بسم
الله الرحمن الرحيم
Khutbah
Jum'at
Tujuh
Golongan Orang Yang Mendapatkan Naungan Allah Azza wa Jalla
Oleh: Marwan Hadidi, M.Pd.I
Khutbah I
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ
اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي
تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا --يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فقَدْ فَازَ فوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا
بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَيُ مُحَمَّدٍ
وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاثُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Ma'asyiral
muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Pertama-tama kita panjatkan puja dan puji syukur kepada
Allah Subhaanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kepada kita berbagai nikmat,
terutama nikmat Islam dan nikmat taufiq, sehingga kita dapat melangkahkan kaki
kita menuju rumah-Nya melaksanakan salah satu perintah-Nya yaitu shalat Jumat
berjamaah.
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi kita
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat.
Khatib berwasiat baik kepada diri khatib sendiri maupun
kepada para jamaah sekalian; marilah kita tingkatkan terus takwa kita kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Takwa dalam arti melaksanakan perintah-perintah
Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, karena orang-orang yang bertakwalah
yang akan memperoleh kebahagiaan di dunia di di akhirat.
Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Setelah manusia mati, maka mereka akan
dibangkitkan, dan hal itu mudah bagi Allah Azza wa Jalla sebagaimana Dia mudah
menciptakan mereka pertama kali, dan sebagaimana Dia mampu menciptakan
makhluk-makhluk besar seperti langit dan bumi, maka mudah juga bagi-Nya
membangkitkan manusia setelah mati, Dia berfirman,
أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ
يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
"Apakah mereka tidak
memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian
mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.”
(Qs. Al ‘Ankabut ayat 19)
لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada
penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Qs. Ghaafir: 57)
Setelah manusia dibangkitkan, maka mereka dikumpulkan
di padang mahsyar; tanah lapang terbuka yang datar dan rata; tidak ada tempat
tinggi dan tidak ada tempat rendah; tidak ada gunung, bukit, dan tidak ada
lembah. Matahari didekatkan kepada mereka dengan jarak satu mil (kurang
lebih 1 ½ KM lebih sedikit), sehingga mengucurlah keringat mereka. Imam Muslim
dan Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Al Miqdad bin Al
Aswad ia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ، حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ
“Matahari didekatkan kepada manusia pada hari
Kiamat hingga jarak satu mil.”
Perawi hadits bernama Sulaim
bin Umar berkata, “Demi Allah, aku tidak tahu maksud satu mil; apakah jarak
perjalanan di bumi (kurang lebih 1 ½ KM
lebih sedikit) atau seukuran batang celak yang dipakai buat mata?”
Beliau melanjutkan sabdanya,
فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى
قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ
مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ
مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا
“Maka manusia dibanjiri
keringatnya sesuai kadar amalnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai
kedua mata kaki, ada pula yang sampai ke kedua lututnya, dan ada pula yang
sampai ke kedua pinggangnya dan ada yang ditenggelamkan oleh keringatnya.”
Al Miqdad berkata, “Aku melihat
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berisyarat dengan tangannya ke
mulutnya.” (Hr. Muslim no. 2864 dan Tirmidzi no. 2421)
Ketika itu manusia semua
berdiri di hadapan Allah selama setengah hari, yang kadarnya satu hari sama
dengan lima puluh ribu tahun. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ
الْعَالَمِيْنَ (المطففين 6) مِقْدَارَ نِصْفِ يَوْمٍ مِنْ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ
فَيُهَوِّنُ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِ كَتَدَلِّي الشَّمْسِ لِلْغُرُوْبِ إِلىَ أَنْ
تَغْرُبَ
"Pada hari manusia bangkit menghadap Allah Rabbul 'alamin (Qs. Al Muthaffifin:
6), selama setengah hari (dari satu hari yang kadarnya) lima puluh ribu tahun.
Maka diringankan bagi orang mukmin (sehingga lamanya) seperti matahari
menjelang terbenam sampai terbenam." (HR. Abu Ya'la dan Ibnu Hibban,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib no. 3589)
Saat itu manusia merasakan
penderitaan yang luar biasa, mereka pun
kemudian mendatangi Nabi Adam dan para nabi Ulul Azmi agar menjadi pemberi
syafaat bagi mereka di hadapan Allah Azza wa Jalla, namun masing-masing mereka
tidak menyanggupinya hingga akhirnya permintaan itu ditujukan kepada Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan Beliaulah menyanggupinya.
Beliau pun pergi menghadap
Allah
dan bersujud lama, kemudian Allah menyuruhnya mengangkat kepalanya dan
mengajukan permintaan, saat itu di antara permintaan Beliau adalah meminta
kepada-Nya agar penderitaan manusia segera diangkat, maka Allah mengabulkannya.
Kemudian,
وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ
صَفًّا صَفًّا (22) وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ
وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى (23)
"Dan datanglah Tuhanmu; sedangkan para
malaikat berbaris-baris--Pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada
hari itu sadarlah manusia, namun tidak berguna lagi kesadaran itu
baginya." (Terj. Al Fajr: 22-23)
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا
أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ
وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
“Tidak ada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah
dan para malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah
perkaranya. Hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (Qs. Al Baqarah: 210)
Neraka Jahannam ketika itu dihadirkan kepada manusia dengan
ditarik oleh para malaikat dalam jumlah yang sangat banyak, karena berat dan
besarnya neraka Jahannam. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
يُؤْتَى
بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ
مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا
"Neraka Jahannam akan didatangkan pada
hari itu (kiamat) dengan memiliki 70.000 tali penariknya, dimana masing-masing
tali ditarik oleh 70.000 malaikat." (Hr. Muslim)
Ketika
itu, semua cahaya yang ada sirna, matahari digulung, bulan diredupkan
cahayanya, kemudian keduanya dikumpulkan dan dijatuhkan ke dalam neraka yang
begitu besar dan dalam, sedangkan manusia dalam kegelapan, maka bersinarlah
bumi padang mahsyar dengan cahaya Allah, sebagaimana firman-Nya,
وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ
رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ
بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
"Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan
cahaya Tuhannya, dan buku (catatan amal masing-masing) diberikan (kepada
masing-masing), nabi-nabi dan saksi pun dihadirkan…dst." (Terj. Qs. Az
Zumar: 69)
Ketika itu dimulailah
pengadilan terbesar di alam semesta, dimana hakimnya adalah Allah Azza wa
Jalla; Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya.
Ma'asyiral muslimin sidang shalat Jum'at rahimakumullah
Kembali kepada suasana panas di padang mahsyar, saat itu ada
sekelompok manusia yang beruntung dan berbahagia karena mendapat naungan Allah (berupa
nanungan Arsyi-Nya atau Allah mengadakan naungan sehingga mereka tidak
kepanasan). Mereka inilah tujuh golongan orang yang mendapatkan naungan Allah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَعَالَى
فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَدْلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي
عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ
تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ
دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا
تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada
tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah Ta’ala pada hari ketika tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di
atas beribadah kepada Allah, seorang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua
orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena-Nya dan berpisah pun
karena-Nya, seorang yang diajak mesum oleh wanita yang berkududukan dan cantik
lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya takut kepada Allah,” seorang yang
bersedekah lalu ia menyembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seorang yang mengingat
Allah di tempat yang sepi, lalu kedua matanya berlinangan air mata.” (Hr.
Bukhari dan Muslim)
Sabda
Beliau, "Pemimpin yang adil" menurut Al Qadhi 'Iyadh adalah
setiap orang yang memliki wewenang (kekuasaan) terhadap maslahat kaum muslim,
baik para wali (gubernur) maupun para pemimpin. Menurut Al Hafizh Ibnu Hajar Al
'Asqalani, bahwa pemimpin tersebut adalah pemegang pemerintahan yang besar,
termasuk pula setiap orang yang memimpin urusan kaum muslim dan berlaku adil di
dalamnya. Hal ini diperkuat juga oleh hadits riwayat Muslim dari Abdullah bin
'Amr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ
اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ
فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلَوْا
"Sesungguhnya
orang-orang yang adil di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya di
sebelah kanan Ar Rahman, yaitu mereka yang adil dalam hukum, kepada keluarga
dan kepada apa yang mereka pimpin."
Didahulukan
pemimpin yang adil karena banyaknya maslahat yang dia hasilkan dan meratanya
manfaat.
Adapun
maksud "yang adil" adalah yang mengikuti perintah Allah untuk
meletakkan sesuatu pada tempatnya tanpa melampaui batas dan tanpa meremehkan.
Dia juga berhukum dengan syariat Allah Azza wa Jalla.
Sabda
Beliau, "pemuda yang tumbuh di atas beribadah kepada Allah,"
maksudnya pemuda ini tidak seperti pemuda-pemuda yang lain yang lebih senang
memuaskan nafsunya dan bersenang-senang, dia kendalikan nafsunya dan dia isi
masa mudanya dengan ketaatan dan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla.
Sabda
Beliau, "Seorang yang hatinya terikat dengan masjid,"
maksudnya ia sangat cinta dengan masjid, senang melakukan ketaatan di sana, dan
selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya, bukan maksudnya tetap duduk di
masjid. Orang ini hatinya terpaut dengan masjid meskipun jasadnya di luar
masjid.
Sabda Beliau, "Dua orang
yang cinta karena Allah, berkumpul karena-Nya dan berpisah pun karena-Nya,"
maksudnya sebab mereka berkumpul adalah karena cinta kepada Allah, bukan karena
kepentingan dunia, dan keadaannya terus seperti itu sampai keduanya berpisah
dari majlisnya atau sampai dipisah oleh maut, sedang keduanya memang benar
mencintai kawannya karena Allah Ta'ala; mereka juga tidak melakukan obrolan
yang mengandung maksiat kepada Allah Azza wa Jalla. Dalam hadits ini terdapat dorongan
untuk saling cinta karena Allah dan penjelasan tentang keutamaannya.
Sabda
Beliau, "Seorang yang diajak mesum oleh wanita yang berkududukan dan
cantik lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya takut kepada Allah,” menurut
Al Qadhiy, bisa juga ucapannya “Sesungguhnya saya takut kepada Allah,”
dengan lisannya dan bisa juga dengan hatinya untuk menahan dirinya dari
melakukan hal itu. Disebutkan "berkedudukan dan cantik" karena
biasanya sangat disukai dan sulit mendapatkannya, tetapi ia mampu menahan
nafsunya. Karena dahsyatnya godaan di saat ini, maka sebagai balasannya Allah
memberikan naungan kepadanya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْقُرْآنَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ،
وَهُدًى وَرَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَجَمَعَ فِيْهِ أُصُوْلَ الدِّيْنِ وَفُرُوْعَهُ،
وَأَصْلَحَ بِهِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَكْمَلُ الْخَلْقِ وَسَيِّدُ الْمُرْسَلِيْنَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأََصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعََهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ:
Ma'asyiral muslimin sidang shalat
Jum'at rahimakumullah
Selanjutnya
sabda Beliau, "Seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikan
sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
oleh tangan kanannya." Hal ini menunjukkan keadaan orang yang berinfak
itu sangat menyembunyikan sekali infaknya. Demikian juga menunjukkan keutamaan
sedekah secara sembunyi-sembunyi. Para ulama berkata, "Ini terkait sedekah
sunah, yakni menyembunyikannya adalah lebih utama, karena lebih dekat kepada
keikhlasan dan lebih jauh dari riya. Adapun zakat yang wajib, maka melakukannya
dengan terang-terangan adalah lebih utama. Sama dalam hal ini adalah shalat,
yakni melakukan dengan terang-terangan yang wajibnya adalah lebih utama dan
menyembunyikan yang sunahnya lebih utama berdasarkan sabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam,
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ صَلَاةُ
الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ
"Shalat
yang lebih utama adalah shalat yang dilakukan seseorang di rumahnya kecuali
shalat fadhu."
Sabda
Beliau, "Dan seorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi, lalu
kedua matanya berlinangan air mata.” Yakni karena mengagungkan Allah dan
rindu untuk bertemu dengan-Nya. Bisa juga tangisan tersebut terjadi karena
takut kepada Allah 'Azza wa Jalla sebagaimana dalam hadits riwayat Tirmidzi,
bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا
النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ
"Ada
dua mata yang tidak tersentuh api neraka, yaitu: mata yang menangis karena
takut kepada Allah, dan mata yang tidak tidur karena berjaga di jalan
Allah." (HR. Tirmidzi dari Ibnu Abbas. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh
Al Albani)
Sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di atas juga menunjukkan keutamaan
menangis karena takut kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala dan keutamaan melakukan
ketaatan ketika tidak tampak di hadapan manusia karena dapat melakukannya
dengan ikhlas.
Selain
tujuh golongan di atas, ada pula golongan lain yang mendapatkan naungan pada
hari Kiamat, seperti yang disebutkan dalam hadits berikut:
مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا
أَوْ وَضَعَ لَهُ أَظَلَّهُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
"Barang
siapa memberi tangguh utang orang yang susah atau menurunkan hutangnya
(keseluruhan atau sebagiannya), maka Allah akan menanunginya pada hari yang
tidak ada naungan selain naungan-Nya." (Hr. Muslim)
Al
Hafizh Ibnu Hajar Al 'Asqalaniy menyebutkan beberapa perbuatan lainnya yang
dapat menjadikan seseorang mendapat naungan Allah pada hari Kiamat, yaitu:
وَزِدْ سَبْعَةً إِظْلَالَ
غَازٍ وَعَوْنَهُ وَإِنْظَارَ ذِي
عُسْرٍ وَتَخْفِيفَ حِمْلِهِ
وَإِرْفَادَ ذِي غُرْمٍ وَعَوْنَ
مُكَاتَبِ وَتَاجِرَ صِدْقٍ فِي الْمَقَالِ
وَفِعْلِهِ
Tambahkanlah di samping tujuh golongan itu,
yaitu pemberian naungan kepada orang yang berperang dan yang membantunya
Demikian
juga kepada orang yang memberi tangguh utang orang yang susah dan meringankan
bebannya
Termasuk
pula memberikan bantuan kepada orang yang mendapat kerugian serta membantu
budak yang membayar iuran untuk memerdekakan dirinya
Demikian
pula kepada pedagang yang jujur baik dalam ucapan maupun perbuatannya
Al
Hafizh menerangkan, bahwa pemberian naungan kepada orang yang berperang
disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Hibban dan lainnya dari hadits Umar.
Sedangkan kepada orang yang membantu mujahid, disebutkan oleh Ahmad dan Hakim
dari hadits Sahl bin Hunaif, sedangkan kepada orang yang memberi tangguh utang
orang yang berutang serta meringankannya disebutkan dalam Shahih Muslim
sebagaimana yang telah kami sebutkan, dan kepada orang yang berbagi (membantu) kepada
orang yang mendapatkan kerugian serta membantu mukatab (budak yang hendak
memerdekakan dirinya) diriwayatkan oleh Ahmad dan Hakim dari hadits Sahl bin
Hanif[i],
sedangkan kepada pedagang yang jujur disebutkan oleh Al Baghawiy dalam Syarhus
sunnah.
Kita
meminta kepada Allah agar Dia memasukkan kita ke dalam tujuh golongan
orang yang mendapatkan naungan-Nya pada hari Kiamat, aamin.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى
آلِ
مُحَمَّدٍ
كَمَا
صَلَّيْتَ
عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى
آلِ
إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ
حَمِيْدُ
مَجِيْدٌ،
اَللَّهُمَّ بَارِكْ
عَلَى
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى
آلِ
مُحَمَّدٍ
كَمَا
بَارَكْتَ
عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى
آلِ
إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ
حَمِيْدُ
مَجِيْدٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا لَا
تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
عِبَادَ
اللهِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ
عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
[i] Namun hadits yang
menerangkan demikian didha'ifkan oleh Al Albani dalam Dha'iful Jami' no.
5447.
0 komentar:
Posting Komentar