Sejarah Tadwin (Pembukuan Ilmu-Ilmu Islam)

Minggu, 17 November 2024

 بسم الله الرحمن الرحيم



Sejarah Tadwin (Pembukuan Ilmu-Ilmu Islam)

Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:

Berikut pembahasan tentang sejarah tadwin (pembukuan ilmu-ilmu Islam) dalam berbagai disiplin ilmu (Al Qur’an, Akidah, Tajwid, Hadits, Fikih, Tafsir, Ushul Fiqh, Musthalah Hadits, dan ilmu Nahwu), semoga Allah menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.

1. Penulisan Al Qur'an dan Pembukuannya

Pembukuan Al Qur'an dilakukan dalam tiga tahap:

Tahap pertama, di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang paling banyak dijadikan sandaran adalah hapalan daripada penulisan. Hal itu, karena kuatnya hapalan orang-orang Arab, sedikitnya orang yang pandai menulis dan kurangnya sarana-sarana untuk menulis. Oleh karena itu, Al Qur'an ketika itu tidak dikumpulkan dalam satu mushaf, bahkan orang yang mendengar suatu ayat langsung menghapalnya atau menulisnya jika mudah, baik di pelepah kurma, sepotong kulit, batu tipis yang lebar, dan pecahan tulang. Ketika itu para penghapal Al Qur'an jumlahnya banyak. Meskipun begitu ada sebagian sahabat yang pandai menulis segera menulisnya. Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu berkata, “Aku mencatat wahyu di hadapan Rasulullah shallallallahu alaihi wa sallam sedangkan Beliau mendiktekannya. Ketika aku selesai mencatat, maka Beliau bersabda, “Bacakanlah!” Lalu aku membacakannya. Jika ada yang terlewat, maka Beliau mengingatkannya, lalu aku bawa wahyu itu ke tengah-tengah manusia.” (Hr. Thabrani dengan sanad yang para perawinya terpercaya)

Dalam Shahih Bukhari disebutkan dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengirimkan tujuh puluh orang sahabat yang disebut dengan Al Qurra' (para penghapal Al Qur'an), lalu mereka dihadang oleh dua suku Bani Salim, yaitu Ri'l dan Dzakwan di sumur Ma'unah, kemudian mereka dibunuh.

Di kalangan sahabat juga banyak yang hapal Al Qur'an, seperti para khalifah yang empat (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali), Abdullah bin Mas'ud, Salim maula Abi Hudzaifah, Ubay bin Ka'ab, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid ibnus Sakan, dan Abu Darda radhiyallahu 'anhum.

Para sahabat yang menjadi pencatat wahyu ada kurang lebih enam belas sahabat, yaitu: Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abdullah bin Abis Sarh, Az Zubair bin Al Awam, Al Mughirah bin Syu’bah, Hanzhalah bin Ar Rabi, Amir bin Fuhairah, Yazid bin Abi Sufyan, Khalid bin Walid, Amr bin ‘Ash, dan Tsabit bin Qais radhiyallahu anhum.

Tahap kedua, di zaman Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, yaitu pada tahun ke 12 H. Sebab diadakan pengumpulan dan penulisan Al Qur'an adalah karena pada perang Yamamah sejumlah besar qari (penghapal Al Qur'an) terbunuh, di antaranya adalah Salim maula Abi Hudzaifah salah seorang di antara beberapa sahabat yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan umatnya mengambil Al Qur'an darinya. Ketika itu, Abu Bakar memerintahkan agar Al Qur'an dikumpulkan supaya tidak hilang. Dalam Shahih Bukhari diterangkan, bahwa Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan Al Qur'an setelah terjadinya perang Yamamah, maka Abu Bakar berdiam diri karena wara', tetapi Umar terus mengingatkannya sehingga Allah melapangkan dada Abu Bakar untuk melakukan hal itu, lalu Abu Bakar mengutus seseorang untuk mendatangi Zaid bin Tsabit, lalu Zaid datang kepada Abu Bakar yang ketika itu di dekatnya ada Umar. Abu Bakar pun berkata kepadanya, "Sesungguhnya engkau adalah seorang pemuda yang cerdas. Kami tidak bersangka buruk kepadamu. Engkau sebelumnya adalah orang yang mencatat wahyu untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka telusurilah Al Qur'an dan kumpulkanlah." Zaid bin Tsabit berkata, "Maka aku menelusuri Al Qur'an; aku mengumpulkannya dari pelepah kurma, batu tipis, dan dari yang tersimpan dalam dada manusia (berupa hapalan). Ketika itu suhuf Al Qur'an ada pada Abu Bakar sampai Allah mewafatkannya, lalu ada pada Umar semasa hidupnya, selanjutnya pada Hafshah binti Umar radhiyallahu 'anhuma.”

Dengan demikian, di zaman Abu Bakar radhiyallahu anhu semua catatan wahyu disalin ke dalam lembaran-lembaran.

Kaum muslim setuju atas tindakan Abu Bakar itu dan mereka menyebut hal itu sebagai salah satu jasanya, sampai-sampai Ali radhiyallahu 'anhu berkata, "Orang yang paling besar pahalanya dalam hal mushaf adalah Abu Bakar." Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Abu Bakar, karena dia adalah orang yang pertama mengumpulkan Al Qur'an.

Tahap ketiga, di zaman Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu, yaitu pada tahun ke 25 H. pembukuan ini disebabkan karena adanya perbedaan manusia dalam hal qiraat (bacaan) mengikuti perbedaan suhuf (lembaran) Al Qur'an yang ada di tangan para sahabat radhiyallahu 'anhum sehingga dikhawatirkan terjadinya fitnah, maka Utsman pun memerintahkan mengumpulkan suhuf-suhuf tersebut ke dalam satu mushaf agar manusia tidak berselisih dan berpecah belah dalam Kitabullah.

Dalam Shahih Bukhari diterangkan, bahwa Hudzaifah bin Al Yaman pernah datang menemui Utsman setelah selesai menaklukkan Armenia dan Azerbaijan. Hudzaifah merasa kaget terhadap perbedaan manusia dalam hal qiraat, maka Hudzaifah berkata kepada Utsman, "Susullah umat ini sebelum mereka berselisih sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani." Maka Utsman mengirim seseorang menemui Hafshah dan menyampaikan pesan yang isinya, "Kirimkanlah kepada kami suhuf-suhuf agar kami salin ke dalam beberapa mushaf, kemudian kami akan mengembalikan suhuf itu kepadamu." Maka Hafshah mengirimkannya kepada Utsman. Lalu Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin 'Aash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam agar menyalin suhuf-suhuf ke dalam beberapa mushaf. Utsman juga berkata kepada tiga orang Quraisy itu, "Jika kalian berselisih dengan Zaid bin Tsabit tentang sesuatu dari Al Qur'an, maka tulislah dengan lisan (bahasa dan dialek) Quraisy, karena ia (Al Qur'an) turun dengan lisan mereka." Maka mereka pun melakukannya, sehingga setelah mereka menyalinnya ke dalam beberapa mushaf, maka Utsman mengembalikan suhuf-suhuf itu kepada Hafshah dan mengirimkan ke setiap pelosok satu mushaf yang telah mereka salin serta memerintahkan agar Al Qur'an yang lainnya yang ada dalam setiap lembaran atau mushaf selainnya dibakar.

Tindakan Utsman bin 'Affan ini dilakukan setelah ia bermusyawarah dengan para sahabat radhiyallahu 'anhum.

Mush'ab bin Sa'ad berkata, "Aku mendapati sejumlah besar orang ketika Utsman membakar mushaf-mushaf, lalu hal itu membuat mereka takjub." Atau ia (Mush'ab) berkata, "Tidak ada seorang pun dari mereka yang mengingkari." Ini adalah termasuk jasa Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu yang disepakati kaum muslimin, dan mushaf tersebut menyempurnakan apa yang pernah dikumpulkan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu.

Perbedaan pembukuan Utsman dengan Abu Bakar adalah, bahwa tujuan pembukuan Al Qur'an di zaman Abu Bakar adalah untuk membukukan semua Al Qur'an ke dalam satu mushaf agar tidak ada satu pun daripadanya yang hilang karena ketika itu tidak tampak pengaruh dari perbedaan qiraat mereka, sedangkan tujuan pembukuan di zaman Utsman radhiyallahu 'anhu adalah membukukan semua Al Qur'an dalam satu mushaf agar manusia berkumpul di atas mushaf itu karena adanya sesuatu yang dikhawatirkan ketika terjadinya perbedaan qiraat.

Ketika Utsman radhiyallahu anhu mengirimkan mushaf ke berbagai negeri kaum muslimin, Beliau juga menyertakan pula qari (penghafal Al Qur’an) yang pandai untuk membacakannya ke tengah-tengah manusia.

(Lihat Ushul Fit Tafsir hal. 19-22 karya Syaikh M. bin Shalih Al Utsaimin)

2. Pembukuan kitab-kitab Akidah Islam

Dalam hal ini, kami belum mengetahui secara pasti penulis pertama dalam bidang akidah. Di antara rujukan yang bagus yang kami dapati dalam masalah ini adalah yang disebutkan dalam Al Musu’ah Al Aqdiyyah yang diterbitkan oleh situs Ad Durar As Sunniyyah, yang kesimpulannya adalah bahwa penulisan materi akidah sudah dimulai di masa tabiin, dimana Imam Ibnu Syihab Az Zuhri rahimahullah (w. 124 H) telah memulainya, lalu semakin banyak penulisan di pertengahan pertama abad kedua hijriyah sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Malik (w. 179 H) dalam Al Muwaththa, dimana beliau mengurutkan hadits-haditsnya dengan bab-bab yang terkait dengan tauhid, seperti bab iman, bab tauhid, bab ilmu, dsb. Boleh jadi pembuatan bab ini menjadi bibit pertama setiap bab ditulis secara terpisah dalam sebuah risalah.

Jika sesorang berpendapat, bahwa orang yang pertama menulis ilmu tauhid dari kalangan Ahli Sunnah adalah Imam Abu Hanifah (w. 150 H), maka bisa juga, meskipun ada juga yang berpendapat, bahwa orang yang pertama menulisnya adalah Imam Malik bin Anas dan bahwa beliau orang yang pertama menulis sebuah risalah tentang hal ini.

Ada pula yang berpendapat, bahwa ketika terjadi fitnah (perselisihan), maka Al Manshur menyuruh menulis buku-buku untuk menyingkirkan fitnah itu dan membantahnya. Hal ini sebagaimana sahih bahwa Imam Ibnu Wahb (w. 197 H) telah menulis tentang takdir mengikuti metode para muhaddits dalam mengumpulkan hadits-hadits meskipun tidak dibuatkan bab.

Setelahnya kita juga dapat melihat para ulama menulis kitab-kitab akidah, misalnya kitab As Sunnah yang ditulis oleh Ibnu Abi Syaibah (w. 235 H), juga dengan nama yang sama (As Sunnah) yang ditulis oleh Ahmad bin Hanbal (w. 241 H), Ibnu Abi Ashim (w. 287 H), Al Khallal (w. 311 H), Ahmad bin Al Furat Abu Mas’ud Ar Raazi (w. 258 H), Ibnul Qasim -kawan Imam Malik- (w. 191 H), Muhammad bin Salam Al Bikandiy (w. 225 H), Al Atsram (w. 273 H), Harb bin Ismail Al Kirmaniy (w. 280 H), Ibnu Abi Hatim (327 H), Ibnu Abid Dunya (w. 281 H), Ibnu Jarir Ath Thabari (w. 310 H), Thabrani (360 H), Abusy Syaikh Al Ashbahani (369 H), Abul Qasim Al Laalika’i (w. 418 H), Muhammad bin Nashr Al Marwaziy (ww. 294 H), Abu Ahmad Al ‘Assal  Al Ashbahani (w. 349 H), Ya’qub Al Fasawiy (w. 277 H), Al Qashshab (w. 360 H), Hanbal bin Ishhaq (273 H), dan As Sunnah karya Al Barbahariy (w. 329 H).

Ada juga Al Iman karya Ibnu Abi Syaibah (w. 235 H), Abu Ubaid Al Qasim bin Sallam (w. 224 H), Ibnu Mandah (w. 395 H), dan Al Iman karya Al ‘Adaniy (w. 243 H).

Demikian juga ada kitab ‘Aqidatus Salaf Ashabil Hadits karya Ash Shabuni (w. 449 H), Al Ibanah karya Ibnu Baththah (w. 387 H), At Tauhid karya Ibnu Khuzaimah (w. 311 H) dan karya Ibnu Mandah (w. 395 H), Syarhus Sunnah karya  Al Muzzanniy -kawan Imam Syafi’i- (w. 264 H), Syarh Madzahib Ahlissunnah karya Ibnu Syahin (w. 385 H), Ushulus Sunnah karya Abu Abdillah ibnu Abi Zamanain (w. 399 H) dan karya Abu Bakar Abdullah bin Az Zubair Al Humaidiy (w. 219 H), Asy Syari’ah karya Al Ajurriy (w. 360 H), I’tiqad Ahlis Sunnah karya Abu Bakar Al Isma’iliy (371 H).

Ada pula  Ar Ru’yah, Ash Shifat, dan An Nuzul karya Daruquthni (w. 385 H), dan kitab Jawab Ahli Dimasyq fish Shifat karya Al Khathib Al Baghdadiy (w. 463 H).

Demikian pula  ada kitab Al ‘Arsy karya Muhammad bin Abi Syaibah, Al Qadar karya Ibnu Wahb dan karya Abu Dawud (w. 275 H), dan Al Ushul karya Abu ‘Amr Ath Thalamankiy (w. 429 H), dan masih banyak lagi seperti Aqidah Thahawiyyah karya Abu Ja’far Ahmad Ath Thahawi (w. 321 H) dan Aqidah Wasithiyyah karya Ahmad bin Abdul Halim Ibnu Taimiyah (w. 728 H).

3. Pembukuan Ilmu Tajwid

Jika ditinjau dari segi amaliyyah (praktek), maka peletak dasar ilmu tajwid adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang Beliau terima dari malaikat Jibril dari Allah Azza wa Jalla, lalu para sahabat radhiyallahu anhum menerimanya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan para tabi’in menerimanya dari para sahabat, dan begitulah seterusnya sampai ke hadapan kita secara mutawatir dengan tajwid pada setiap zaman.

Sedangkan secara teori, yakni yang menyusun kaedah-kaedah dan dasar-dasarnya serta menyusun berbagai hukum dan masalahnya, maka ada khilaf di kalangan ulama. Ada yang berpendapat, bahwa yang menyusunnya adalah Al Khalil bin Ahmad Al Farahidiy. Ada pula yang mengatakan Abu Aswad Ad Du’ally, dan ada pula yang mengatakan Hafsh bin Umar Ad Duriy. Yang lain lagi mengatakan, bahkan yang menyusunnya adalah para imam qiraat. (http://www.alukah.net/sharia/0/65297/)

Menurut penyusun Fathu Dzil Jalal Syarah Tuhfatil Athfal hal. 12, bahwa orang yang pertama menyusun ilmu tajwid dalam bentuk nazham (syair) adalah Abul Muzahim Musa bin Ubaidillah Al Khaqani (w. 325 H), sedangkan yang menyusunnya dalam bentuk matan biasa adalah Abu Ubaid Al Qasim bin Sallam (w. 224 H).

