
bin Hujr –yakni no.305 di kitab ini-. [Ash Shahiihah (464)].
[xxvii] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (932),
Tirmidzi (248) dari Wa'il bin Hujr ia berkata:
كان
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذا قرأ (ولا الضالين) قال : " آمين"
ورفع بها صوته
"Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam apabila membaca "Waladh dhaalliin"
mengucapkan "Aamiin" dan mengangkat suaranya."
Lafaz itu adalah lafaz Abu Dawud, Tirmidzi
mengatakan, "Hadits hasan", Sumair Az Zuhairiy mengatakan,
"Bahkan shahih, hadits tersebut juga memiliki beberapa syahid yang
disebutkan di asalnya", Al Hafizh dalam At Talkhish (1/236)
mengatakan, "Sanadnya shahih" –TSZ-.
Hadits tersebut juga dinyatakan shahih oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahih Abi Dawud (923).
[xxviii] Hasan, diriwayatkan oleh Ahmad (4/353, 356), Abu
Dawud (832), Nasa'i (2/143), Ibnu Hibban (1808), Daruquthni (1/313), Hakim
(1/241) dari jalan Ibrahim As Saksaki dari Ibnu Abi Aufa, mereka semua
menambahkan selain Nasa'i dan Ibnu Hibban,
قال:
يا رسول الله ! هذا لله -عز وجل- فما لِيَ ؟ قال : قل اَللّهُمَّ ارْحَمْنِي
وَارْزُقْنِي ، وَعَافِنِي ، وَاهْدِنِيْ . فلما قام قال هكذا بيده . فقال
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- : أما هذا فقد ملأ يده من الخير
Ia lalu berkata: Wahai Rasulullah, ini
adalah untuk Allah –Azza wa Jalla-, lalu yang mana buat saya?" Beliau
menjawab, "Ucapkanlah "Allahummaghfirlii..dst (Ya, Allah, rahamatilah
aku, karuniakanlah rizki kepadaku, sehatkanlah aku dan tunjukkanlah ak,"
ketika orang itu bangkit, ia berisyarat begini dengan tangannya, maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang ini telah
memenuhi tangannya dengan kebaikan."
Sumair Az Zuhairiy mengatakan, "As
Saksakiy diperbincangkan, namun dia dimutaaba'ahkan (ada yang menguatkan dari
jalan yang sama)." –TSZ-.
Hadits tersebut juga dihasankan oleh Al
Albani, lihat Al Irwaa' (303).
[xxix] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (759) dalam Al Adzan, Muslim (451) dalam Ash Shalaah dan Nasa'i
(975).
[xxx] Shahih, diriwayatkan oleh
Muslim (452) dalam Ash Shalaah.
[xxxi] Shahih, diriwayatkan oleh
Nasa'i (982) dalam Al Iftitah dari Sulaiman bin Yasar dari Abu Hurairah,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih An Nasa'i (981) .
[xxxii] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (350) dalam Al
Jihad was Siyar, (765) dalam Al Adzan, Muslim (463) dalam Ash
Shalaah, lihat "Shifat Shalaatin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.”
[xxxiii] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (1068) dalam Al Jumu'ah, bab Maa yaqra'u fii shalaatil fajr
yaumal jumu'ah, Muslim (880) dalam Al Jumu'ah, lihat "Shifat
Shalaatin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam", Nasa'i (1/151), Ibnu
Majah (823), Darimiy (1/362), Baihaqi (3/201), Thayaalisiy (2379), Ahmad
(2/430, 472) dari Abu Hurairah. [Al Irwaa' (627)].
[xxxiv] Dha'if, diriwayatkan oleh
Thabrani dalam Ash Shagiir (986) dengan sanad yang dha'if, hadits ini
memiliki cacat lagi yang telah diterangkan oleh Abu Hatim dalam Al 'Ilal
(1/204/586) –TSZ-.
[xxxv] Shahih, diriwayatkan oleh
Abu Dawud (871), Nasa'i (3/225-226), Tirmidzi (262), Ibnu Majah (1351) dan
Ahmad (5/282), lafaz awalnya adalah,
صليت مع النبي -صلى
الله عليه وسلم- ، فكان يقول في ركوعه : سبحان ربي العظيم . وفي سجوده سبحان ربي
الأعلى ، وما مر آية رحمة . . . الحديث
"Aku
pernah shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dalam rukunya Beliau
membaca, "Subhaana Rabbiyal 'azhiim" seedangkan dalam sujudnya
Beliau membaca "Subhaana Rabbiyal a'laa.” Beliau tidaklah melewati
ayat yang isinya rahmat…dst."
