Catatan Singkat Tentang Virus Corona

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk virus corona
Catatan Singkat Tentang Virus Corona
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut risalah singkat tentang virus corona, semoga Allah menjadikan penyusunan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, aamin.
Pengantar
Al Muwaffaq Baghdadi rahimahullah dalam Thaba'iul Buldan berkata -sejak 8 abad yang silam-:
 "والصِّيْنُ أوبأ الأرض، وهي محلُّ الطواعين والأمراض القتالة، وأهلها يتحرزون من ذلك غاية التحرز ".
(قالها المُوفقُ البغدادي في طبائع البُلدان، قبل ٨٠٠ سنة)
"Cina adalah negara yang paling banyak wabah. Ia menjadi tempat wabah tha'un (semacam pes) dan penyakit-penyakit mematikan lainnya. Penduduknya berusaha sekali menjaga diri daripadanya."
Kalau kita perhatikan kondisi negara Cina saat ini yang dikuasai oleh rezim Komunis yang tidak beragama, maka sangat wajar sekali banyak muncul virus dari negara tersebut. Mereka tidak memperhatikan kebersihan diri dan tempat. Berbeda dengan Islam yang memperhatikan kebersihan diri dari hadats dan najis, serta kebersihan pakaian dan tempat shalat dari najis.
Namun perlu diingat, bahwa penyakit hati sebenarnya lebih berbahaya daripada penyakit badan. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
أمراض القلوب أصعب من أمراض الأبدان، لأن غاية مرض البدن أن يُفضي بصاحبه إلى الموت، وأما مرض القلب فيُفضي بصاحبه إلى الشقاء الأبدي، ولا شفاء لهذا المرض إلا بالعلم
مفتاح دار السعادة ١/٣٧٠
"Penyakit hati sebenarnya lebih berat daripada penyakit badan, karena akhir dari penyakit badan adalah membawanya kepada kematian, sedangkan penyakit hati membawa kepada kesengsaraan abadi, dan obatnya hanya dengan ilmu (belajar)."
(Miftah Daris Sa'adah 1/370)
Sebagian orang bijak berkata tentang virus corona,
فيروس صغير
اثبت  للعالم 
ان  النقاب هو  الواقي
وان الوضوء هو  المطهر
وان  الدعاء هو   المضاد
وان الاختلاط  هو  البلاء
"Dia hanya virus kecil yang menguatkan kepada dunia bahwa,
Cadar itu sebagai pelindung
Wudhu sebagai penyuci
Doa sebagai antivirus
Pergaulan bebas sebagai bala bencana
أقول : قال الله تعالى : سنريهم آياتنا في الآفاق وفي أنفسهم حتى يتبين لهم أنه الحق
Kita katakan, Allah Ta'ala berfirman,
"Kami akan tampakkan ayat-ayat kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri agar nyata bahwa Al Quran adalah benar." (Qs. Fushshilat: 53)
Pencegahan (Berdoa dan Menjauhi Tempat-Tempat Tersebarnya Wabah)
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ، فِي الْأَرْضِ، وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ، حَتَّى يُصْبِحَ، وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلَاثُ مَرَّاتٍ، لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلَاءٍ حَتَّى يُمْسِيَ
“Barang siapa yang mengucapkan “Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai’un fil ardhi walaa fis samaa wa huwas sami’ul aliim” (artinya: dengan nama Allah yang tidak ada sesuatu pun dapat membahayakan bersama nama-Nya baik di langit maupun di bumi, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamengetahui) sebanyak tiga kali, maka dia tidak akan ditimpa musibah yang datang tiba-tiba sampai sore hari (dari pagi hari), dan barang siapa yang mengucapkannya di pagi hari sebanyak tiga kali, maka dia tidak akan ditimpa musibah yang datang tiba-tiba sampai sore hari.” (Hr. Abu Dawud no. 5088, dishahihkan oleh Al Albani)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan doa ini di pagi dan sore,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، وَاحْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta maaf dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, aku meminta maaf dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah aibku, tenangkanlah rasa takutku. Jagalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri, atas, dan bahaya tiba-tiba dari bawahku.” (Hr. Ibnu Majah dan Abu Dawud, dishahihkan oleh Al Albani)
Al Bazzar meriwayatkan dalam Kasyful Astar dari hadits Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melewati segolongan kaum yang mendapat bala musibah, maka Beliau bersabda,
أَمَا كَانَ هَؤُلاءِ يَسْأَلُونَ اللهَ الْعَافِيَةَ
“Apakah mereka tidak meminta afiyah (keselamatan) kepada Allah Azza wa Jalla?” (Dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 2197).