4. Pembukuan Hadits

Orang yang pertama menyuruh untuk mengumpulkan dan membukukannya adalah Umar bin Abdul Aziz (w. 101 H); ia mengirim surat kepada Abu Bakar bin Hazm –gubernurnya terhadap kota Madinah- , Umar menulis, “Lihatlah yang termasuk hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kemudian catatlah, karena saya khawatir ilmu akan hilang dan ulama akan wafat.” Akan tetapi ia bukan yang membukukan  hadits dan atsar yang ada di Madinah, bahkan yang melakukannya adalah Ibnu Syihab Az Zuhri (w. 123 H atau 124 H) yang ketika itu semasa dengan Umar bin Abdul ‘Aziz. Ketika itu Umar menyuruh orang-orang dekatnya untuk mendatanginya; karena tidak ada orang yang paling mengerti Sunnah ketika itu daripada Az Zuhri, maka beliau mengumpulkan semua yang didengarnya berupa semua hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan pendapat para sahabat, hanyasaja belum dibuat bab seperti dalam berbagai kitab ilmu. Dengan demikian, Az Zuhri adalah orang pertama yang membukukan Sunnah Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam. Selanjutnya  pembukuan dilakukan oleh generasi berikutnya,, seperti yang dilakukan di Mekkah oleh Ibnu Juraij (w. 149 atau 150 H) dan Ibnu Ishaq (w. 150 H), yang dilakukan di Madinah oleh Sa’id bin Abi ‘Arubah  (w. 156 H atau 157 H), Ar Rabi’  dan Imam Malik (w. 93 H), yang dilakukan di Basrah oleh Hammad bin Salamah (w. 167 H), yang dilakukan di Kufah oleh Sufyan bin Sa’id Ats Tsauriy (w. 161 H), yang dilakukan di Syam oleh Al Abdurrahman Auza’iy (w. 157 H), dan seterusnya. Kemudian pada abad ketiga hijriah ditulislah kitab-kitab Musnad (yang menyebutkan nama para sahabat lalu hadits-haditsnya) seperti  Musnad Ahmad (w. 241 H) dan Musnad Ishaq bin Rahawaih (w. 238 H), selanjutnya kitab-kitab shahih seperti Shahih Bukhari (w. 256 H) dan Shahih Muslim (w. 261 H), lalu ditulis kitab-kitab Sunan (hadits-hadits yang disebutkan sesuai bab fiqih) seperti Sunan Abi Dawud (w. 275 H), Sunan Nasa’i (w. 303 H), Sunan Tirmidzi (w. 279 H), dan Sunan Ibni Majah (w. 273 H).

5. Pembukuan kitab Fikih

Orang yang pertama membukukan kitab fikih adalah Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit At Taimiy rahimahullah (w. 150 H). Di antara murid beliau yang terkenal adalah Abu Yusuf dan Muhammad bin Al Hasan rahimahumallah. Abu Hanifah sempat melihat Anas bin Malik.

Imam Syafi’i berkata tentang Abu Hanifah, “Manusia telah ditanggung fiqihnya oleh Abu Hanifah.”

Di antara kitab yang masyhur yang disandarkan kepada beliau adalah Al Fiqhul Akbar dan Al Musnad, wallahu a’lam.

Kemudian ada Imam Malik (w. 179 H) dalam Al Muwaththa, Imam Syafi’i (w. 204 H) dalam Al Umm, dan Imam Ahmad (w. 241 H) pemilik kitab Musnad. Mereka dikenal dengan Imam madzhab yang empat.

Selain imam madzhab yang empat, ada pula madzhab-madzhab (pemahaman-pemahaman) fiqih dari yang lain seperti: (a) madzhab Al Auza’iyyah (dinisbatkan kepada Abdurrahman bin Amr Abu Amr Al Auza’i; imam negeri Syam dalam bidang fiqih dan hadits, termasuk tabi’in besar yang wafat pada tahun 157 H di Beirut), (b) madzhab Ats Tsauriyyah (dinisbatkan kepada Sufyan bin Sa’id bin Masruq Ats Tsauriy, seorang yang hafizh, ahli fiqh dan ahli ibadah, wafat pada tahun 161 H). (c) madzhab Ad Dawudiyyah/Azh Zhahiriyyah (dinisbatkan kepada Dawud bin Ali Abu Sulaiman Al Ashbahani Al Baghdadi, yang wafat pada tahun 270 H). Di sana ada juga madzhab Al Laits bin Sa’ad (w. 175 H), Al Hasan Al Bashri (w. 110 H), Sufyan bin Uyaynah (w. 198 H), Ishaq bin Rahawaih (w. 238 H), Abu Tsaur (w. 148 H), Asy Sya’biy (w. 105 H), Sulaiman bin Mihran Al A’masy (w. 147/148 H) dan Ibnu Jarir Ath Thabari (w. 310 H) rahimahumullah.

Sebab tersebarnya madzhab yang empat dan tetap bertahan adalah karena Allah telah menetapkan untuk para imam yang empat ini para pengikutnya yang membawa ilmu mereka ke generasi setelah dan seterusnya.

Empat madzhab tersebut dan madzhab-madzhab lainnya yang telah disebutkan adalah madzhab-madzhab Ahlussunnah wal Jamah; diterima oleh umat ini secara keseluruhan; baik ulamanya, para penuntut ilmunya, maupun kalangan awam. Madzhab-madzhab tesebut adalah madzhab-madzhab ijtihad terhadap masalah syariah yang sifatnya furu (cabang) yang sejalan secara garis besar dengan dasar-dasar syariat.

6. Pembukuan kitab Tafsir

Pembukuan kitab tafsir telah dimulai di akhir-akhir pemerintahan Bani Umayyah dan awal-awal pemerintahan Bani Abbasiyyah.

Ada beberapa tahap dalam pembukuannya, yaitu:

Fase pertama, pengumpulan tafsir di dalam kitab-kitab hadits. Di antara mereka yang melakukannya adalah Yazid bin Harun (w. 206 H), Waki’ bin Jarrah (w. 196 atau 197 H), Sufyan bin Uyaynah (w. 198 H), dan lainnya.

Fase kedua, menulis kitab tafsir secara terpisah. Hal ini seperti yang dilakukan olehh Ibnu Majah (w. 273 H), Ibnu Jarir Ath Thabari (w. 310 H), Ibnul Mundzir (319 H), Ibnu Abi Hatim (w. 327 H), dan lainnya. Sebagian kitab ada yang tidak sampai kepada kita. Oleh karena itu, sebagian ulama berpendapat bahwa Imam Ath Thabari adalah Syaikhul Mufassirin (imam para ahli tafsir), karena kitab beliau yang sampai kepada kita secara lengkap. Kelebihan fase ini adalah menyebutkan pula sanad-sanadnya.

Fase ketiga, pembukuan tafsir bir ra’yi atau tafsir bil ma’tsur namun dengan diringkas sanadnya. Di antaranya adalah Al Kasysyaf karya Az Zamakhsyari (w. 538 H), namun perlu diketahui bahwa dalam tafsir ini memuat hadits dhaif dan maudhu (palsu) serta pendapat kaum Mu’tazilah dan orang-orang yang menyimpang.

Manhaj (Metodologi) Sebagian Mufassir

a.     Mereka yang bersandar kepada hadits dan atsar (riwayat dari para sahabat), seperti Abdurrazzaq bin Hammam (w. 211 H), Abd bin Humaid (w. 249 H), Abu Ja’far Ath Thabari (w. 310 H), Abu Bakar bin Al Mundzir (w. 318 H), Abu Muhammad bin Abi Hatim (w. 327 H), Abu Bakar Ahmad bin Musa bin Mardawaih (w. 410 H), Abdurrahman bin Ali bin Al Jauziy (w. 597 H), dan Ismail bin Katsir Ad Dimasyqi (w. 774 H).

b.     Mereka yang bersandar kepada hadits, atsar, berita orang-orang terdahulu, dan kisah-kisah Israiliyyat (dari Bani Israil), seperti Ahmad bin Muhammad Ats Tsa’labi (w. 427 H)[i] dan muridnya Ali bin Ahmad Al Wahidiy dalam tafsirnya Al Basith yang belum dicetak, sedangkan yang telah dicetak adalah Al Wasith yang isinya lebih ringkas, dan Husain bin Mas’ud Al Baghawi (w. 516 H) [ii].

c.     Mereka yang bersandar kepada fiqih, hadits, dan ilmu syar’i lainnya, seperti Muhammad bin Ahmad Al Qurthubiy Al Maliki (w. 671 H) dalam kitabnya Al Jami Li Ahkamil Qur’an.

d.     Mereka yang bersandar kepada bahasa dan Nahwu, seperti Mahmud bin Umar Az Zamakhsyari (w. 538 H) dalam kitabnya Al Kasysyaf, demikian pula Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf Al Andalusiy (w. 745 H) dalam kitabnya Al Bahrul Muhith.

e.     Mereka yang bersandar kepada munasabah (hubungan) ayat dan surat, seperti Burhanuddin Ibrahim bin Umar Al Baqa’iy (w. 885 H) dalam kitabnya Nazhmud Durar.

f.      Mereka yang memadukan antara riwayat dan dirayah (ra’yu), seperti Muhammad bin Ali Asy Syaukani (w. 1250 H).

g.     Mereka yang bersandar kepada mantiq, filsafat, menghadirkan syubhat dan pandangan ulama dari kalangan Ahlussunnah maupun Ahli Bid’ah, seperti Fakhruddin Muhammad bin Abu Bakar Ar Raziy (w. 666 H) dalam kitabnya Mafatihul Ghaib.

h.     Mereka yang bersandar kepada pokok madzhabnya, seperti madzhab Mu’tazilah. Misalnya adalah tafsir Abdurrahman bin Kaisan Al Asham, Abu Ali Al Jubba’iy, At Tafsir Al Kabir karya Al Qadhiy Abdul Jabbar bin Ahmad Al Hamdzani, Al Jami Li Ilmil Qur’an karya Ali bin Isa Ar Rummani, dan Al Kasysyaf karya Az Zamakhsyari.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Secara garis besar, bahwa barang siapa yang menyimpang dari madzhab para sahabat dan tabiin dan tafsir mereka kepada yang menyalahinya, maka dia telah keliru dalam hal itu, bahkan sebagai pelaku bid’ah. Meskipun jika sebagai mujtahid maka akan diampuni kekeliruannya.”

Uslub (metode penulisan) tafsir ada beberapa macamnya, di antaranya: tafsir Tahlili (menganalisa kata-perkata), tafsir Ijmali (secara garis besar), tafsir Muqaran (membandingkan antara pendapat para mufassir kemudian mencari yang lebih rajih/kuat), dan tafsir Maudhu’i (tematik).

7. Pembukuan Ilmu Ushul Fikih

Ada yang berpendapat, bahwa orang pertama yang menulis ilmu Ushul Fiqh dan menyusun kaeda-kaedah pentingnya adalah Abu Yusuf dan Muhammad bin Al Hasan murid dari Imam Abu Hanifah, namun kitab mereka berdua tidak sampai kepada kita.

Ada pula yang berpendapat, bahwa yang pertama menulis adalah Abu Yusuf saja.

Ada pula yang berpendapat, bahwa yang menulis pertama kali adalah Abu Hanifah dalam kitab yang beliau beri nama Ar Ra’yu. Akan tetapi kitab ini tidak sampai kepada kita.

Namun yang masyhur dan ada kitabnya adalah bahwa orang yang pertama menulis ilmu Ushul Fiqih secara tersendiri adalah Imam Syafi’i rahimahullah dalam kitabnya yang masyhur yaitu Ar Risalah. Hal ini telah dinyatakan oleh banyak ulama seperti Ibnu Khaliqan dan Ibnu Khaldun, wallahu a’lam.

Pada abad ke-5 dan ke-6 H banyak tulisan-tulisan berkenaan Ushul Fiqh, di antaranya: Al Umdah karya Al Qadhi Abdul Jabbar (w. 415 H), Al ‘Uddah karya Al Qadhi Abu Ya’la  (w. 458 H), Al Mu’tamad karya Abul Husain Al Bashri (w. 463 H), Al Luma’ dan At Tabshirah keduanya karya Abu Ishaq Asy Syirazi (w. 476 H), Ushul Al Bazdawi (w. 482 H), Ushul As Sarkhasiy (w. 483 H), Al Isyarah dan Ihkamul Fushul keduanya  karya Abul Walid Al Baji (w. 493 H), Al Mustashfa, Al Mankhul dan Syifa’ul Ghalil ketiganya karya Al Ghazaliy (w. 505 H), At Tamhid karya Al Kaludzaniy (w. 511 H), Al Wadhih karya Ibnu ‘Aqil (w. 532 H), dll.

8. Pembukuan Ilmu Musthalah Hadits

Dasar-dasar ilmu riwayat dan penukilan berita telah ada dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Qs. Al Hujurat: 6)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

«نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا، فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ»

“Semoga Allah memberikan cahaya yang cemerlang kepada wajah seseorang yang mendengar hadits dari kami, lalu ia menghafalnya sampai menyampaikannya. Betapa banyak orang yang membawa fiqih (ilmu) memberikan kepada orang yang lebih faham lagi, dan betapa banyak orang yang membawa fiqih (ilmu) namun tidak faqih.” (Hr. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)

Ayat dan hadits di atas menunjukkan agar seseorang berhati-hati dalam menerima berita dan menyampaikannya. Oleh karena itu, para sahabat berhati-hati dalam menyampaikan berita dan menerimanya terutama ketika mereka meragukan kejujuran rawi, sehingga muncullah pembahasan sanad dan urgensinya dalam menerima berita dan menolaknya. Ibnu Sirin berkata, “Dahulu mereka tidak menanyakan isnad, namun ketika terjadi fitnah (perselisihan), mereka pun berkata, “Sebutkan kepada kami rawi-rawi kamu, lalu diperhatikan; jika termasuk Ahlussunnah maka diambil haditsnya, tetapi jika termasuk Ahli Bid’ah maka tidak diambil haditsnya.”

Oleh karena khabar (berita) tidak begitu saja diterima kecuali setelah mengetahui sanadnya, maka muncullah ilmu Jarh wa Ta’dil, ilmu mengetahui sanad yang bersambung dan terputus, pembahasan ilalul hadits, dan pembicaraan terhadap sebagian rawi namun masih sedikit karena sedikitnya orang-orang yang cacat ketika itu. Kemudian ilmu-ilmu ini diriwayatkan secara lisan seperti terkait bagaimana menerima hadits dan menyampaikannya, nasikh dan mansukhnya, gharibnya dan sebagainya. Lalu ilmu-ilmu ini ditulis namun masih bercampur dengan ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu Ushul Fiqh, ilmu Fiqh, dan kitab hadits sebagaimana Imam Syafi’i menulis Ushul (dasar-dasar) Ilmu Musthalah Hadits dalam kitabnya Ar Risalah dan Al Umm, lalu diikuti oleh Imam Bukhari, Muslim dan lainnya dalam kitab-kitab mereka namun masih bercampur dengan pembahasan yang lain. Kemudian ditulis secara terpisah pada abad ke-4 H oleh Arraamahurmuziy (w. 360 H) dalam kitabnya Al Muhadditsul Faashil bainar Raawi wal Marwiy, setelah itu ditulis buku-buku Musthalah Hadits secara terpisah seperti Ma’rifatu Ulumil hadits karya Al Hakim (w. 405 H), Al Mustakhraj ‘ala Ma’rifati Ulumil Hadits karya Abu Nu’aim Al Ashbahaniy (w. 430 H), Al Kifayah Fii Ilmir Riwayah dan Al Jami Li Akhlaqir raawi wa Aadabis Saami keduanya karya Al Khathhib Al Baghdadi (w. 463 H), Al Ilma ‘ala Ma’rifati Ushulir Riwayah wa Taqyidis Sama karya Al Qadhi Iyadh (w. 544 H),  Maa Laa Yasa’ul Muhaddits Jahluhu karya Abu Hafsh Al Miyanji (w. 580 H), Ulmuul Hadits atau Muqaddimah Ibni Shalah (w. 643 H), Nuhkbatul Fikar karya Ibnu Hajar Al Asqalani (w. 852 H), Tadribur Raawi karya As Suyuthi (w. 911 H), dll.

9. Pembukuan Ilmu Nahwu

Di antara kisah yang paling masyhur ditulisnya ilmu Nahwu adalah kisah Abul Aswad Ad Du’aliiy ketika ia melewati seorang yang membaca firman Allah Ta’ala,

وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ

“Dan (inilah) suatu pengumuman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.” (Qs. At Taubah: 3)

Orang itu mengkasrahkan huruf lam pada kata ‘   وَرَسُولُهُ ’  yang kedua sehingga yang seharusnya artinya  ‘bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin’  menjadi ‘bahwa sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrikin dan dari rasul-Nya’ yang membuat makna jadi berubah.

Maka Abul Aswad Ad Du’alliy mendatangi Ali bin Abi Thalib dan menyampaikan bahwa Bahasa Arab berada dalam bahaya dan harus segera dijaga oleh pemerintah, maka Ali segera menulis surat yang isinya, “Bismillahirrahmaanirrahim. Kalam itu ada tiga; isim (kata benda), fi’il (kata kerja), dan harf (kata sambung/k. depan). Ism adalah berita terhadap yang disebutkan, fi’il adalah berita tentang gerakan yang disebutkan, sedangkan harf adalah apa yang diberitakan juga namun bukan ism dan fi’il,” lalu ia berkata kepada Abul Aswad,

انْحُ هَذَا النَّحْو

“Ikutilah jalan ini.”

Maka dari sinilah disebut ilmu Nahwu.

Dengan demikian, lahn (salah baca) inilah penyebab ditulisnya ilmu Nahwu setelah Islam tersebar di berbagai penjuru dunia.

Lalu siapa yang pertama menulis ilmu Nahwu?

Semua riwayat sepakat bahwa peletak pertama ilmu Nahwu adalah Abul Aswad Ad Du’alliy, beliau juga yang pertama memberikan titik dan harakat pada ayat Al Qur’an untuk menghindari kesalahan membaca. Ketika itu, ia memberi titik dengan warna berbeda dengan warna tulisan mushaf Al Qur’an, jika fathah diletakkan titik itu di atas huruf, jika kasrah diletakkan di bawah huruf, dan jika dhammah diletakkan di kiri huruf, dan membuat titik dua di atas huruf, atau bawahnya, atau sebelah kirinya untuk menunjukkan dibaca tanwin. Sedangkan untuk sukun ia biarkan tanpa tiitik. 

Dengan demikian, Abul Aswad Ad Du’alliy adalah orang yang pertama memberi titik dan harakat pada mushaf dan yang pertama menulis ilmu Nahwu.

Ada pula yang berpendapat bahwa yang pertama menulisnya adalah Al Khalil bin Ahmad Al Farahidiy. Yang lain berpendapat, bahwa yang pertama menulisnya adalah Ali bin Abi Thalib, dan ada pula yang berpendapat bahwa yang pertama menulisnya adalah Sibawaih, wallahu a’lam. (Lihat: https://www.twinkl.co.id/teaching-wiki/lm-alnhw )

10. Pembukuan Ilmu Sirah Nabawiyyah (sejarah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam)

Sumber rujukan sirah Nabawiyyah adalah Al Qur’an, As Sunnah atau kitab-kitab hadits, kitab-kitab sirah Nabawiyyah, kitab-kitab tarikh, dan syair Arab.

Penulisan Sirah Nabawiyyah telah dimulai oleh beberapa sahabat dan tabiin, di antaranya adalah ulama umat ini ‘Abdullah bin Abbas’ radhiyallahu anhuma.

Lalu dilanjutkan oleh Aban bin Utsman, Urwah bin Az Zubair bin Awam, Abdullah bin Abi Bakar Al Anshari, Muhammad bin Muslim bin Syihab Az Zuhri (penulis hadits di masa Umar bin Abdul Aziz), dll.

Selanjutnya penulisan secara tersendiri oleh generasi setelah mereka, di antaranya adalah Musa bin Uqbah Al Madaniy (w. 141 H) dalam kitabnya Al Maghaziy, Abul Mu’tamir Sulaiman bin Tharkhan Al Bashri (w. 143 H) dalam kitabnya As Sirah Ash Shahihah, kemudian ditulis pula secara tersendiri oleh:

a. Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Yasar Al Muththalibiy (w. 151 H),

Ia berguru kepada Al Qasim bin Muhmmad bin Abi Bakr dan Aban bin Utsman bin Affan, melakukan perjalanan ke Mesir, Irak, Syam, dan lainnya. Ia menulis kitab Maghaziy ibn Ishaq yang telah dibaca murid-muridnya terutama Syaikh Al Bakka’iy yang merupakan guru Ibnu Hisyam.

Shalahuddin Ash Shafdiy (w. 764 H) berkata, “Orang yang pertemu menulis tentang maghaziy (sejarah perang) adalah Urwah bin Az Zubair, lalu Musa bin Uqbah, kemudian Abdullah bin Wahb. Selanjutnya tentang sirah yang pertama menulisnya adalah Ibnu Ishaq.” (Al Wafiy fil Wafayat 1/3)

b. Muhammad bin Umar bin Waqid (w. 307 atau 309 H)

Dia adalah orang alim kedua setelah Ibnu Ishaq tentang sejarah perang dan tarikh (tanggal, bulan atau tahun kejadian). Bukunya menjadi pegangan para sejarawan setelahnya. Kitab sirah  Muhammad bin Umar bin Waqid ini berjudul Al Maghaziy.

b. Abu Muhammad Abdul Malik  bin Ayyub Al Mu’afiriy Al Humairiy (w. 218 H) yang dikenal dengan nama Ibnu Hisyam.

Ibnu Hisyam banyak menekuni kitab karya Ibnu Ishaq yang diriwayatkan dari gurunya Al Bakka’iy. Bukunya terkenal dengan nama ‘Sirah ibn Hisyam’.

Ada pula ulama lainnya yang menulis sejarah, seperti Thabaqat Ibn Sa’ad, dimana 5 jilid daripadanya ia khususkan tentang Sirah.

Selanjutnya para ulama menulis sirah hingga sekarang, di antaranya: Nurul Yaqin Fii Sirati Sayyidil Mursalin karya Syaikh Muhammad Al Khudhari Bek, Ar Rahiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuriy, Shahih Sirah Nabawiyyah karya Syaikh Akram Dhiya Al Umariy, dll.

Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam walhamdulillahi Rabbil ‘aalamin.

Marwan bin Musa

(Dosen Daarul Qur’an wa Sunnah)

Maraji’: Maktabah Syamilah (beberapa versi), Al Mu’taqad Ash Shahih (Syaikh Abdussalam bin Barjas Al ‘Abdul Karim), Ushul Fit Tafsir (M. bin Shalih Al Utsamin), Mukadimah Minnaturrahman (Marwan Hadidi), At Tajwid Al Mushawwar (Dr. Aiman Rusydi Suwaid),  Mabahits Fii Ilmit Tajwid (Marwan Hadidi),  Mushthalahul Hadits Al Muyassar (Dr. Imad Ali Jum’ah), Ushulul Fiqh Al Muyassar (Dr. Imad Ali Jum’ah), As Sirah An Nabawiyyah SMA kelas 1, Yaman, kementrian pendidikan),  https://www.alukah.net/sharia/0/65984/%D9%84%D9%85%D8%AD%D8%A9-%D9%85%D9%88%D8%AC%D8%B2%D8%A9-%D8%B9%D9%86-%D8%AA%D8%A7%D8%B1%D9%8A%D8%AE-%D8%A7%D9%84%D8%AA%D8%AC%D9%88%D9%8A%D8%AF/#ixzz8nC2sdSjV , https://mawdoo3.com/%D8%A3%D9%88%D9%84_%D9%85%D9%86_%D8%AF%D9%88%D9%91%D9%86_%D8%A7%D9%84%D9%81%D9%82%D9%87 , https://www.twinkl.com/teaching-wiki/lm-alnhw



[i] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Muqaddimah Tafsir mengomentari Ats Tsa’labi dengan mengatakan, “Ats Tsa’labi pada dirinya terdapat kebaikan dan agama, akan tetapi beliau seperti pencari kayu bakar (tidak bisa memilah dan memilih), ia menukil apa yang ada dalam kitab-kitab tafsir baik yang shahih, dha’if, bahkan yang maudhu (palsu).”

[ii] Tentang Al Wahidiy dan Al Baghawiy Ibnu Taimiyah mengomentari keduanya dengan mengatakan, “Al Wahidiy lebih mengerti bahasa Arab daripada Ats Tsa’labiy. Sedangkan tafsir Al Baghawiy adalah ringkasan dari Ats Tsa’labiy, akan tetapi beliau menjaga tafsirnya dari hadits-hadits palsu dan pendapat-pendapat bid’ah.”

*Prinsip Dakwah Salafiyyah*

Selasa, 05 November 2024

بسم الله الرحمن الرحيم




*Prinsip Dakwah Salafiyyah*


🌼الأصول السلفية 🌼


1_الأصل الأول :

الاهتمام و العناية بطلب العلم الشرعي و التفقه في الدين .


2_الأصل الثاني :

الحرص على التطبيق العملي للإسلام .


3_الأصل الثالث :

الدعوة إلى الله على بصيرة .


4_الأصل الرابع :

الاهتمام بعقيدة و منهج السلف علما و عملا و تعليما .


5_الأصل الخامس :

الاهتمام بالسنة النبوية و الحرص على العمل بها و الدعوة إلى ذلك .


6_الأصل السادس :

الارتباط الوثيق بعلماء أهل السنة و الجماعة .


7_الأصل السابع :

الابتعاد عن الحزبيات و الجماعات الإسلامية السرية المنحرفة .


8_الأصل الثامن :

التزامنا بما دل عليه الكتاب والسنة و إجماع ما كان عليه السلف في معاملة حكامنا و أئمتنا .


9_الأصل التاسع :

منابذة أهل البدع و التحذير منهم


10_الأصل العاشر :

التزامنا بالكتاب و السنة بفهم سلف الامة في كل شؤوننا و أحوالنا.


📚كتاب أصول الدعوة السلفية

لـــ عبدالسلام برجس ال عبد الكريم رحمه الله ص ٧٥].


1️⃣ *Prinsip Pertama* , memberikan perhatian terhadap ilmu syar’i dan mendalami agama.


2️⃣ *Prinsip Kedua* , berusaha menerapkan ajaran Islam.


3️⃣ *Prinsip Ketiga* , berdakwah kepada Allah di atas ilmu.


4️⃣ *Prinsip Keempat* , memperhatikan akidah dan manhaj salaf baik dalam hal ilmu, amal, maupun dakwah.


5️⃣ *Prinsip Kelima* , memperhatikan Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan berusaha untuk mengamalkan dan mendakwahkannya.


6️⃣ *Prinsip Keenam* , memiliki ikatan yang kuat dengan para ulama Ahlussunnah wal Jamaah.


 7️⃣ *Prinsip Ketujuh* , menjauhi kelompok dan jamaah Islam yang sembunyi-sembunyi lagi menyimpang.


8️⃣ *Prinsip Kedelapan* , berpegang dengan ajaran yang ditunjukkan oleh Al Qur’an, As Sunnah, dan Ijma kaum salaf dalam bermuamalah dengan pemerintah dan pemimpin.


9️⃣ *Prinsip Kesembilan* , menyelisihi Ahli Bid’ah dan memperingatkan mereka.


🔟 *Prinsip Kesepuluh* , berpegang dengan Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman generasi pertama umat ini dalam semua urusan dan keadaan.


(Ushulud Da’wah As Salafiyyah karya Abdussalam Barjas Al Abdil Karim rahimahullah hal. 75)


Alih Bahasa:

Marwan Hadidi✍️

Daftar Kitab-Kitab Dalam Telegram wawasan_muslim (Bag. 9)

Senin, 28 Oktober 2024

 بسم الله الرحمن الرحيم


 

*Daftar Kitab-Kitab Dalam Telegram wawasan_muslim*

Bagian 9

 

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:

 

Berikut beberapa kitab yang telah diupload dalam telegram wawasan_muslim (install dulu aplikasi telegram dari play store kemudian cari channel wawasan_muslim), semoga Allah menjadikan usaha ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.

 

Upload dimulai dimulai dari tanggal 9 Sya’ban 1444 H/02 Maret 2023.

 

*As Sunnah wa Ulumuha*

 

968. As Sirajul Munir Syarh Al Jami Ash Shaghir

السراج المنير شرح الجامع الصغير

https://t.me/wawasan_muslim/21955

 

969. Al Fathul Kabir Fii Dhammiz Ziyadah Ilal Jaami’ish Shaghir

الفتح الكبير في ضم الزيادة إلى الجامع الصغير

https://t.me/wawasan_muslim/21960

 

970. Al Mudaawiy Li ‘Ilalil Jaami’ish Shaghir wa Syarhil Munawi

المداوي لعلل الجامع الصغير وشرحي المناوي

https://t.me/wawasan_muslim/21965

 

971. Faidhul Qadir

فيض القدير

https://t.me/wawasan_muslim/21972

 

972. Al Ahkam Asy Syar’iyyah Ash Shughra karya Al Asybiliy

الأحكام الشرعية الصغرى للأشبيلي

https://t.me/wawasan_muslim/21998

 

973. Al Ahkam Asy Syar’iyyah Al Kubraa karya Al Asybiliy

الأحكام الشرعية الكبرى للأشبيلي

https://t.me/wawasan_muslim/22001

 

974. Al Ahkam Asy Syar’iyyah Al Wustha karya Al Asybiliy

الأحكام الشرعية الوسطى للأشبيلي

https://t.me/wawasan_muslim/22008

 

975. Al Ifham Fii Syarh Bulughil Maram

الإفهام في شرح بلوغ المرام

https://t.me/wawasan_muslim/22014

 

976. Taudhihul Ahkam Syarh Bulughil Maram

توضيح الأحكام شرح بلوغ المرام

https://t.me/wawasan_muslim/22017

 

977. Al Imam Fii Ma’rifati Ahaaditsil Ahkaam karya Ibnu Daqiqil ‘Ied

الإمام في معرفة أحاديث الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22026

 

978. Al Badrut Tamam Syarh Bulughil Maram min Adillatil Ahkam

البدر التمام شرح بلوغ المرام من أدلة الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22075

 

979. At Ta’liq Ash Shabih ‘ala Misykatil Mashaabiih

التعليق الصبيح على مشكاة المصابيح

https://t.me/wawasan_muslim/22081

 

980. As Sunan wal Ahkam karya Adh Dhiya Al Maqdisiy

السنن والأحكام للضياء المقدسي

https://t.me/wawasan_muslim/22086

 

981. Al ‘Uddah ‘Alaa Ihkaamil Ahkaam

العدة على إحكام الأحكام للصنعاني

https://t.me/wawasan_muslim/22095

 

982. Al ‘Uddah Fii Syarh ‘Umdatil Ahkam

العدة في شرح عمدة الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22109

 

983. Iqazhul Afham Fii Syarh ‘Umdatil Ahkam

إيقاظ الأفهام في شرح عمدة الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22115

 

984. Tanqihut Tahqiq Fii Ahaaditsit Ta’liq

تنقيح التحقيق في أحاديث التعليق

https://t.me/wawasan_muslim/22120

 

985. Al I’laam bifawa’id Umdatil Ahkam

الإعلام بفوائد عمدة الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22126

 

986. Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram

توضيح الأحكام من بلوغ المرام-ط الأسدي

https://t.me/wawasan_muslim/22140

 

987. Taisirul ‘Allam Syarh ‘Umdatil Ahkam

تيسير العلام شرح عمدة الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22149

 

988. Riyadhul Afham Syarh ‘Umdatil Ahkam

رياض الأفهام شرح عمدة الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22190

 

989. Subulus Salam – Ta’liq Al Albani-

سبل السلام- تعليق الألباني

https://t.me/wawasan_muslim/22194

 

990. Subulus Salam – Ta’liq Hallaq

سبل السلام-ت حلاق

https://t.me/wawasan_muslim/22199

 

991. Subulus Salam – Ta’liq Syaiha

سبل السلام-تحقيق شيحا

https://t.me/wawasan_muslim/22208

 

992. Syarah Bulugh Al Maram karya Syaikh Al Ulwan

شرح البلوغ للعلوان

https://t.me/wawasan_muslim/22294

 

993. Syarah Bulugh Al Maram karya Az Zamil

شرح بلوغ المرام للزامل

https://t.me/wawasan_muslim/22302

 

994. Syarah Bulugh Al Maram karya Shalih Aalusy Syaikh

شرح بلوغ المرام-صالح آل الشيخ

https://t.me/wawasan_muslim/22305

 

995. Syarah Bulugh Al Maram karya Shalih Abdul Karim Al Khadir

شرح بلوغ المرام-عبدالكريم الخضير

https://t.me/wawasan_muslim/22312

 

996. Syarah Umdatil Ahkam karya Shalih Abdul Karim Al Khadir

شرح عمدة الأحكام-عبدالكريم الخضير

https://t.me/wawasan_muslim/22321

 

997. Syarh Kitab Ash Shiyam min Taqribil Asaanid

شرح كتاب الصيام من تقريب الأسانيد-عبدالكريم الخضير

https://t.me/wawasan_muslim/22323

 

998. Tharhut Tatsrib

طرح التثريب

 

998. Tharhut Tatsrib

طرح التثريب

https://t.me/wawasan_muslim/22329

 

999. Fathul ‘Allam Li Syarh Bulugh Al Maram

فتح العلام لشرح بلوغ المرام

https://t.me/wawasan_muslim/22339

 

1000. Fathul Ghaffar Al Jaami Li Ahkaam Sunnati Nabiyyinal Mukhtaar

فتح الغفار الجامع لأحكام سنة نبينا المختار

https://t.me/wawasan_muslim/22343

 

1001. Fiqhul Islam

فقه الإسلام

https://t.me/wawasan_muslim/22394

 

1002. Kasyful Litsam Syarh Umdatil Ahkam

كشف اللثام شرح عمدة الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22406

 

1003. Mir’aatul Mafaatih

مرعاة المفاتيح

https://t.me/wawasan_muslim/22416

 

1004. Mirqaatul Mafaatiih Syarh Misykatil Mashaabih

مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح

https://t.me/wawasan_muslim/22427

 

1005. Minhatul ‘Allam Syarh Bulugh Al Maram

منحة العلام شرح بلوغ المرام-إلى نهاية القصر في السفر

https://t.me/wawasan_muslim/22441

 

1006. Nailul Authar

نيل الأوطار

https://t.me/wawasan_muslim/22487

 

1007. Nailul Awthar min Asraar Muntaqal Akhbar

نيل الأوطار من أسرار منتقى الأخبار-تحقيق طارق عوض الله

https://t.me/wawasan_muslim/22497

 

1008. Nailul Awthar wa bihaamsyihi ‘Aunul Baari Li Halli Adillatil Bukhari

نيل الأوطار وبهامشه عون الباري لحل أدلة البخاري

https://t.me/wawasan_muslim/22510

 

1009. Nailul Awthar tahqiq Hallaq

نيل الأوطار-ت حلاق

https://t.me/wawasan_muslim/22519

 

1010. Ihkaamul Ahkam Ash Shaadirah Min baini Syafatay Sayyidil Ahkam

إحكام الأحكام الصادرة من بين شفتي سيد الأنام

https://t.me/wawasan_muslim/22539

 

1011. Ihkaamul Ahkam Ash Shaadirah Min baini Syafatay Sayyidil Ahkam

إحكام الأحكام الصادرة من بين شفتي سيد الأنام

 

1012. Ihkaamul Ahkam Syarh Umdatil Ahkam

إحكام الأحكام شرح عمدة الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22557

 

1013. Al Ilmam bimaa Fish Shahihain min Ahaaditsil Ahkam

الإلمام بما في الصحيحين من أحاديث الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22558

 

1014. Ad Durrul Manzhum min Kalamil Mushthafa Al Ma’shum

الدر المنظوم من كلام المصطفى المعصوم

https://t.me/wawasan_muslim/22560

 

1015. Asy Syaukani wa Manhajuhu Fii Nailil Awthaar

الشوكاني ومنهجه في نيل الأوطار

https://t.me/wawasan_muslim/22562

 

1016. Al Muharrar fil Hadits

المحرر في الحديث

https://t.me/wawasan_muslim/22592

 

1017. Bulughul Maram bi Hasyiyah ibn Baz

بلوغ المرام بحاشية ابن باز

https://t.me/wawasan_muslim/22594

 

1018. Bulughul Maram tahqiq Ahmad Sulaiman

بلوغ المرام- ت أحمد سليمان

https://t.me/wawasan_muslim/22596

 

1019. Bulughul Maram tahqiq Asy Syallahiy

بلوغ المرام- ت الشلاحي  

https://t.me/wawasan_muslim/22598

 

1020. Bulughul Maram tahqiq Az Zuhairiy

بلوغ المرام-ت الزهيري

https://t.me/wawasan_muslim/22600

 

1021. Bulughul Maram tahqiq Thariq ‘Awdhullah

بلوغ المرام-ت طارق عوض الله

https://t.me/wawasan_muslim/22630

 

1022. Bulughul Maram tahqiq Isham Musa Haadi

بلوغ المرام-ت عصام موسى هادي

https://t.me/wawasan_muslim/22632

 

1023. Bulughul Maram tahqiq Muhammad Hamid Al Fiqiy

بلوغ المرام-ت محمد حامد الفقي

https://t.me/wawasan_muslim/22634

 

1024. Taqribul Asaanid wa Tartibul Masaanid

تقريب الأسانيد وترتيب المسانيد

https://t.me/wawasan_muslim/22636

 

1025. Taudhihul Ahkam karya Al Bassam

توضيح الأحكام للبسام

https://t.me/wawasan_muslim/22638

 

1026. Ahaaditsul Akhqak karya Syaikh Abdurrrazzaq Al Badr

أحادبيث الأخلاق

https://t.me/wawasan_muslim/22640

 

1027. Syarh Ahaaditsish Shiyam min Bulughil Maram

شرح أحاديث الصيام من بلوغ المرام-العبودي

https://t.me/wawasan_muslim/22642

 

1028. Syarh Bulughil Maram – Abdul Karim Al Khudhair-

شرح بلوغ المرام-عبدالكريم الخضير

https://t.me/wawasan_muslim/22683

 

1029. Syarh Umdatil Ahkam – Abdul Karim Al Khudhair-

شرح عمدة الأحكام-عبدالكريم الخضير

https://t.me/wawasan_muslim/22685

 

1030. Syarh Kitabil Haj min Blughil Maram Libni Baz

شرح كتاب الحج من بلوغ المرام-لابن باز

https://t.me/wawasan_muslim/22687

 

1031. Syarh Mukhtashar Li Bulughil Maram (Ilash Shiyam) – Al Utsaimin -

شرح مختصر لبلوغ المرام (إلى الصيام)-العثيمين

https://t.me/wawasan_muslim/22689

 

1032. Shofwatul Ahkam min Nailil Awthar wa Subulis Salam

صفوة الأحكام من نيل الأوطار وسبل السلام

https://t.me/wawasan_muslim/22698

 

1033. Umdatul Ahkam tahqiq Al Arnauth

عمدة الأحكام- ت الأرنؤوط

https://t.me/wawasan_muslim/22700

 

1034. Umdatul Ahkam tahqiq Al Hajuriy

عمدة الأحكام- ت الحجوري

https://t.me/wawasan_muslim/22702

 

1035. Umdatul Ahkam tahqiq Al Fariyabiy

عمدة الأحكام-ت الفاريابي

https://t.me/wawasan_muslim/22704

 

1036. Kitabul Haj min Umdatil Ahkam

كتاب الحج من عمدة الأحكام

https://t.me/wawasan_muslim/22706

 

1037. Misykatul Mashabih

مشكاة المصابيح

https://t.me/wawasan_muslim/22708

 

1038. Manzhumah Al Bulugh karya Ash Shan’aniy

منظومة البلوغ للصنعاني

https://t.me/wawasan_muslim/22710

1039. Al Ahaadits Al Qudsiyyah

الأحاديث القدسية

https://t.me/wawasan_muslim/22736

 

1040. Jaami’ul Ahaadits Al Qudsiyyah

جامع الأحاديث القدسية

https://t.me/wawasan_muslim/22739

 

1041. Al Ithaafat As Sunniyyah bil Ahaadits Al Qudsiyyah

الإتحافات السنية بالأحاديث القدسية

https://t.me/wawasan_muslim/22746

 

1042. Al Ithaafat As Sunniyyah fil Ahaadits Al Qudsiyyah

الإتحافات السنية في الأحاديث القدسية للمدني

https://t.me/wawasan_muslim/22748

 

1043. Al Ahaadits Al Qudsiyyah Ash Shahihah

الأحاديث القدسية الصحيحة

https://t.me/wawasan_muslim/22750

 

1044. Al Ahaadits Al Qudsiyyah Jam’an wa Dirasatan

الأحاديث القدسية جمعاً ودراسة

https://t.me/wawasan_muslim/22752

 

 

1045. At Ta’liqaat As Sunniyyah ‘ala Kitab Al Ahaadits Al Qudsiyyah

التعليقات السنية على كتاب الأحاديث القدسية

https://t.me/wawasan_muslim/22754

 

1046. Ash Shahihul Musnad minal Ahaadits Al Qudsiyyah

الصحيح المسند من الأحاديث القدسية

https://t.me/wawasan_muslim/22756

 

1047. Al Maqaashid As Saniyyah fil Ahaadits Al Ilaahiyyah

المقاصد السنية في الأحاديث الإلهية

https://t.me/wawasan_muslim/22758

 

1048. Al Jaami Fii Ghariibil Hadits

الجامع في غريب الحديث

https://t.me/wawasan_muslim/22768

 

1049. Ad Dalaail Fii Ghariibil Hadits

الدلائل في غريب الحديث

https://t.me/wawasan_muslim/22774

 

1050. Al Faa’iq Fii Ghariibil Hadits

الفائق في غريب الحديث

https://t.me/wawasan_muslim/22779

 

1051. Al Majmu Al Mughits Fii Gharibil Qur’an wal Hadits

المجموع المغيث فى غريبي القرآن والحديث

https://t.me/wawasan_muslim/22787

 

1052. An Nihayah Fii Gharibil Hadits wal Atsar

النهاية في غريب الحديث والأثر

https://t.me/wawasan_muslim/22792

 

1053. Gharibul Hadits karya Abu Ubaid

غريب الحديث لأبي عبيد

https://t.me/wawasan_muslim/22800

 

1054. Gharibul Hadits karya Abu Ubaid tahqiq Abdut Tawwab

غريب الحديث لأبي عبيد ت. عبد التواب

https://t.me/wawasan_muslim/22814

 

1055. Gharibul Hadits karya Al Harbiy

غريب الحديث للحربي

https://t.me/wawasan_muslim/22818

 

1056. Gharibul Hadits karya Al Khaththabiy

غريب الحديث للخطابي

https://t.me/wawasan_muslim/22823

 

1057. Islah Ghalath Abi Ubaid Fii Gharibil Hadits

إصلاح غلط أبي عبيد في غريب الحديث

https://t.me/wawasan_muslim/22828

 

1058. Adz Dzail ‘alan Nihayah Fii Gharibil Hadits wal Atsar

الذيل على النهاية في غريب الحديث والأثر

https://t.me/wawasan_muslim/22830

 

1059. Manhaj Ibn Qutaibah Fii Kitabihi Gharibil Hadits

منهج ابن قتيبة في كتابه غريب الحديث

https://t.me/wawasan_muslim/22832

 

 

Dengan pertolongan Allah dan taufik-Nya, selesai upload 1055 kitab bagian *Qismu As Sunnah wa Ulumuha* (bidang As Sunnah, dan ilmu-ilmunya) ke dalam channel Telegram 

 

https://t.me/wawasan_muslim

 

Upload berbagai kitab dimulai dari tanggal 9 Sya’ban 1444 H/02 Maret 2023. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

 

Akhukum Fillah Marwan Hadidi

(semoga Allah mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya, dan kaum muslimin semua, aamiin)

 

*Untuk Pencarian kitab, cukup ketik judul kitab dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia di bagian search atau بحث di channel telegram https://t.me/wawasan_muslim   kemudian klik!*

Contoh:

غريب الحديث

Gharibul Hadits

 

Walhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.
 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger