بسم
الله الرحمن الرحيم
Adab Tidur (1)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut
pembahasan tentang adab tidur, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini
ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Pengantar
Tidur adalah salah satu di antara sekian nikmat
Allah kepada kita, dan salah satu tanda di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya,
rahmat-Nya, hikmah-Nya yang dalam, dan nikmat-Nya yang besar. Dia berfirman,
وَمِنْ
آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah
tidurmu di waktu malam dan siang hari serta usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang mendengarkan.” (QS. Ar Ruum: 23)
Dengan tidur, rasa lelah seseorang hilang, dan
dirinya kembali lagi semangat melakukan aktifitas. Nah, agar seorang muslim
dapat mengambil faedah dari tidur yang dilakukan serta menjadikannya sebagai
sebuah ketaatan kepada Allah Rabbul alamin, maka hendaknya seorang muslim memperhatikan
adab-adab yang akan disebutkan setelah ini.
Adab-adab tidur
1. Tidur dini
Seorang muslim tidur lebih dini dan
tidak terlalu larut malam tidurnya kecuali karena terpaksa. seperti memurajaah
ilmu. Hal itu, agar ia dapat bangun lebih pagi dan memulai harinya dengan
semangat.
Abu Barzah Al Aslami radhiyallahu
anhu mengatakan, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak suka tidur
sebelum shalat Isya dan melakukan obrolan setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Berwudhu’
sebelum tidur dan berbaring miring ke sebelah kanan
Dari Barra’ bin Azib radhiyallahu
‘anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku,
إِذَا
أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ، فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى
شِقِّكَ الأَيْمَنِ، وَقُلْ:" اللَّهُمَّ
أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي
إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ
مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي
أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ " فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى الفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا
تَقُولُ
“Apabila engkau
mendatangi tempat tidurmu, maka wudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat,
kemudian berbaringlah ke sisimu sebelah kanan, dan ucapkanlah, “Allahumma aslamtu…sampai arsalta.”
(artinya: Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu, aku hadapkan wajahku
kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu, aku meminta perlindungan kepada-Mu
terhadap punggungku dengan rasa harap dan cemas kepada-Mu, tidak ada tempat
berlindung dan tempat keselamatan selain kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab
yang Engkau turunkan dan Nabi-Mu yang engkau utus). Jika engkau wafat pada
malam hari itu, maka engkau wafat di atas fitrah, dan jadikanlah kalimat itu sebagai kalimat
terakhir yang engkau ucapkan (sebelum tidur).” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Menutup pintu dan
jendela, menutup bejana atau wadah berisi air
dengan menyebut “Bismillah”, dan memadamkan api sebelum tidur
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhuma ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
«إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ - أَوْ
أَمْسَيْتُمْ - فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْتَشِرُ
حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخَلُّوهُمْ، وَأَغْلِقُوا
الْأَبْوَابَ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا
مُغْلَقًا، وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ، وَخَمِّرُوا
آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ، وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا،
وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ»
“Apabila tiba malam hari –atau kalian berada di sore
hari-, maka tahanlah anak-anak kalian, karena setan bertebaran ketika itu.
Ketika telah berlalu sesaat di malam hari, maka lepaskanlah. Tutuplah pintu
serta sebutlah nama Allah (mengucapkan bismillah), karena setan tidak tidak
akan membuka pintu yang tertutup. Ikat pula geribamu dan sebutlah nama Allah.
Tutuplah bejanamu dan sebutlah nama Allah, walau pun hanya dengan melintangkan
sesuatu di atasnya, dan padamkanlah lampu-lampu kalian.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
4. Tidur di tempat yang aman.
Seorang
muslim berusaha tidur di tempat yang aman; yang tidak membuatnya tertimpa
bahaya. Oleh karena itu, ia tidak tidur di atas bidang yang tidak ada
penghalangnya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَامَ
عَلَى سَطْحِ بَيْتٍ لَيْسَ لَهُ حِجَارٌ (سُوْرٌ) فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ الذِّمَّةُ
“Barang siapa yang tidur di atas bidang yang tidak ada
penghalangnya, maka telah lepas tanggung jawab terhadapnya (jika ia
jatuh dan meninggal dunia). (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
ta’liqnya terhadap Al Adabul Mufrad).
5. Mengibas
sprei tiga kali ketika kembali ke
tempat tidurnya sebelum berbaring
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
قَامَ أَحَدُكُمْ عَنْ فِرَاشِهِ ثُمَّ رَجَعَ إِلَيْهِ فَلْيَنْفُضْهُ بِصَنِفَةِ
إِزَارِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ بَعْدُ،
فَإِذَا اضْطَجَعَ فَلْيَقُلْ: بِاسْمِكَ رَبِّي وَضَعْتُ جَنْبِي، وَبِكَ
أَرْفَعُهُ، فَإِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا
فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ، فَإِذَا
اسْتَيْقَظَ فَلْيَقُلْ: الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي فِي جَسَدِي،
وَرَدَّ عَلَيَّ رُوحِي وَأَذِنَ لِي بِذِكْرِهِ "
“Apabila salah seorang di antara kamu bangun dari tempat
tidurnya, lalu kembali lagi, maka kibaslah dengan ujung kainnya sebanyak tiga
kali, karena dia tidak mengetahui apa yang ditinggalkan setelahnya. Ketika ia
telah berbaring, ucapkanlah, “Bismika Rabbi wadha’tu janbiy...sampai ‘ibadakash
shaalihin.” (artinya: Dengan nama-Mu wahai Rabbku, aku taruh lambungku, dan
dengan nama-Mu pula aku angkat. Jika Engkau tahan nyawaku, maka rahmatilah ia,
namun jika Engkau melepasnya, maka jagalah ia sebagaimana Engkau menjaga
hamba-hamba-Mu yang saleh). Saat ia telah bangun, maka ucapkanlah, “Alhamdu
lilladzi ‘aafaani...dst.’ (artinya: segala puji bagi Allah yang telah
memelihara jasadku, mengembalikan ruhku, dan mengizinkan kepadaku untuk
mengingat-Nya).” (HR. Tirmidzi, dan dihasankan oleh Al Albani)
6. Memuhasabah diri
Seorang muslim mengetahui bahwa
tidur adalah kematian kecil, dimana ia bisa saja tidak bangun lagi setelahnya.
Oleh karena itu, dia menghisab dirinya terhadap apa yang diperbuatnya pada hari
itu. Jika amalnya baik, maka ia memuji Allah dan berusaha menambah lagi, tetapi
jika buruk, maka ia meminta ampun dan bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla.
Umar bin Al Khaththab radhiyallahu
'anhu berkata, “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, dan timbanglah amalmu
sebelum kamu ditimbang.”
7. Membaca
dzikr dan doa ketika hendak tidur.
Sebagian dzikrnya telah
disebutkan di atas, di samping itu ada lagi dzikir lainnya,
yaitu:
a. Membaca Ayat Kursiy (Berdasarkan kisah Abu Hurairah yang
didatangi setan yang menjelma menjadi manusia, lalu mengajarinya ayat kursi
agar terhindar darinya, kemudian dibenarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, Shahih Bukhari no. 2311).
b.
Membaca dua ayat terakhir surat Al Baqarah, yaitu ayat 285 dan 286.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
«الآيَتَانِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ البَقَرَةِ،
مَنْ قَرَأَهُمَا فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ»
“Dua ayat terakhir
surat Al Baqarah, barang siapa yang membaca keduanya, maka keduanya akan
mencukupinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksud ‘mencukupinya’
adalah melindunginya dari keburukan dan sesuatu yang tidak disukainya, atau
mencukupinya dari qiyamullail.
c.
Membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq,
dan An Naas. Sebelumnya ia menggabung kedua telapak tangan, lalu meniupnya,
kemudian ia baca ketiga surat tersebut, setelah itu ia usapkan
semampunya ke badannya dimulai dari kepala, wajah, dan bagian depan badannya.
Hal ini berdasarkan
hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
setiap malam ketika mendatangi tempat tidurnya, menggabung kedua telapak
tangannya, meniupnya, lalu membaca ketiga surat di atas, kemudian mengusapkan
ke bagian badan yang bisa diusap, Beliau memulai dari kepala, wajah, dan bagian
depan badannya, dan Beliau lakukan hal itu sebanyak tiga kali (HR. Bukhari no.
5017).
d.
Membaca,
بِسْمِكَ
اللَّهُمَّ اَمُوْتُ وَاَحْيَا
“Dengan nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku
hidup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
e. Membaca
Subhaanallah 33 x, alhamdulillah 33 x, dan Allahu akbar 34 x (HR. Bukhari dan
Muslim dari Ali bin Abi Thalib).
f. Membaca,
اَللَّهُمَّ خَلَقْتَ نَفْسِي وَأَنْتَ تَوَفَّاهَا، لَكَ مَمَاتُهَا
وَمَحْيَاهَا، إِنْ أَحْيَيْتَهَا فَاحْفَظْهَا، وَإِنْ أَمَتَّهَا فَاغْفِرْ
لَهَا، اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ
“Ya Allah, Engkau telah menciptakan
diriku, Engkau yang mewafatkannya. Milik-Mu jiwa ini, baik ketika
mati dan hidup. Jika Engkau hidupkan, maka jagalah, dan
jika Engkau wafatkan, maka ampunilah. Ya Allah, aku meminta kepada-Mu keselamatan.” (HR. Muslim)
g. Membaca,
اَللَّهُمَّ
قِنِيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ
“Ya Allah, jagalah aku dari azab-Mu pada
hari Engkau bangkitkan hamba-hamba-Mu.”
Hafshah radhiyallahu ‘anha menerangkan,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak tidur meletakkan
tangannya yang kanan di bawah pipinya sambil membaca doa di atas. (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani)
h. Membaca,
«اللهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ وَرَبَّ
الْأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ
الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ،
أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اللهُمَّ
أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ
شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ
فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ»
“Ya Allah, Tuhan langit dan bumi, Tuhan Arsyi yang besar,
Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, Tuhan yang membelah butir tumbuh-tumbuhan
dan membelah biji buah, Tuhan yang menurunkan Taurat, Injil, dan Al Furqan (Al
Qur’an). Aku berlindung kepada-Mu dari segala sesuatu. Engkau yang memegang
ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkaulah Al Awwal yang tidak ada sebelum-Mu sesuatu,
Engkau Al Akhir yang tidak ada sesuatu setelah-Mu, Engkau Azh Zhahir yang tidak
ada di atas-Mu sesuatu, dan Engkau Al Bathin yang tidak ada di bawah-Mu sesuatu,
lunasilah hutang kami dan berilah kami kekayaan agar terlepas dari kemiskinan.”
(HR. Muslim)
i. Membaca,
«الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا
وَسَقَانَا، وَكَفَانَا وَآوَانَا، فَكَمْ مِمَّنْ لَا كَافِيَ لَهُ وَلَا
مُؤْوِيَ»
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, minum, mencukupkan
kami, dan memberi kami tempat. Betapa banyak orang yang tidak ada yang
mencukupinya dan memberinya tempat.” (HR. Muslim)
j. Membaca surat
As Sajdah dan Al Mulk.
Dar Jabir
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tidur sampai
membaca Alif laam miim tanzil (surat As Sajdah) dan Tabaarakalladzi
biyadihil mulk (surat Al Mulk). (HR. Tirmidzi)
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa
‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan
bin Musa
Maraji’: http://islam.aljayyash.net
, Maktabah Syamilah versi 3.45, Hidayatul Insan
bitafsiril Qur’an (Penulis), Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan
At Tirmidzi (Abul Ala Al Mubarakfuriy), Hishnul Muslim
(Dr. Sa’id Al Qahthani), Mausu’ah Ruwathil Hadits dan Mausu’ah
Haditsiyyah Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam Li Abhatsil Qur’ani was
Sunnah), dll.
0 komentar:
Posting Komentar