Ibnu Majah menambahkan,
وإذا مر بآية فيها
تنزيه لله سبح
"Dan
apabila Beliau melewati ayat yang di sana terdapat mentasbihkan Allah, Beliau
bertasbih."
Adapun lafaz Nasa'i adalah,
قال حذيفة :
"صليت مع النبي -صلى الله عليه وسلم- ليلة فافتتح البقرة ، فقلت : يركع عند
المائة فمضى ، فقلت : يركع عند المائتين فمضى ، فقلت : يصلي بها في ركعة ، فمضى .
فافتتح النساء فقرأها ثم افتتح آل عمران ، فقرأها ، يقرأ مترسلا ، إذا مر بآية
فيها تسبيح سبح ، وإذا مَرَّ بسؤال سأل ، وإذا مر بتعوذ تعوذ ، ثم ركع ، فقال :
سبحان ربي العظيم ، وكان ركوعه نحوًا من قيامه ، ثم رفع رأسه ، فقال: سمع الله لمن
حمده ، فكان قيامه قريبا من ركوعه ، ثم سجد فجعل يقول : سبحان ربي الأعلى فكان
سجوده قريبا من ركوعه .
Hudzaifah berkata, "Pada suatu malam
aku shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau memulai dengan
surat Al Baqarah. Menurutku, Beliau akan ruku pada ayat ke-100, ternyata Beliau
melanjutkan, aku berkata (dalam hati), "Mungkin Beliau akan ruku' pada
ayat ke-200", ternyata Beliau melanjutkan, lalu kataku (dalam hati),
"Mungkin Beliau akan ruku' setelah menyelesaikannya", ternyata Beliau
melanjutkan, Beliau pun menyambung dengan surat An Nisaa', lalu dibaca selesai,
kemudian melanjutkan dengan Ali Imran lalu dibaca selesai juga, Beliau membaca
surat secara perlahan, ketika sampai pada ayat yang di sana terdapat tasbih
Beliau bertasbih, ketika sampai pada ayat yang di sana terdapat permintaan
Beliau meminta, dan ketika sampai pada ayat yang isinya butuh berlindung
darinya, maka Beliau berlindung, lalu Beliau ruku' dan mengucapkan "Subhaana
Rabbiyal 'azhiim" (Mahasuci Tuhanku Yang Maha Agung), ruku' Beliau
hampir sama dengan berdirinya, kemudian Beliau bangkit dari ruku' lalu
mengucapkan "Sami'allahu liman hamidah" (Allah Mendengar orang
yang memuji-Nya), ketika itu berdiri Beliau hampir sama dengan rukunya, lalu
sujud dan mengucapkan "Subhaana Rabbiyal a'laa" (Mahasuci
Tuhanku Yang Maha Tinggi), ketika itu sujud Beliau hampir sama dengan rukunya."
Sumair Az Zuhairiy mengatakan,
"Seperti lafaz Nasa'i Muslim meriwayatkan dalam shahihnya (772)"
–TSZ-.
[xxxvi] Shahih, diriwayatkan oleh
Muslim (479) dari jalan Abdullah bin Ma'bad dari Ibnu 'Abbas ia berkata,
كشف رسول الله -صلى
الله عليه وسلم- الستارة ، والناس صفوف خلف أبي بكر ، فقال : "أيها الناس !
إنه لم يبق من مبشرات النبوة إلا الرؤيا الصالحة يراها المسلم ، أو تُرَى له ، ألا
وإني . . . الحديث
"Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam membuka tabir, ketika itu orang-orang bershaf-shaf
di belakang Abu Bakar, lalu Beliau bersabda, "Wahai manusia, sesungguhnya
tidak ada lagi kabar-kabar baik kenabian selain mimpi yang baik yang dilihat
dalam mimpi oleh seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya. Ingatlah,
sesungguhnya aku…dst. –TSZ-.
[xxxvii] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (817), Muslim (484), ia (Muslim) menambahkan " يتأول القرآن " (Beliau mentakwilkan Al Qur'an), Sumair Az Zuhairiy
mengatakan, "Yakni isyarat terhadap firman Allah Ta'ala " فسبح بحمد ربك
واستغفره إنه كان توبا "
sebagaimana dalam riwayat Muslim –TSZ-.
[xxxviii] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (803) dalam Al Adzan, Muslim (392) dalam Ash Shalaah.
[xxxix] Shahih, diriwayatkan oleh
Muslim (477) -TSZ-.
[xl] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (812), Muslim (490) (230), keduanya menambahkan,
ولا
نَكْفُتْ الثيابَ ولا الشعر
"Dan
kami tidak menarik lengan baju dan menyibak rambut" –TSZ-.
[xli] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (390) dalam Al Adzaan, Muslim (495) dalam Ash Shalaah .
[xlii] Shahih, diriwayatkan oleh
Muslim (494) dalam Ash Shalaah, Ahmad (18022, 18125) .
[xliii] Shahih, diriwayatkan oleh
Hakim (1/224) namun hanya meriwayatkan bagian yang pertamanya saja, sedangkan
bagian kedua diriwayatkannya (1/227), ia katakan dalam kedua tempat itu,
"Shahih sesuai syarat Muslim" –TSZ-.
[xliv] Shahih, diriwayatkan oleh
Nasa'I (3/224), Ibnu Khuzaimah (1238), Nasa'i mencacatkannya dengan mengatakan,
"Aku tidak mengetahui adanya seorang yang meriwayatkan hadits ini selain
Abu Dawud Al Hafriy, dia adalah orang tsiqah, saya kira hadits ini keliru
–Wallahu a'lam-", Sumair Az Zuhairiy mengomentarinya dengan mengatakan,
"Nasa'i tidak lain hanya mengira, dan perkiraan itu tidak bisa membuahkan
kebenaran, sehingga hadits ini tetap shahih sampai yakin cacatnya –Wallahu
a'lam-, dan cara bersila adalah menjadikan bagian bawah kaki kanan di bawah
paha kiri, dan menjadikan bagian bawah kaki kiri di bawah paha kanan lalu
menaruh kedua telapak tangan di atas kedua lutut" –TSZ-.
Syaikh Al Albani dalam ta'liq(komentar)nya
terhadap Shahih Ibnu Khuzaimah mengatakan tentang hadits ini,
"Isnadnya shahih sebagaimana yang dikatakan Hakim dan Adz Dzahabiy,
menyalahkan orang yang tsiqah dengan perkiraan adalah tidak boleh."
[xlv] Hasan, diriwayatkan oleh
Abu Dawud (850) hanyasaja di sana didahulukan "عافني" sebelum "اهدني", dan
dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Abi Dawud (850), diriwayatkan juga oleh
Tirmidzi (284) dalam Abwaabush shalaah, Ibnu Majah (898) dalam Iqaamatush
shalaah, Hakim dalam Al Mustadrak (1/262) dan dishahihkannya serta
disepakati oleh Adz Dzahabiy. [Lihat Shifat Shalatin Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam hal. 153).
[xlvi] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (823) dalam Al Adzan, Tirmidzi (287) dalam Ash Shalaah bab Maa
jaa'a kaifat tahawwudh min sujuud, Nasa'i (1152) dalam At Tathbiiq,
lihat Shifatush Shalaah karya Al Albani (136).
Faedah: Al 'Allaamah Al Albani berkata
dalam Irwaa'ul Ghalil (2/83), "Duduk yang disebutkan dalam kedua
hadits yang shahih ini dikenal oleh para ahli fiqih dengan nama duduk
istirahat, Imam Syafi'i berpendapat disyari'atkannya hal itu, juga dari Ahmad
sama seperti itu sebagaimana dalam Tahqiq Ibnul Jauziy (111/1), adapun
mengatakan tentang Sunnah ini bahwa itu Beliau lakukan hanya karena diperlukan
saja, dan bukan termasuk ibadah, oleh karena itu tidak disyariatkan sebagaimana
yang dikatakan oleh ulama madzhab Hanafi, maka itu adalah hal yang batil
sebagaimana yang saya terangkan dalam At Ta'liiqaat Al Jiyaad 'alaa Zaadil
Ma'aad dan lainnya, cukuplah alasan tentang batilnya hal itu bahwa sepuluh
orang sahabat berkumpul bersama menyatakan bahwa itu termasuk shalat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, kalau seandainya mereka mengetahui bahwa Beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan hal itu hanya ketika dibutuhkan, tentu
tidak boleh bagi mereka memasukkan ke dalam sifat shalat Beliau shallallahu
'alaihi wa sallam. Hal ini sangat jelas, tidak samar –Wal hamdu lillah-" .
Al Hafizh dalam Al Fat-h (2/302)
mengatakan, "Dalam hadits tersebut disyariatkan duduk istirahat, hal ini
dipegang oleh Syafi'i dan segolongan ahli hadits, sedangkan dari Ahmad ada dua
riwayat, Al Khallal menyebutkan bahwa Ahmad kembali rujuk berpegang
dengannya" –TSZ-.
[xlvii] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (3170), Muslim (677) dalam Al Masaajid wa Mawaadhi'ush shalaah,
juga diriwayatkan oleh Nasa'i (1078) dalam At Tathbiiq, bab Tarkul qunuut.
[xlviii] Munkar, diriwayatkan oleh
Abdurrazzaaq dalam Al Mushannaf (3/110/4969), Ibnu Abi Syaibah (2/312) –secara
ringkas-, Thahaawiy dalam Syarhul Ma'aaniy (1/143), Daruquthni hal. 178,
Hakim dalam Al Arba'in, juga darinya Baihaqi meriwayatkan (2/201),
Baghawiy dalam Syarhus Sunnah (3/123/639), Ibnul Jauziy dalam Al
Ilalul Waahiyah (1/444-445), Ahmad (3/162) dari jalan Abu Ja'far Ar Raaziy
dari Ar Rabii' bin Anas. [Adh Dha'iifah (1238)] .
[xlix] Isnadnya
shahih,
diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah no (320), lihat [Shahih Ibnu Khuzaimah dengan
ta'liq Al Albani] .
[l] Shahih, diriwayatkan oleh
Nasa'i (2/203), Tirmidzi (402), Ibnu Majah (1241), Ahmad (3/472, 6/394),
Tirmidzi mengatakan, "Hadits hasan shahih" –TSZ-.
diriwayatkan juga oleh Nasa'i (1078) dalam At
Tahbiq, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi (1241).
[li] Shahih, diriwayatkan oleh
Abu Dawud (1425), Nasa'i (3/248), Tirmidzi (464), Ibnu Majah (1178) dan Ahmad
(1/199, 200). Sedangkan tambahan Thabrani dan Baihaqi adalah tambahan
yang shahih, diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al Kabir (3/73/2701) dan
Baihaqi dalam Al Kubra (2/209). Sedangkan tambahan Nasa'i dari
jalan yang lain adalah dha'if, diriwayatkan oleh Nasa'i (3/248), ia
menambahkan, "Muhammad", sanadnya terputus sebagaimana ditegaskan
oleh Al Hafizh dalam At Talkhish –TSZ-.
[lii] Dha'if, diriwayatkan oleh
Al Faakihiy dalam haditsnya (jim 1/18/1-2), Baihaqi (2/210) dari jalan Abdul
Majiid –yakni Ibnu Abdil 'Aziz bin Abi Dawud- dari Ibnu Juraij, telah
mengabarkan kepadaku Abdurrahman bin Hurmuz dengan hadits tersebut. Abdul Majid
ini padanya ada kelemahan dari sisi hapalan, sedangkan Abdurrahman bin Hurmuz,
Al Hafiz berkata tentangnya dalam At Talkhish, "Dia perlu dikaji
keadaannya", atas dasar itu, maka qunut di shalat Subuh dengan doa ini
tidaklah sah menurutku [dikatakan demikian oleh Al Albani dalam Al Irwaa'
(2/174)] .
[liii] Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari dalam At
Taarikh (1/1/139), Abu Dawud (840), juga Ibnu Hazm darinya (4/128-129), Nasa'i
(1/149) no (1091) dalam Al Iftitah, Darimiy (1/303) no. (1321),
Thahaawiy (1/65-66) Musykilul Aatsar, juga dalam Asy Syarh (1/149),
Daruquthni (131), Baihaqi (2/99-100), Ahmad (2/381) semuanya melalui jalan
Abdul 'Aziz bin Muhammad Ad Darawardiy, ia mengatakan, "Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Al Hasan dari Abuz Zanaad dari Al A'raj
dari Abu Hurairah secara marfu'.
Al Albani berkata, "Ini adalah sanad
yang shahih, para perawinya semuanya tsiqah, yaitu para perawi Muslim selain
Muhammad bin Abdullah bin Al Hasan yang dikenal dengan An Nafsuz Zakiyyah Al
'Alawiy, ia adalah tsiqah sebagaimana kata Nasa'i dan lainnya, diriwayatkan
oleh Thahaawiy dalam Syarhul Ma'aaniy, Daruquthni (131), Hakim (1/226),
juga Baihaqi (2/100) dari Nafi' dari Ibnu Umar, Hakim mengatakan, "Shahih
sesuai syarat Muslim," dan disepakati oleh Adz Dzahabiy serta
dishahihkan oleh Al Albani, ia katakan, "Juga dishahihkan oleh Ibnu
Khuzaimah sebagaima dalam Bulughul Maram." [Al Irwaa' (357)] .
Syaahid yang diriwayatkan oleh Ibnu
Khuzaimah (627) lafaznya adalah,
عن
ابن عمر "أنه كان يضع يديه قبل ركبتيه ، وقال : كان رسول الله -صلى الله عليه
وسلم- يفعل ذلك" .
Dari Ibnu Umar, "Bahwa ia menaruh
kedua tangannya sebelum kedua lututnya, ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan demikian."
Sumair Az Zuhairiy menghasankan hadits ini,
ia mengattakan, "Hadits ini dianggap cacat dengan alasan yang tidak
berpengaruh apa-apa, telah dishahihkan oleh selain Ibnu Khuzaimah yaitu Hakim,
demikian juga dishahihkan oleh guru kami Al Albani –hafizhahullah-, sedangkan
yang mauqufnya diriwayatkan oleh Bukhari secara mu'allaq/tanpa sanad
(2/290/Fat-h).” –TSZ-
[liv] Dha'if, diriwayatkan oleh Abu Dawud
(838) dalam Ash Shalaah, Nasa'i (1/165) no. (1089) dalam Al Iftitah,
Ibnu Majah (882), Tirmidzi (268), Darimiy (1/303) no. (1320), Thahawiy (1/150),
Daruquthni (131-132), Hakim (1/226), juga Baihaqi (2/98) dari jalan Yazid bin
Harun, telah mengabarkan kepada kami Syuraik dari 'Ashim bin Kulaib dari
bapaknya dari Wa'il bin Hujr. Al Albani mengatakan, "Ini adalah sanad yang
dha'if, Daruquthni berkata, "Yazid menyendiri dalam meriwayatkan dari
Syuraik, dan tidak ada yang menceritakan hadits itu dari 'Ashim bin Kulaib
selain Syuraik, sedangkan Syuraik tidak kuat dalam hal menyendirinya." Al
Albani berkata, "Inilah yang hak (benar), hadits ini di samping dha'if,
juga menyelisihi hadits-hadits lain yang shahih. (Al Irwaa' [375]).
[lv] Shahih, diriwayatkan oleh
Muslim (580) (115), sedangkan riwayatnya yang lain di no. (116) –TSZ-.
[lvi] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (831), Muslim (402), Bukhari menambahkan dalam sebuah riwayat (6265),
وهو
بين ظهرانينا ، فلما قبض قلنا : السلام . يعني على النبي -صلى الله عليه وسلم-
"Ketika
itu Beliau di tengah-tengah kami. Saat Beliau wafat, kami mengucapkan "As
Salaamu –yakni 'alan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam- (tidak memakai 'alaika)."
Al Hafizh mengatakan, "Zhahirnya,
mereka (para sahabat) mengucapkan "As Salaamu 'alaika ayyuhan nabiyy"
dengan kaf tanda khithab (berbicara di hadapan) adalah ketika Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam hidup, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam wafat,
mereka tidak memakai khithab dan menggunakan lafaz ghaibah (ketidakhadirannya),
mereka langsung mengucapakan "As Salaamu 'alan nabiy." Sumair Az
Zuhairiy mengatakan, "Lihat Shifatus Shalah karangan guru kami
-hafizhahullah- hal (18-25) dan hal (161-162) –TSZ-.
Sedangkan riwayat Nasa'i dalam Al
Kubra (1/378/120) dengan sanad shahih –TSZ-.
Adapun riwayat Ahmad (3562) adalah dha'if,
dalam sanadnya ada keterputusan –TSZ-.
[lvii] Shahih, diriwayatkan oleh
Muslim (403) dalam Ash Shalaah, Tirmidzi (290) dalam Ash Shalaah, Abu
Dawud (974), Ibnu Majah (900), lihat Shifat Shalaatin Nabi karya Al
Albani .
[lviii] Shahih, diriwayatkan oleh
Ahmad (23419), Abu Dawud (1481) dalam Ash Shalaah, Tirmidzi (3477) dalam Ad
Da'awaat, Tirmidzi mengatakan, " Hadits hasan shahih", Ibnu
HIbban (3/208), Ibnu Khuzaimah (1/83/2), Hakim dan ia menshahihkannya (1/230)
serta disepakati oleh Adz Dzahabiy dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih
Abi Dawud. Al Albani mengatakan, "Ketahuilah, bahwa hadits ini
menunjukkan wajibnya bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di
tsyahhud ini karena adanya perintah, telah berpendapat wajibnya hal itu Imam
Syafi'i, Ahmad dalam akhir dari dua
riwayat darianya, dan telah didahului (berpendapat wajib) oleh para sahabat dan
lainnya, bahkan Al Ajuriy berkata dalam Asy Syarii'ah (hal. 415),
"Barangsiapa yang tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam dalam tasyahhud akhirnya, maka ia wajib mengulangi." (Lihat Shifat
Shalatin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karya Al Albani [hal. 182]).
[lix] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (405) dalam Ash
Shalah, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya no. (711), dan isnadnya hasan,
dishahihkan oleh Hakim. Juga diriwayatkan oleh Tirmidzi (3220), Nasa'i (1285)
dalam As Sahw, Ahmad (21847) dan Malik (398), lihat Shifat Shalaatin
Nabi karya Al Albani.
[lx]
Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (588), penisbatan
kepada Bukhari adalah wahm (perkiraan keliru) Al Hafizh, karena hadits tersebut
tidak ada di sana, yang ada di Bukhari hanyalah perbuatan Beliau shallallahu
'alaihi wa sallam, sedangkan di sini perintah Beliau, lafaznya dalam Bukhari
(1377) adalah,
كان
رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يدعو : اللهم إني أعوذ بك من عذاب القبر . ومن
عذاب النار . ومن فتنة المحيا والممات . ومن فتنة المسيح الدجال" .
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur,
dari azab neraka, dari cobaan hidup dan mati serta dari fitnah Al Masih Ad
Dajjal."
Riwayat ini dalam Muslim (588) (131),
inilah lafaz yang muttafaq 'alaih (diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim), bukan
seperti yang disebutkan oleh Al Hafizh –TSZ-.
Sedangkan dalam sebuah riwayat Muslim
(588) (130) –TSZ-,
[lxi] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (834), Muslim (2705) dalam Adz Dzikru wad du'aa wat Taubah wal Istighfaar.
[lxii] Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (997),
catatan: Disebutkan dalam cetakan Bulughul Maram tambahan "Wa
barakaatuh" ketika salam ke kiri, ini adalah kekeliruan yang buruk,
meskipun sebagian orang menganggap bahwa tambahan itu shahih –TSZ-.
[lxiii] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (844) dalam Al Adzaan, Muslim (593) dalam Al Masaajid wa
Mawaadhi'ush shalaah.
[lxiv] Shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari (6370) dalam Ad Da'awaat.
[lxv] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (591), dan ia
menambahkan,
قال
الوليد : فقلت للأوزاعي : كيف الاستغفار ؟ قال : تقول : استغفر الله . استغفر الله
Al Walid berkata: Aku bertanya kepada Al
Auzaa'iy, "Lalu bagaimanakah istighfar?" Ia menjawab, "Kamu
mengucapkan, "Astaghfirullah, Astaghfirullah." –TSZ-.
[lxvi] Shahih, diriwayatkan oleh Muslim (597), Ibnu
Majah (928) bab Maa yuqaalu ba'das salaam .
Sedangkan riwayat Muslim yang lain di (596)
dari riwayat Ka'ab bin 'Ujrah, bukan dari Abu Hurairah seperti yang disebutkan
dalam Subulus Salam –lihat TSZ-.
[lxvii] Shahih, diriwayatkan oleh
Ahmad dalam Al Musnad (23614), Abu Dawud (1522) dalam Ash Shalaah, Nasa'i
(1303) dalam As Sahw, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abi Dawud (1522)
.
[lxviii] Shahih,
diriwayatkan oleh Nasa’i dalam ‘Amalul yaumi wal lailah miliknya
(182/100) dari jalan Al Husain bin Basyar dari Muhammad bin Humair, dan Husain
ini adalah orang yang tsiqah. Diriwayatkan juga oleh Thabrani dalam Al
Mu’jamul Kabir (8/134/7532) dan Al Awsath (2/209/8234), Abu Nu’aim
dalam Akhbar Ashbahaan (1/354). Juga diriwayatkan oleh Thabrani dan Ibnu
Hibban, ia menshahihkannya sebagaimana dalam At Targhib (2/261), ia berkata,
“Diriwayatkan oleh Nasa’i dan Thabrani dengan beberapa sanad yang salah satunya
shahih…Thabrani menambahkan pada sebagian jalur-jalurnya “Dan Qulhuwallahu
ahad.”, isnadnya dengan tambahan ini adalah jayyid juga.
Al Albani mengatakan, “Bahkan tambahan ini
batil, karena di antara mereka ada yang menyendiri dengannya.” (Ash
Shahiihah [972]).
[lxix] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (6008) dan Darimiy (1253) dengan lafaz ini, dari Abu
Qilabah ia berkata: telah menceritakan kepada kami Malik (Yakni Ibnul
Huwairits), ia berkata:…dst .
[lxx] Shahih,
diriwayatkan oleh Bukhari (1/283) (1117) dalam Taqshiirush shalaah,
tanpa kata-kata “Wa illaa fa aumi”, diriwayatkan juga oleh Abu Dawud
(952), Tirmidzi (2/208), Ibnu Majah (1232), Ibnul Jaarud (120), Baihaqi
(2/304), Ahmad (4/426) semuanya melalui jalan Ibarahim bin Thuhman ia berkata:
telah menceritakan kepada kami Al Husain Al Mukattab dari Ibnu Buraidah dari Imran. [Al
Irwaa’ (299)].
[lxxi] Shahih yang
marfu’nya, diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Al Ma’rifah (4359) dari
jalan Abu Bakr Al Hanafiy, telah menceritakan kepada kami Sufyan Ats Tsauriy
dari Abuz Zubair dari Jabir, akan tetapi Abu Hatim mencacatkannya, anaknya
berkata dalam Al ‘Ilal (1/113/307), “Bapakku pernah ditanya tentang
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakr Al Hanafiy dari Ats Tsauriy dari Abuz
Zubair dari Jabir bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemui orang
yang sakit, ketika itu ia sedang shalat di atas bantal…, ia (Abu Hatim) berkata,
“Ini keliru, sebenarnya itu dari perkataan Jabir sendiri, bahwa ia masuk
menemui orang yang sakit. Lalu dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya Abu Usamah
meriwayatkan hadits ini dari Ats Tsauriy
secara marfu’?” Ia menjawab, “Tidak ada apa-apanya, itu tetap mauquf.”
Al Haafizh dalam At Talkhish (1/226)
menyebutkan mutaaba’ahnya (penguat dari jalan yang sama) yang ketiga dalam
riwayat Al Bazzar –namun saya tidak melihatnya-, yaitu Abdul Wahhab bin
‘Athaa’. Sumair Az Zuhairiy mengatakan, “Hadits ini memiliki jalan lain dalam
riwayat Abu Ya’la dalam Musnadnya dan dua syahid dari hadits Ibnu ‘Amr dan Ibnu
Abbas, sebagaimana kamu akan menemukan di asalnya, jadi hadits tersebut shahih Al
Hamdulillah –TSZ-.
الحمد
لله الذي بنعمته تتم الصالحت تم الجزء الاول من ترجمة تخريج بلوغ المرام و يليه
الجزء الثاني ان شاء الله
(قاله
الفقير الى الله مروان بن موسى –غفر الله له ولوالديه ولذريته-)
0 komentar:
Posting Komentar