بسم
الله الرحمن الرحيم
200
Tanya-Jawab Akidah (2)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut 200 tanya
jawab akidah berdasarkan Al Qur’an dan As Sunah yang merujuk kepada kitab
A’lamus Sunnah Al Mansyurah Li’tiqad Ath Thaifah An Najiyah Al Manshurah karya
Syaikh Hafizh bin Ahmad Alu Hakami rahimahullah,
semoga Allah menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat,
aamin.
200 Tanya-Jawab Akidah
Islam
15.
Pertanyaan: Apa dalil bahwa Islam secara tafsil (rinci)
didefinisikan dengan rukun Islam yang lima?
Jawab: Yaitu sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang
menyebutkan jawaban Beliau terhadap pertanyaan malaikat Jibril kepadanya,
«الْإِسْلَامُ
أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ
رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا»
“Islam
adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah
dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan
zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah jika engkau mampu mengadakan
perjalanan ke sana.”(Hr. Bukhari dan Muslim)
Beliau
juga bersabda, “Islam dibangun di atas lima dasar.” Beliau menyebutkan kelima
rukun tadi hanyasaja (dalam hadits tersebut) rukun haji didahulukan sebelum
puasa, dan kedua hadits tersebut ada dalam Shahihain (Shahih Bukhari dan
Muslim).”
16.
Pertanyaan: Di manakah posisi dua kalimat syahadat dalam agama Islam?
Jawab:
Seseorang tidak masuk ke dalam Islam kecuali dengan dua
kalimat syahadat. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Qs. An Nuur: 62)
Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى
يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ،
“Aku
diperintahkan memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Dan
dalil-dalil lainnya yang sangat banyak.
17. Pertanyaan: Apa
dalil syahadat Laailaahaillallah?
Jawab: Yaitu firman Allah
Ta’ala,
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو
الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan
yang demikian itu. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, Yang
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Qs. Ali Imran: 18)
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Maka
ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.” (Qs. Muhammad: 19)
وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ
“Dan
tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.”
(Qs. Shaad: 65)
وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ
“Dan
sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.” (Qs. Shaad: 65)
قُلْ لَوْ كَانَ مَعَهُ آلِهَةٌ كَمَا يَقُولُونَ إِذًا لَابْتَغَوْا
إِلَى ذِي الْعَرْشِ سَبِيلًا
Katakanlah,
"Jika ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan,
niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arsy.” (Qs. Al Israa’: 42)
Dan
dalil-dalil lainnya.
18.
Pertanyaan: Apa makna syahadat Laailaahaillallah?
Jawab:
Maknanya adalah meniadakan penyembahan atau peribadatan kepada
selain Allah dan menetapkannya untuk Allah Azza wa Jalla saja; tidak ada sekutu
bagi-Nya dalam beribadah kepada-Nya sebagaimana tidak ada sekutu bagi-Nya dalam
kerajaan-Nya.
Allah
Ta’ala berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ
هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“(Kuasa
Allah) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (tuhan) yang
haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah yang batil.
Sesungguhnya Allah Dialah yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” (Qs. Al Hajj: 62)
19.
Pertanyaan: Apa saja syarat syahadat
Laailaahaillallah yang harus ada semuanya pada diri seseorang agar bermanfaat?
Jawab:
Syarat-syaratnya ada tujuh, yaitu:
Pertama, mengetahui maknanya yang di dalamnya terdapat penafian sesembahan selain
Allah dan penetapan bahwa yang berhak disembah hanya Allah.
Kedua, meyakini dengan hatinya.
Ketiga, tunduk kepada konsekwensinya baik lahir maupun batin.
Keempat, menerimanya tanpa menolaknya baik bagian maupun konsekwensinya.
Kelima, ikhlas dalam menyatakannya.
Keenam, membenarkannya dari lubuk hatinya; bukan hanya sekedar di lisan.
Ketujuh, mencintainya, mencintai orang yang menyatakannya, berwala (memberikan
loyalitas) dan berbara’ (berlepas diri) karenanya.
20.
Pertanyaan: Apa dalil syarat ‘mengetahui maknanya’ dalam Al Qur’an dan As
Sunnah?
Jawab:
Firman Allah Ta’ala,
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Akan
tetapi (orang yang dapat memberi syafaat adalah) orang yang mengakui yang hak
(tauhid) dan mereka mengetahui(nya).” (Qs. Az Zukhruf: 86)
Mengakui
yang hak adalah menyatakan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah,
dan mereka mengetahui makna yang mereka ucapkan di lisannya.
Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«مَنْ
مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ»
“Barang
siapa yang meninggal dunia dalam keadaan mengetahui Laailaahaillallah, maka dia
akan masuk surga.” (Hr. Muslim)
21.
Pertanyaan: Apa dalil syarat ‘meyakini
dengan hatinya’ dari Al Qur’an dan As Sunnah?
Jawab:
Yaitu
firman Allah Ta’ala,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ
لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar.” (Qs. Al Hujurat: 15)
Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا
عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا، إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ»
“Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku
utusan Allah. Tidaklah seorang hamba menghadap Allah dengan persaksian ini tanpa
ragu-ragu melainkan akan masuk surga.” (Hr. Muslim)
Beliau
juga pernah bersabda kepada Abu Hurairah radhiyallahu anhu,
مَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ، فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ
“Barang
siapa yang engkau temui di balik kebun ini bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah dengan meyakininya di hati, maka berilah kabar
gembira dengan surga kepadanya.” (Hr. Muslim)
Keduanya
ada dalam kitab Shahih.
22.
Pertanyaan: Apa dalil syarat ‘tunduk kepada konsekwensinya’ dalam Al Qur’an dan
As Sunnah?
Jawab:
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ
بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
“Dan
barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia orang yang
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (Qs. Luqman: 22)
Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
"لاَ
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا ِلمَا جِئْتُ بِهِ"
“Tidak
sempurna iman salah seorang di antara kamu sampai hawa nafsunya mengikuti apa
yang aku bawa.” (Disebutkan oleh Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah, Al
Baghawi dalam Syarhus Sunnah, Al Khathib dalam At Tarikh, dan
Ibnu Baththah dalam kitab Al Iman. Namun isnadnya berpusat oada Nu’aim
bin Hammad seorang yang dhaif, di samping seorang perawi dari Ibnu Amr terdapat
kemajhulan. Ibnu Rajab menerangkan, bahwa penshahihan terhadap hadits ini
sangat jauh sekali karena menyendirinya Nu’aim dengan hadits tersebut di
samping isnadnya diperselisihkan sebagaimana rawi bernama Uqbah bin Aus juga
seorang yang majhul. Demikian takhrij ringkas dari Abu Shuhaib Usamah.)
23.
Pertanyaan: Apa dalil syarat ‘menerimanya’ dari Al Qur’an dan As Sunnah?
Jawab:
Allah Ta’ala berfirman berkenaan dengan orang-orang yang
menolaknya,
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ
(kepada Malaikat diperintahkan),
"Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan
sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,” (Qs.
Ash Shaaffat: 22)
Sampai
firman Allah Ta’ala,
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ
(35) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ (36)
“Sesungguhnya
mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, "Laa ilaaha illallah"
(Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan
diri,--Dan mereka berkata, "Apakah kami harus meninggalkan
sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (Qs. Ash Shaaffat: 35-36)
Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ
بِهِ مِنَ الهُدَى وَالعِلْمِ، كَمَثَلِ الغَيْثِ الكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا، فَكَانَ
مِنْهَا نَقِيَّةٌ، قَبِلَتِ المَاءَ، فَأَنْبَتَتِ الكَلَأَ وَالعُشْبَ الكَثِيرَ،
وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ، أَمْسَكَتِ المَاءَ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ،
فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا
هِيَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلَأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ
فِي دِينِ اللَّهِ، وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ
مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ
بِه
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang
Allah mengutusku dengannya seperti hujan deras yang menimpa sebuah tanah, di
antara tanah itu ada yang subur siap menerima air dan menumbuhkan tanaman dan
tumbuh-tumbuhan yang banyak, ada pula tanah yang tandus, tetapi dapat menampung
air, lalu Allah menjadikannya bermanfaat bagi manusia, kemudian mereka meminum
airnya, mengambil airnya dan bercocok tanam. Hujan itu juga menimpa tanah yang
lain yang seperti tanah datar yang licin yang keadaannya tidak menampung air
dan tidak menumbuhkan tanaman. Demikianlah perumpamaan orang yang faham
agama Allah dan bermanfaat baginya (petunjuk dan ilmu) yang Allah mengutusku
dengannya, ia pun belajar dan mengajarkan dan perumpamaan orang yang tidak
mengangkat kepalanya (tidak peduli) dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang
aku diutus dengannya." (Hr. Bukhari dan Muslim)
Bersambung...
Wa
shallallahu ala Nabiyyina Muhammad wa alaa alihi wa shahbihi wa sallam wal
hamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Marwan bin Musa
Maraaji’: Maktabah Syamilah, A’lamus Sunnah
Al Manyurah Li’tiqad Ath Thaifah An Najiyah Al Manshurah (Syaikh
Hafizh bin Ahmad Alu Hakami, takhrij Abu Shuhaib Usamah bin Abdullah Alu Athwah), dll.
0 komentar:
Posting Komentar