Abdullah At Taimi rahimahullah berkata,
"Perbanyaklah meminta kepada Allah keselamatan (dari musibah) karena orang yang mendapatkan musibah meskipun berat musibahnya tidaklah lebih berhak meminta diangkat musibah itu daripada orang yang terjaga yang aman dari musibah. Mereka yang mendapatkan musibah hari ini, kemarin adalah orang-orang yang sehat, dan orang-orang yang mendapatkan musibah keesokan harinya, hari ini adalah orang-orang yang sehat." (Uddatush Shabirin hal. 232)
Dari Abdullah bin Amir bin Rabi’ah, bahwa Umar pernah keluar menuju Syam. Ketika sampai di daerah Sargh (kampung ke arah Syam dekat Hijaz) sampai berita kepadanya, bahwa telah tersebar wabah di Syam, kemudian Abdurrahman bin Auf  menyampaikan kepadanya, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ، فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا، فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ»
“Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah mendatanginya. Tetapi jika wabah itu menimpa sebuah tempat sedangkan kalian berada di sana, maka jangan keluar daripadanya karena hendak melarikan diri daripadanya.”
Maka Umar bin Khaththab pulang kembali dari daerah Sargh (Hr. Bukhari dan Muslim)
Disebutkan, bahwa saat Abu Ubaidah ibnul Jarrah menjadi gubernur Syam, maka ia wafat karena tha’un, lalu digantikan oleh Mu’adz, maka Mu’adz juga wafat karena tha’un. Namun ketika yang menjadi gubernur adalah Amr bin ‘Ash, maka ia berkhutbah di tengah-tengah manusia sambil berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya tha’un seperti api yang menyala-nyala, kalian yang menjadi bahan bakarnya, maka berpencarlah dan tempatilah gunung-gunung agar api itu tidak menemukan bahan bakarnya sehingga akan padam dengan sendirinya.”
Ketika mereka mendengar dan mematuhi seruan itu, maka mereka semua selamat dan Allah pun mengangkat bala musibah itu.
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhuma ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«غَطُّوا الْإِنَاءَ، وَأَوْكُوا السِّقَاءَ، فَإِنَّ فِي السَّنَةِ لَيْلَةً يَنْزِلُ فِيهَا وَبَاءٌ، لَا يَمُرُّ بِإِنَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ غِطَاءٌ، أَوْ سِقَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ وِكَاءٌ، إِلَّا نَزَلَ فِيهِ مِنْ ذَلِكَ الْوَبَاءِ»
“Tutupilah wadah makanan dan rapatlah bejana minuman, karena dalam setahun ada suatu malam yang pada malam itu wabah turun, dimana tidaklah wabah itu melewati wadah atau bejana yang tidak ada tutupan atau tidak dirapatkan melainkan akan masuk ke dalamnya.” (Hr. Muslim)
Wabah adalah penyakit merata yang biasanya membawa kepada kematian.
Amalan-Amalan Yang Dapat Menghindarkan Bala Musibah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ مِنْ آيَاتِ اللهِ، وَإِنَّهُمَا لَا يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَكَبِّرُوا، وَادْعُوا اللهَ وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Sesungguhnya matahari dan bulan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidaklah terjadi gerhana karena meninggalnya seseorang dan hidupnya seseorang. Apabila kalian melihatnya, maka bertakbirlah, berdoalah kepada Allah, shalat, dan bersedekahlah.” (Hr. Muslim)
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Ath Thayyibi berkata, “Mereka diperintahkan menghindarkan bala musibah dengan berdzikir, berdoa, shalat, dan sedekah.”
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan ketika terjadi gerhana untuk shalat, memerdekakan budak, bersegera berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan bersedekah. Ini semua dapat menolak sebab terjadinya musibah.”
Berdasarkan keterangan di atas, bahwa amalan yang dapat menghindarkan musibah adalah:
Pertama, shalat dengan khusyu dan thumaninah.
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Dalam hadits terdapat dalil bahwa barang siapa yang ditimpa perkara dahsyat seperti cobaan berat sepatutnya segera shalat.”
Kedua, beristighfar dan bertobat kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidak pula Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Qs. Al Anfaal: 33)
Ketiga, banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ
“Kenalilah Allah di waktu senggang, niscaya Allah akan mengenalimu di waktu susah.” (Hr. Ahmad, Thabrani, Abu Nu’aim, dan Hakim dari Ibnu Abbas, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 2961)
Keempat, bersedekah.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah keluar pada saat Idul Adh-ha atau Idul Fitri, lalu Beliau mendatangi kaum wanita dan bersabda,
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ
“Wahai kaum wanita! Bersedekahlah, karena aku diperlihatkan bahwa kalian adalah penghuni neraka paling banyak.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Al Hafizh Ibnu Hajar menerangkan, bahwa di antara faedah hadits ini adalah bahwa sedekah dapat menolak bala musibah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 
صَنَائِعُ الْمَعْرُوْفِ تَقِي مَصَارِعَ السُّوْءِ وَصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَصِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيْدُ فِي الْعُمُرِ
“Perbuatan baik kepada orang lain dapat menjaga dari kematian yang buruk, sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dapat memadamkan kemurkaan Allah, dan silaturrahim dapat memanjangkan umur.” (Hr. Thabrani  dari Abu Umamah, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 3797)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sedekah memiliki pengaruh ajaib dalam menolak berbagai bala musibah meskipun yang mengeluarkannya orang fasik, zalim, bahkan orang kafir sekalipun, karena Allah Ta’ala menghindarkan berbagai musibah dengannya. Hal ini adalah sesuatu yang sudah maklum di kalangan masyarakat baik kalangan khusus maupun umum. Bahkan semua orang mengakui hal ini karena mereka telah mencobanya.”
Ia juga berkata, “Sedekah memiliki faedah dan manfaat yang banyak; tidak ada yang dapat menjumlahkan manfata itu selain Allah Ta’ala. Di antara faedahnya juga adalah bahwa sedekah dapat menghindarkan kematian buruk, serta menolak bala musibah bahkan menghindarkan pula musibah yang menimpa orang yang zalim.”
Kelima, berdoa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
 اَلدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّالَمْ يَنْزِلْ، فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاءِ
“Doa bermanfaat terhadap musibah yang telah turun maupun yang belum turun, maka hendaknya kalian wahai hamba-hamba Allah berdoa.” (Hr. Tirmidzi, Hakim, dan Baihaqi, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 3409)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Doa adalah obat paling bermanfaat. Dia adalah musuhnya bala musibah, menghindarkan dan mengatasinya, serta menolak turunnya musibah.”
Doa Perlindungan Dari Penyakit Berbahaya
عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ
Dari Anas, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit sopak, gila, kusta, dan penyakit buruk lainnya.”
(Hr. Abu Dawud no. 1554 dan Nasa’i no. 5493,  dishahihkan oleh Al Albani)
Tidak ada penyakit yang menular dengan sendirinya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«لَا يُورِدُ الْمُمْرِضُ عَلَى الْمُصِحِّ»
“Janganlah pemilik unta yang sakit membawa unta itu kepada unta yang sehat.” (Hr. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«لاَ عَدْوَى»
“Tidak ada penyakit menular sendiri.”
Lalu ada orang Arab badui yang berdiri dan berkata, “Bagaimana menurut engkau terkait unta yang berada di padang pasir seperti gerombolan kijang, lalu datang kepadanya unta yang berkudis dan bercampur baur dengannya sehingga menularinya?” Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapa  yang menulari yang pertama?” (Hr. Bukhari)
Imam Baihaqi berkata, “Adapun hadits yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa Beliau bersabda, “Tidak ada penyakit menular,” maka pernyataan ini tertuju kepada keyakinan kaum Jahiliyyah yang menyandarkan terjadinya hal itu kepada selain Allah, dan terkadang dengan kehendak Allah Dia menjadikan sebab orang yang sehat terkena penyakit itu ketika bergaul dengan yang terkena penyakit. Oleh karenanya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
فِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ فِرَارَكَ مِنَ الْأَسَدِ
“Larilah engkau dari orang yang berpenyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa.”
Beliau juga bersabda, “Janganlah pemilik unta yang sakit membawa unta itu kepada unta yang sehat.”
Terkait dengan tha’un Beliau menyatakan, bahwa barang siapa yang mendengar ada wabah di sebuah tempat, maka jangan datangi.”
Namun semua itu dengan takdir Allah Ta’ala.” (Fathul Bari 10/161)
Ada yang mengatakan bahwa perintah menjauhi orang yang kusta adalah sudah mansukh (dihapus), namun yang sahih yang dipegang oleh kebanyakan ulama, bahwa hal itu tidak mansukh. Hadits tersebut perlu dijama’ (digabungkan dan dikompromikan), yaitu bahwa perintah menjauhinya adalah sunah dan sebagai sikap hati-hati dan bolehnya makan dengan orang yang kusta karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melakukannya sambil bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla.
Ada pula yang mengatakan, bahwa perintah menjauhkan diri dari orang yang terkena penyakit kusta dalam hadits di atas adalah termasuk ke dalam kaidah Saddudz Dzara’i (pencegahan dari terjatuh ke dalam tindakan yang terlarang), yakni agar seorang yang mendekati orang yang terkena penyakit kusta tidak beranggapan bahwa penyakit tersebut bisa menular sendiri, akhirnya ia membenarkan anggapan kaum Jahiliyyah itu dan jatuh ke dalam dosa, padahal tidak ada penyakit yang menular dengan sendirinya. Oleh karena itu, seseorang diperintahkan menjauhi orang yang terkena penyakit kusta agar dalam hatinya tidak ada anggapan kaum Jahiliyyah, yaitu bahwa penyakit bisa menular sendiri.” (Lihat pula Taisir Musthalah Hadits karya Dr. Mahmud Ath Thahhan hal. 47).
Tingkatkan Optimisme
Musibah yang menimpa terkadang sesuai ucapan yang disampaikan, maksudnya seseorang terkadang mengucapkan kata-kata yang menunjukkan dirinya pesimis sehingga dirinya mendapatkan musibah sesuai yang diucapkannya.
Hal ini adalah benar ditunjukkan oleh banyak dalil-dalil syara, kenyataan, dan peristiwa di masa lalu maupun sekarang
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أَعْرَابِيٍّ يَعُودُهُ، قَالَ : وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَى مَرِيضٍ يَعُودُهُ فَقَالَ لَهُ : " لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ". قَالَ : قُلْتَ : طَهُورٌ، كَلَّا بَلْ هِيَ حُمَّى تَفُورُ أَوْ تَثُورُ عَلَى شَيْخٍ كَبِيرٍ، تُزِيرُهُ الْقُبُورَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " فَنَعَمْ إِذَنْ
Dari Ibnu Abbas  radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah  menemui seseorang yang sakit yang sedang dijenguknya, lalu beliau bersabda,
لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
 "Tidak apa-apa Insya Allah membersihkan (kesalahan)."
Namun ia malah berkata,
"Sekali-kali tidak demikian, bahkan demam ini terus bertambah menimpa kepada orang yang sudah lanjut usia dan akan dijemput ke kuburan,"
maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Kalau begitu, memang demikian." (Hr. Bukhari)
Maksud "kalau begitu memang demikian" adalah jika engkau tidak menerima pernyataanku, maka engkau akan memperoleh apa yang engkau ucapkan. Tampaknya orang Arab badui ini meninggal karena sebab demam tersebut. (Syarh Kitab At Tauhid Shahih Bukhari)
Hikmah di balik virus Corona
Banyak hikmah yang dapat kita petik dari virus corona ini di antaranya:
Pertama, bantahan terhadap kaum Atheis yang mengingkari adanya tuhan, namun anehnya mereka percaya adanya virus ini karena ada bekas pengaruhnya, padahal adanya Allah Ta’ala lebih banyak lagi buktinya, seperti adanya mereka, langit, bumi, planet, bintang-bintang, dan tersusun rapihnya alam semesta ini, dst.
Kedua, kelemahan manusia dengan segala teknologi dan kecerdasannya, ternyata mereka tumbang oleh virus yang kecil ini. Oleh karenanya, mereka tidak pantas berlaku sombong dan menyatakan ‘tidak ada yang lebih hebat daripada kami’ seperti kaum Aad yang dibinasakan Allah Azza wa Jalla dan sekarang diikuti oleh rezim Komunis Cina.
Ketiga, menyadarkan manusia agar tidak berlebihan mengejar dunia sampai meninggalkan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla.
Keempat, kebenaran Islam ketika mengharamkan mengkonsumsi makanan tertentu seperti babi, kucing, anjing, kelelawar, ular, tikus, hewan bertaring, dsb.
Kelima, bahayanya pergaulan bebas.
Keenam, pentingnya bersuci untuk menghilangkan hadats dan najis.
Ketujuh, pentingnya menutup aurat.
Kedelapan, pentingnya jilbab dan cadar bagi kaum wanita.
Dan lain-lain.
Kabar Gembira dan Peringatan
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ، فَأَخْبَرَنِي «أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا، يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ»
Dari Aisyah radhiyallahu anha istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam ia berkata,
"Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang wabah tha'un, maka Beliau menyampaikan, bahwa wabah tha'un adalah azab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah menjadikannya rahmat bagi orang-orang beriman. Tidak ada seorang pun yang tertimpa wabah tha'un, lalu ia sabar di negerinya sambil mengharap pahala, ia juga yakin bahwa tidak ada sesuatu pun yang menimpanya melainkan telah ditetapkan Allah kecuali dia akan memperoleh pahala syahid." (Hr. Bukhari no. 3474)
Bahkan di antara sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam ada yang wafat karena wabah thaun seperti Abu Ubaidah ibnul Jarrah seorang yang dijamin masuk surga dan Mu'adz bin Jabal radhiyallahu anhuma.
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger