بسم
الله الرحمن الرحيم
Mengenal Ilmu Takhrij Hadits (3)
Segala puji bagi Allah
Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan pembahasan tentang mengenal Ilmu Takhrij Hadits
merujuk kepada kitab Ushulut Takhrij wa Dirasah Al Asanid Al Muyassarah
karya Dr. Imad Ali Jum’ah, semoga
Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
Cara Mentakhrij Hadits
Ketika hendak memulai
mentakhrij hadits hendaknya kita memperhatikan hadits dengan melihat siapa
sahabat yang meriwayatkannya, atau apa inti hadits tersebut (membahas tentang
apa), atau dengan melihat lafaznya, atau melihat awal lafaznya, atau dengan melihat
kepada sifat tertentu yang dikandung oleh hadits baik pada sanad maupun
matannya. Secara lebih rincinya, cara mentakhrij hadits adalah sebagai berikut:
1. Mencari hadits dengan
memperhatikan sahabat yang meriwayatkan, maka bisa digunakan kitab-kitab ini:
kitab-kitab musnad (kitab yang menyebutkan hadits sesuai urutan
sahabat), kitab-kitab mu’jam (kitab yang menyebutkan hadits sesuai urutan
nama sahabat namun sesuai urutan abjad), atau kitab-kitab athraf
(kitab-kitab yang hanya menyebutkan bagian awal hadits).
2.
Mencari hadits dengan memperhatikan lafaz awal matan hadits. Untuk hal ini bisa
kita gunakan kitab-kitab hadits yang haditsnya diurutkan sesuai abjad, atau
melihat kepada kitab-kitab yang memuat kata kunci dan daftar teks hadits (biasa
diletakkan di bagian belakang suatu kitab).
3.
Mencari hadits dengan memperhatikan kata yang berbeda dengan hadits lainnya
yang ada dalam hadits tersebut. Dalam hal ini bisa digunakan kitab Al Mu’jam
Al Mufahras Li Alfazhil Hadits An Nabawi, Fihris Alfazh Jami At
Tirmidzi, atau Fihris Alfazh Shahih Muslim. Namun setelah adanya
software kitab-kitab hadits seperti Maktabah Syamilah dan lainnya, maka kita
dapat dengan mudah mencarinya dengan software-software tersebut yang diinstal
di komputer kita.
4.
Mencari hadits dengan memperhatikan inti atau pembahasannya tentang apa hadits
tersebut. Dalam hal ini kita bisa melihat kepada kitab-kitab Sunan (kitab
hadits yang disusun sesuai bab fiqih).
5. Mencari
hadits dengan memperhatikan keadaan hadits dari sisi sanad maupun matan. Dalam
hal ini kita bisa melihat kepada kitab-kitab yang memuat sifat tertentu yang
ada dalam sanad atau matan. Misalnya kumpulan hadits-hadits yang mutawatir atau
kitab-kitab juz (kitab kecil yang memuat hadits-hadits salah seorang sahabat
atau memuat hadits-hadits tentang masalah tertentu).
6.
Takhrij hadits dengan komputer. Inilah yang paling mudah dan mempersingkat
waktu. Yaitu dengan mengetik lafaz yang berbeda di ‘bahts’ atau pencarian, lalu
kita klik kitab yang kita pilih, kemudian enter, maka akan tampil di mana
posisi hadits dalam kitab tersebut. Di antara softwarenya adalah Mausu’ah Al
Hadits Asy Syarif, Lidwa Pusaka, Mausu’ah Dzahabiyyah, Maktabah Syamilah,
dsb.
Mengenal
kitab-kitab yang digunakan untuk mentakhrij hadits
1.
Jika menggunakan cara pertama, maka seseorang harus tahu nama sahabatnya, lalu
ia lihat kitab-kitab Musnad, Mu’jam, atau Athraf.
A. Kitab Musnad
Kitab
Musnad disusun sesuai nama sahabat, terkadang sesuai huruf abjad, atau sahabat
yang lebih dulu masuk Islam, atau sesuai kabilah(suku)nya, atau sesuai
negerinya, dsb.
Jumlah
Musnad hampir 100 kitab, namun yang paling masyhurnya adalah
a. Musnad
Abu Dawud Sulaiman Ath Thayalisi (w. 204 H)
b. Musnad
Asad bin Musa Al Umawiy (w. 212 H)
c. Musnad
Ubaidullah bin Musa Al ‘Absiy (w. 213 H)
d. Musnad
Abdullah bin Az Zubair Al Humaidiy (w. 219 H)
e. Musnad
Musaddad bin Musarhad Al Bashri (w. 228 H)
f. Musnad
Abu Khaitsamah Zuhair Harb (w. 234 H)
g. Musnad
Ahmad bin Hanbal (w. 241 H)
h. Musnad
Abd bin Humaid (w. 249 H)
i. Musnad
Nu’aim bin Hammad (w. 288 H)
j. Musnad
Abu Ya’la Ahmad Al Maushiliy (w. 307 H)
B. Kitab Mu’jam
Kitab
Mu’jam disusun dengan mengurutkan hadits-haditsnya sesuai Musnad sahabat
(sahabat disebutkan lebih dulu, lalu hadits-haditsnya), atau sesuai urutan
Syaikh (guru), atau negerinya, dsb. Namun biasanya nama-nama sahabat atau
selainnya diurutkan sesuai urutan abjad.
Kitab-kitab
Mu’jam sangat banyak. Yang paling masyhurnya adalah:
a. Mu’jam
Ash Shahabah karya Ahmad bin Ali Al Maushiliy (w. 307 H)
b. Al
Mu’jamul Kabir karya Sulaiman bin Ahmad Ath Thabrani (w. 360 H), dimana
hadits-hadits diurutkan sesuai Musnad sahabat dan diurutkan sesuai abjad,
hanyasaja Musnad Abu Hurairah disusun secara terpisah. Di dalamnya memuat
hadits hampir 60.000 hadits.
c. Al Mu’jamul Awsath karya Thabrani juga.
Hadits-hadits di dalamnya diurutkan sesuai nama-nama gurunya. Isinya hampir
30.000 hadits,
d. Al Mu’jamush Shaghir karya Thabrani pula. Di
dalamnya, Imam Thabrani menyebutkan hadits dari 1.000 guru di antara
guru-gurunya, dimana setiap gurunya pada umumnya satu hadits.
e. Mu’jam
Ash Shahabah karya Ahmad bin Ali bin Lal Al Hamdani (w. 398
H).
C. Kitab Athraaf
Yaitu
kitab yang penulisnya hanya menyebutkan bagian awal hadits yang mengisyaratkan
adanya lanjutan hadits, dan menyebutkan sanad-sanad yang melalui jalan itu
hadits tersebut datang.
Biasanya
hadits-haditsnya disebutkan sesuai nama para sahabat dengan urutan abjad, namun
ada pula yang menyebutkan huruf pertama pada matan hadits tersebut seperti
kitab Athraful Gharaib wal Afrad karya Daruquthni yang diurutkan oleh
Muhammad bin Thahir Al Maqdisi (w. 507 H) dan kitab Al Kasysyaf fi
Ma’rifatil Athraf (yakni athraf
terhadap Kutubus Sittah) karya Muhammad bin Ali Al Husaini (w. 765 H).
Kitab-kitab
Athraf sangat banyak, di antaranya:
a. Athraf
Ash Shahihain karya Abu Mas’ud Ibrahim bin Muhammad Ad Dimasyqi (w. 401 H)
b. Athraf
Ash Shahihain karya Abu Muhammad Khalf bin Muhammad Al Wasithi (w. 401 H)
c. Al
Isyraaf alaa Ma’rifatil Asyraf karya Ibnu Asakir Abul Qasim Ali bin Al
Hasan (w. 571 H). Kitab ini merupakan athraf terhadap kitab Sunan yang empat
(Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah).
d. Tuhfatul
Asyraf bi Ma’rifatil Athraf karya Abul Hajjaj Yusuf Abdurrahman Al Mizziy
(w. 742 H). Kitab ini merupakan athraf terhadap Kutubus Sittah.
e. Athraaf
Al Masanid Al Asyarah karya Abul Abbas Ahmad bin Muhammad Al Bushiriy (w.
840 H). Kitab ini adalah athraf terhadap kitab-kitab Musnad berikut: Abu Dawud
Ath Thayalisi, Abu Bakar Al Humaidi, Musaddad bin Musarhad, Muhammad bin Yahya
Al ‘Adni, Ishaq bin Rahawaih, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Ahmad bin Mani, Abd
bin Humaid, Harits bin Muhammad bin Abi Usamah, dan Abu Ya’la Al
Maushiliy,
f. Ithaful
Maharrah bi Athrafil Asyarah karya Ahmad bin Ali bin Hajar Al Asqalani (w.
852 H)
Kitab
ini merupakan athraf terhadap sepuluh kitab ini: Muwaththa, Musnad Syafi’i,
Musnad Ahmad, Musnad Darimi, Shahih Ibnu Khuzaimah, Muntaqa Ibnul Jarud, Shahih
Ibnu Hibban, Mustadrak Hakim, Mustakhraj
Abu Awanah, Syarh Ma’anil Aatsar karya Ath Thahawi, dan Sunan Daruquthni.
Dilebihkan satu kitab, karena Shahih Ibnu Khuzaimah hanya seperempat kitab
saja, lihat Lahzhul Alhadz Dzail Thabaqatil Huffazh hal. 333.
g. Dzakha’irul
Mawarits fi Dilalah ala Mawadhi’il Hadits karya Abdul Ghani An Nabulisi (w.
1143 H).
Dalam kitab ini memuat
athraf Kutubus Sittah dan Muwaththa Malik.
Faedah kitab-kitab
Athraf
Dalam kitab-kitab Athraf
sanad-sanad yang berbeda-beda dikumpulkan dalam satu tempat, sehingga seseorang
dapat mengetahui sebuah hadits apakah gharib (hadits yang diriwayatkan oleh
seorang rawi), aziz (diriwayatkan oleh dua orang rawi), atau masyhur (diriwayatkan
oleh tiga orang atau lebih).
Demikian pula dapat
diketahui siapa saja yang meriwayatkan hadits tersebut di antara para pemilik
kitab hadits yang induk dan di bab apa mereka menyebutkan.
Di samping itu, dapat
pula diketahui jumlah hadits yang diriwayatkan setiap sahabat dalam kitab yang
disebutkan athrafnya.
Catatan:
Perlu diketahui, bahwa
kitab athraf tidak menyebutkan matan hadits secara lengkap. Bahkan tidak pula
menyebutkan lafaznya, hanya menyebutkan maknanya. Oleh karena itu, siapa saja
yang ingin memperoleh lafaz hadits itu, hendaknya ia merujuk kepada kitab-kitab
yang diisyaratkan oleh kitab athraf yang merupakan penunjuk terhadap posisi
hadits.
Bersambung….
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa
shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah versi
3.45, Ushulut Takhrij wa Dirasah As Sanad Al Muyassarah (Dr.
Imad Ali Jum’ah), dll.
0 komentar:
Posting Komentar