Mengenal Ilmu Takhrij Hadits (1)

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk تخريج الأحاديث
Mengenal Ilmu Takhrij Hadits (1)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut pembahasan tentang mengenal Ilmu Takhrij Hadits merujuk kepada kitab Ushulut Takhrij wa Dirasah Al Asanid Al Muyassarah karya Dr. Imad Ali Jum’ah, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
Ta’rif (Definisi) Takhrij
Takhrij secara bahasa artinya mengeluarkan atau menampakkan. Sedangkan secara istilah, takhrij adalah menerangkan di mana letak suatu hadits pada sumber aslinya (kitab-kitab sunnah yang induk) yang menyebutkan sanad-sanadnya (seperti kutubut tis’ah), lalu menyebutkan derajatnya ketika diperlukan (shahih atau dha’if, dsb.).
Faedah Takhrij
Ada beberapa faedah dari mentakhrij hadits, di antaranya:
1. Mengetahui sumber asli hadits tersebut (siapa yang meriwayatkan)
2. Mengetahui para perawi suatu hadits dan memilah keadaan mereka dalam hal jarh (cacat) dan ta’dil (diterima).
 3. Dapat mengumpulkan banyak sanad suatu hadits, sehingga dapat mengetahui keadaan hadits tersebut apakah sebagai mutawatir (banyak yang meriwayatkan dalam setiap lapisan sanad minimal 10 orang), masyhur (tiga orang atau lebih, namun di bawah mutawatir) aziz (dua orang yang meriwayatkan dalam setiap lapisan), atau gharib (seorang yang meriwayatkan pada bagian asal sanadnya (generasi sahabat)).
4. Dapat memilah antara hadits yang memiliki asalnya dan yang tidak ada asalnya.
5. Dapat mengetahui derajat hadits dari sisi kuat dan lemahnya, diterima atau ditolak.
6. Naiknya derajat suatu hadits karena jalurnya yang banyak.
7. Mengetahui tambahan dalam riwayat.
8. Dapat memahami maksud gharib.
9. Dapat hilangnya hukum terhadap suatu hadits karena syadz (menyelisihi yang lebih kuat).
10. Dapat menyingkap persangkaan keliru dan kekeliruan para perawi.
Cara Mentakhrij Hadits
Cara mentakhrij hadits dapat melalui beberapa cara, di antaranya:
1. Mencari tahu siapa sahabat yang meriwayatkan hadits tersebut
2. Mengetahui lafaz awal matan hadits tersebut.
3. Memilih kata yang jarang yang ada dalam lafaz hadits tersebut.
4. Mengetahui tema pembahasan suatu hadits.
5. Mengetahui matan dan sanad suatu hadits.
6. Menggunakan komputer atau sofware yang memuat kitab-kitab hadits seperti Maktabah Syamilah, dll.
Sejarah Takhrij Hadits
Dari zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sampai abad keempat hijriyah belum diperlukan kitab-kitab takhrij, karena di awal-awal Islam hadits-hadits belum dibukukan kecuali hanya sedikit saja.
Ketika kitab-kitab hadits telah ditadwin (dibukukan), dan pengetahuan para ulama terhadap kitab-kitab tersebut ketika itu sangat luas, maka takhrij juga masih belum dibutuhkan.
Akan tetapi, pada pertengahan abad kelima, para ulama agak kesulitan mencari hadits dari kitab-kitab sunnah yang induk dan mereka juga kesulitan mencari hadits yang dipakai oleh para penulis sebagai dalilnya terhadap berbagai ilmu syar’i seperti fiqih, tafsir, tarikh, maka mulailah dilakukan takhrij terhadap hadits seperti yang dilakukan oleh Imam Al Khaththabi rahimahullah (w. 463 H).
Takhrij hadits terus dilakukan sampai zaman sekarang sehingga jumlah kitab takhrij hadits mencapai puluhan. Dan di zaman sekarang, Allah memberikan kemudahan kepada kita dengan adanya software-software takhrij hadits seperti melalui Maktabah Syamilah, Mausu’ah Al Hadits Asy Syarif atau Al Mausu’ah Adz Dzahabiyyah, dan Mausu’ah Haditsiyyah Mushaghgharah. Belum lagi dengan adanya web atau situs yang menampilkan takhrij hadits seperti di situs hdith.com.
Di samping itu, ada beberapa karya ulama yang menerangkan lebih khusus kaidah dan pokok-pokok dalam takhrij seperti kitab Ushulut Takhrij wa Dirasatul Asaanid karya Dr. Mahmud Ath Thahhan, Thuruq Takhrij Hadits Rasulillah karya Dr. Sulthan Al Ukailah dan kawan-kawannya, Ilmu Takhrij Al Ahadits karya Muhammad Mahmud Bakkar, Manhaj Dirasatil Asaanid wal Hukm alaiha karya Walid Al ‘Aaniy, dll.
Kitab-kitab Sunnah yang induk
Maksud ‘kitab-kitab sunnah yang induk’ atau sumber asli adalah kitab-kitab hadits yang dikumpulkan penulisnya dengan cara menerima dari gurunya dengan sanad yang sampai kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, seperti Kutubus Sittah (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah), Muwaththa Malik, Musnad Ahmad, Mustadrak Hakim, dan Mushannaf Abdurrazzaq.
Selanjutnya kitab-kitab Sunnah yang merujuk kepada kitab-kitab di atas, seperti Al Jam’u bainash Shahihain karya Al Humaidiy, kitab yang memuat bagian awal matan haditsnya (athraf) sebagian kitab hadits seperti Tuhfatul Asyraf karya Al Mizziy.
Kemudian ringkasan terhadap kitab-kitab Sunnah yang induk, seperti Tahdzib Sunan Abi Dawud karya Al Mundziri.
Setelahnya adalah kitab-kitab hadits yang ditulis dalam berbagai bidang, seperti bidang tafsir, fiqih, tarikh yang diperkuat dengan hadits-hadits namun dengan syarat penulisnya menyebutkan sanadnya sendiri tanpa merujuk kepada karya-karya lain sebelumnnya. Contoh: Tafsir Ath Thabari dan Tarikhnya, Al Umm karya Imam Syafi’i.
Contoh-contoh kitab takhrij dalam berbagai bidang ilmu
A. Contoh kitab takhrij dalam bidang fiqih:
1. Fiqih Hanafi, seperti Nashbur Rayah Li ahaadits Al Hidayah Lil (milik) Marginani (w. 593 H) karya Abdullah bin Yusuf Az Zaila’i (w. 762 H)  dan Ad Dirayah fi Takhrij Ahaadits Al Hidayah Lil Marginani karya Ibnu Hajar Al Asqalani (w. 852 H).
2. Fiqih Maliki, seperti Al Hidayah fi Takhrij Ahadits Al Bidayah Li (milik) Ibnu Rusyd Al Qurthubi (w. 595 H) yang ditulis oleh Ahmad bin Ash Shiddiq Al Ghumari (w. 1380 H) dan kitab Thariqur Rusyd Ilaa takhrij Ahaadits Bidayah Ibni Rusyd karya Abdul Lathif bin Ibrahim Alu Abdil Lathif.
3. Fiqih Syafi’i, seperti Takhrij Ahadits Al Muhadzdzab Li (milik) Asy Syirazi (w. 476 H) karya Muhammad bin Musa Al Hazimiy (w. 584 H), Al Badrul Munir fi Takhrij Al Ahadits wal Aatsar Al Waqi’ah fisy Syarhil Kabir Li (milik) Ar Rafi’I (w. 623 H) karya Umar bin Ali bin Al Mulaqqin (w. 804 H), dan At Talkhishul Habir fi Takhrij Syarh Al Wajiz Al Kabir Li Ar Rafi’i karya Ibnu Hajar Al Asqalani.
4. Fiqih Hanbali, seperti Irwa’ul Ghalil fi Takhrij Ahadits Manaris Sabil Li (milik) Ibrahim bin Dhauyan (w. 1353 H) karya M. Nashiruddin Al Albani (w. 1420 H)
B. Contoh kitab takhrij dalam bidang Ushul adalah Takhrij Ahadits Al Mukhtashar Al Kabir Li (milik) Utsman bin Umar bin Al Hajib (w. 646 H) karya Muhammad bin Ahmad Abdul Hadiy Al Maqdisi (w. 744 H)
C. Contoh kitab takhrij dalam bidang tafsir adalah Tuhfatur Rawi fi Takhrij Ahadits Al Baidhawi karya Abdurra’uf bin Ali Al Munawi (w. 1031 H) yakni terhadap kitab tafsir Al Baidhawi yang bernama Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil karya Abdullah bin Umar Al Baidhawi (w. 691 H), Takhrij Ahadits Al Kasysyaf Li (milik) Az Zamakhsyari (w. 538 H) karya Abdullah bin Yusuf Az Zaila’i (w. 762 H), dan Al Kaaf asy Syaaf fi Takhrij Ahadits Al Kasysyaf Li Az Zamakhsyari karya Ibnu Hajar Al Asqalani.
D. Contoh kitab takhrij dalam bidang bahasa adalah Falaqul Ishbah fi Takhrij Ahadits Ash Shihhhah Li (milik) Ismail bin hammad Al Jauhari (w. 400 H) karya Abdurrahman bin Abu Bakar as Suyuthi (w. 911 H).
E.  Contoh kitab takhrij dalam bidang sirah (sejarah) adalah Manahilush Shafa fi Takhrij Ahadits Asy Syifa Lil (milik) Al Qadhi Iyadh bin Musa Al Yahshabiy (w. 544 H) karya Abdurrahman bin Abu Bakar as Suyuthi.
F. Contoh kitab takhrij dalam bidang Akidah adalah Takhrij Ahadits Syarhil Aqa’id Li (milik) Sa’aduddin At Taftazani (w. 791 H) karya Jalaluddin As Suyuthi (w. 911 H).
Bersambung….
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Maktabah Syamilah versi 3.45, Ushulut Takhrij wa Dirasah As Sanad Al Muyassarah (Dr. Imad Ali Jum’ah),  dll.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger