بسم
الله الرحمن الرحيم
Keutamaan Tauhid dan Bahaya Syirik (1)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang keutamaan
Tauhid dan bahaya syirik, serta
segala perbuatan yang dapat menafikan tauhid atau mengurangi kesempurnaannya.
Semoga Allah menjadikan risalah ini ditulis ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma
aamin.
Keutamaan Tauhid
1. Tauhid adalah kewajiban pertama yang diserukan oleh
para rasul ‘alaihimush shalatu was salam, inilah asas utama dakwah mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا
أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan),
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.” (QS. An Nahl: 36)
2. Tauhid merupakan
hak Allah Ta’ala yang paling besar yang harus dilaksanakan seorang hamba.
Disebutkan dalam shahihain dari hadits Mu’adz radhiyallahu 'anhu ia berkata,
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ
وَلاَ يُشْرِكُوْا بِهِ
شَيْئاً
“Hak Allah yang wajib dipenuhi hamba adalah
agar mereka beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu.”
3. Tauhid
adalah rukun Islam yang pertama. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
بُنِيَ الْإِسْلاَمُ
عَلَى خَمْسَةٍ: عَلَى أَنْ يُوَحِّدَ اللهَ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ
الزَّكَاةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ، وَالْحَجِّ
“Islam dibangun di atas lima dasar;
mentauhidkan Allah (bersyahadat), mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa
Ramadhan, dan berhajji.” (HR. Muslim)
4. Barang
siapa yang mentauhidkan Allah, maka ia akan masuk surga. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَأَنَّ {{مُحَمَّدًا}} رَسُولُ اللَّهِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ النَّارَ
“Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah, maka Allah akan mengharamkannya masuk neraka.” (HR. Muslim)
Dalam Shahih
Muslim disebutkan,
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ
أَبِيهِ قَالَ لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلٍ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِى
أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « يَا
عَمِّ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ
اللَّهِ » . فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِى أُمَيَّةَ يَا
أَبَا طَالِبٍ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ . فَلَمْ يَزَلْ
رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ وَيُعِيدُ لَهُ تِلْكَ
الْمَقَالَةَ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى
مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ . وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ .
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « أَمَا وَاللَّهِ لأَسْتَغْفِرَنَّ
لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ » . فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( مَا كَانَ
لِلنَّبِىِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ
كَانُوا أُولِى قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ
الْجَحِيمِ ) . وَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِى أَبِى طَالِبٍ فَقَالَ لِرَسُولِ
اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِنَّكَ لاَ تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ
اللَّهَ يَهْدِى مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ) .
Dari Sa’id
bin Al Musayyib dari ayahnya ia berkata, “Ketika Abu Thalib hendak meninggal
dunia, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang dan mendapatkan Abu
Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Al Mughirah berada di dekatnya, lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai pamanku! Katakanlah
“Laailaahaillallah” (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah) sebagai
kalimat yang dapat aku gunakan bersaksi untuk membelamu di hadapan Allah.”
Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah pun berkata, “Hai Abu Thalib! Apakah
kamu benci agama Abdul Muththalib,” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
pun mendorong Abu Thalib untuk mengucapkannya dan mengulang-ulangnya sehingga
akhir ucapan Abu Thalib adalah, “Tetap di atas agama Abdul Muththalib”
dan enggan mengucapkan Laailaahaillallah. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam berkata, “Demi Allah, aku akan memintakan ampunan untukmu selama aku
tidak dilarang,” Allah pun menurunkan ayat, “Tidak sepatutnya bagi Nabi dan
orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang
musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), setelah
jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka
jahanam. (QS. At Taubah: 113)
Allah Ta’ala
juga menurunkan ayat tentang Abu Thalib. Firman Allah kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.” (QS. Al Qashshas: 56)
5. Barang
siapa yang meninggal tidak di atas tauhid, maka dia akan masuk neraka serta
kekal di sana selama-lamanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
دَخَلَ النَّارَ » .
“Barang siapa yang meninggal dalam keadaan
berbuat syirik kepada Allah, maka dia akan masuk neraka.” (HR. Muslim)
6. Tauhid
adalah ketaatan yang paling besar, sedangkan syirk adalah kemaksiatan yang
paling besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ
بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا
قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
"Iman
itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama adalah
ucapan “Laailaahaillallah” dan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan hal
yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang iman.” (HR. Muslim)
عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - قَالَ :
سُئِلَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم
عَنِ الْكَبَائِرِ ؟ قَال :« الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ ،
وَقَتْلُ النَّفْسِ ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ
Dari Anas
radhiyallahu 'anhu ia berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
ditanya tentang dosa-dosa besar, Beliau menjawab, “Syirik kepada Allah, durhaka
kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan bersaksi palsu.” (HR. Bukhari)
7. Karena
tauhid, dosa-dosa akan diampuni. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ
آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ
مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ
السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ
أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي
شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
Allah Ta’ala
berfirman, “Wahai anak Adam! Sesungguhnya selama kamu berdoa kepada-Ku dan
memohon kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli (betapa pun
banyak dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam! seandainya dosa-dosamu setinggi
awan di langit, kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu.
Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika kamu datang kepada-Ku dengan kesalahan
sepenuh bumi kemudian kamu menemui-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku sedikit pun,
maka Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh itu.“ (HR. Tirmidzi, ia berkata,
“Hadits hasan shahih”)
Dan
keutamaan-keutamaan lainnya yang begitu banyak.
Oleh karena
itu, merealisasikan tauhid adalah jalan menuju kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Sebaliknya, menyimpang daripadanya adalah jalan menuju kesengsaraan.
Merealisasikan tauhid adalah jalan untuk mempersatukan umat, menyatukan
barisannya, dan menyatukan kalimatnya. Sedangkan kurang peduli terhadap tauhid
adalah sebab berpecah belahnya umat dan tidak bersatu.
Ketahuilah,
bahwa tauhid (Laailaahaillallah) adalah kunci surga, akan tetapi setiap kunci
memiliki gigi-gigi yang berbeda-beda, maka agar giginya sesuai, penuhilah
syarat-syaratnya, yaitu:
1.
Mengetahui makna dan isinya, dimana makna dan isinya adalah
nafyu (meniadakan sesembahan selain Allah) dan itsbat (menetapkan bahwa yang
berhak disembah dan diibadahi) hanya Allah, sehingga tidak ada yang berhak
diibadahi kecuali Allah Ta’ala saja. Dalilnya adalah QS. Az Zukhruf: 86.
2.
Meyakini dengan tidak ragu-ragu (lihat QS. Al
Hujurat: 15)
3.
Ikhlas, yakni mengucapkannya ikhlas bukan
karena riya’, sum’ah, maupun kepentingan dunia lainnya (lihat QS. Az Zumar: 2).
4.
Jujur, yakni ia mengucapkan dengan lisannya
dengan dibenarkan oleh hatinya (lihat QS. Al ‘Ankabut: 1-3).
5.
Mencintai kalimat ini dan konsekwensinya (lihat
QS. Al Ma’idah: 54).
6.
Tunduk terhadap isinya dengan melaksanakannya
(lihat QS. Luqman: 22).
7.
Menerima konsekwensi kalimat ini dengan hati
dan lisannya (lihat QS. Ash Shaaffaat: 35-36).
Bersambung…
Wallahu
a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa
sallam
Marwan
bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar