بسم الله الرحمن الرحيم
Terjemah Umdatul Ahkam (37)
Segala
puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan terjemah
Umdatul Ahkam karya Imam Abdul Ghani Al Maqdisi (541 H – 600 H) rahimahullah.
Semoga
Allah Azza wa Jalla menjadikan penerjemahan kitab ini ikhlas karena-Nya dan
bermanfaat, aamin.
Bab َQadha
(Peradilan)
376
- عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم
-: ((مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ)) . وَفِي لَفْظٍ ((مَنْ عَمِلَ
عَمَلاٍ لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ)) .
376. Dari Aisyah radhiyallahu anha ia berkata,
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang
mengadakan sesuatu dalam urusan agama kami yang bukan daripadanya, maka sesuatu
itu tertolak.”
Dalam sebuah lafaz
disebutkan, “Barang siapa yang mengerjakan amalan yang tidak kami perintahkan,
maka amalan itu tertolak.”
377
- عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: ((دَخَلَتْ هِنْدُ بِنْتُ عُتْبَةَ - امْرَأَةُ
أَبِي سُفْيَانَ - عَلَى رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ , إنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيحٌ , لا يُعْطِينِي مِنْ النَّفَقَةِ مَا
يَكْفِينِي وَيَكْفِي بَنِيَّ , إلاَّ مَا أَخَذْتُ مِنْ مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمِهِ.
فَهَلْ عَلَيَّ فِي ذَلِكَ مِنْ جُنَاحٍ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه
وسلم -: خُذِي مِنْ مَالِهِ بِالْمَعْرُوفِ مَا يَكْفِيكِ وَيَكْفِي بَنِيكِ)) .
377. Dari Aisyah radhiyallahu
anha ia berkata, “Hind binti Utbah –istri Abu Sufyan- pernah masuk menemui
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Abu Sufyan seorang yang bakhil; dia tidak memberiku nafkah yang
cukup bagiku dan bagi anak-anakku kecuali jika aku ambil hartanya tanpa
sepengetahuannya, maka apakah aku berdosa karena hal itu?” Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ambillah dari hartanya secara wajar
yang cukup buatmu dan buat anak-anakmu.”
378
- عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها ((أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم
- سَمِعَ جَلَبَةَ خَصْمٍ بِبَابِ حُجْرَتِهِ , فَخَرَجَ إلَيْهِمْ , فَقَالَ: أَلا
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ , وَإِنَّمَا يَأْتِينِي الْخَصْمُ , فَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَنْ
يَكُونَ أَبْلَغَ مِنْ بَعْضٍ , فَأَحْسِبُ أَنَّهُ صَادِقٌ , فَأَقْضِي لَهُ. فَمَنْ
قَضَيْتُ لَهُ بِحَقِّ مُسْلِمٍ فَإِنَّمَا هِيَ قِطْعَةٌ مِنْ نَارٍ , فَلْيَحْمِلْهَا
أَوْ يَذَرْهَا)) .
378. Dari Ummu Salamah radhiyallahu anha,
bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendengar suara gaduh orang
bertengkar di depan pintu rumah Beliau, lalu Beliau keluar menemuinya dan
bersabda, “Ketahuilah, aku hanyalah manusia. Seringkali pertengkaran dibawa
kepadaku, namun boleh jadi salah seorang di antara kamu ada yang lebih pandai
bersilat lidah daripada yang lain, sehingga aku mengiranya sebagai orang yang
benar, kemudian aku putuskan untuknya. Barang siapa yang aku berikan keputusan
untuknya dengan mengambil hak seorang muslim, sebenarnya yang kuberikan
kepadanya adalah sepotong api neraka, maka silahkan ambil atau tinggalkan.”
379
- عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ رضي الله عنهما قَالَ: ((كَتَبَ أَبِي
- أَوْ كَتَبْتُ لَهُ - إلَى ابْنِهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ وَهُوَ قَاضٍ
بِسِجِسْتَانَ: أَنْ لا تَحْكُمْ بَيْنَ اثْنَيْنِ وَأَنْتَ غَضْبَانُ. فَإِنِّي سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ: لايَحْكُمْ أَحَدٌ بَيْنَ اثْنَيْنِ
وَهُوَ غَضْبَانُ)) . وَفِي رِوَايَةٍ: ((لا يَقْضِيَنَّ
حَاكِمٌ بَيْنَ اثْنَيْنِ وَهُوَ غَضْبَانُ)) .
379. Dari Abdurrahman bin
Abi Bakrah radhiyallahu anhuma ia berkata, “Ayahku menulis surat –atau aku
menuliskan surat untuknya – ke putranya, yaitu Abdullah bin Abi Bakrah yang
ketika itu menjabat sebagai hakim di Sijistan yang isi suratnya, “Janganlah
engkau memutuskan hukum antara kedua orang dalam keadaan marah, karena aku
mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang
hakim memutuskan di antara kedua orang dalam keadaan marah.”
Dalam sebuah riwayat
disebutkan, “Janganlah sekali-kali hakim memutuskan antara kedua orang dalam
keadaan marah.”
380
- عَنْ أَبِي بَكْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه
وسلم -: ((أَلا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ - ثَلاثَاً - قُلْنَا: بَلَى
يَا رَسُولَ اللَّهِ , قَالَ: الإِشْرَاكُ بِاَللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ
مُتَّكِئاً فَجَلَسَ , وَقَالَ: أَلا وَقَوْلُ الزُّورِ , وَشَهَادَةُ الزُّورِ , فَمَا
زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ)) .
380. Dari Abu Bakrah
radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, “Maukah kamu aku beritahukan dosa besar yang paling besar?” Beliau
menyampaikan demikian tiga kali, kami pun berkata, “Ya mau wahai Rasulullah,”
Beliau bersabda, “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua,” ketika
itu Beliau bersandar lalu duduk dan bersabda, “Ingat pula, yaitu ucapan dusta
dan sumpah palsu.” Beliau terus mengulanginya sampai kami berkata (dalam hati),
“Sekiranya Beliau berhenti.”
381
- عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما: أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ:
((لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ لادَّعَى
نَاسٌ دِمَاءَ رِجَالٍ وَأَمْوَالَهُمْ , وَلَكِنْ الْيَمِينُ عَلَى الْمُدَّعَى عَلَيْهِ))
.
381. Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kalau
sekiranya semua dakwaan (gugatan) diterima, maka manusia akan menggugat darah
dan harta orang lain (semaunya). Akan tetapi, sumpah bagi yang terdakwa (untuk
menolak dakwaan ketika tidak ada bukti).”
KITAB MAKANAN
382
- عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
- صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ - وَأَهْوَى النُّعْمَانُ بِإِصْبَعَيْهِ إلَى أُذُنَيْهِ
-: ((إنَّ الْحَلالَ بَيِّنٌ , وَالْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ
, لا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ , فَمَنْ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ: اسْتَبْرَأَ
لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ , وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ: وَقَعَ فِي الْحَرَامِ , كَالرَّاعِي
يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ , أَلا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ
حِمًى , أَلا وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ , أَلا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً
إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ.
أَلا وَهِيَ الْقَلْبُ))
382. Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu
anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda – ketika itu Nu’man memegang telinganya-, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang
haram itu jelas, dan di antara keduanya ada masalah-masalah
yang samar, yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barang siapa yang
menjaga dirinya dari syubhat, maka sungguh ia telah memelihara
agama dan kehormatannya, dan barang siapa yang jatuh ke
dalam syubhat maka ia akan jatuh kepada yang haram, seperti seorang penggembala
yang menggembalakannya di sekitar daerah terlarang hampir-hambir menggembala di
situ. Ingatlah! Sesungguhnya masing-masing raja memiliki
daerah terlarang, ingatlah! Sesungguhnya daerah telarang Allah adalah yang
diharamkan-Nya. Ingatlah! Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal daging, apabila baik akan baik pula seluruh
jasad dan apabila rusak maka akan rusak pula seluruh jasad. Ingatlah! Itu
adalah hati.”
383
- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: ((أَنْفَجْنَا أَرْنَباً بِمَرِّ الظَّهْرَانِ
فَسَعَى الْقَوْمُ فَلَغَبُوا , وَأَدْرَكْتُهَا فَأَخَذْتُهَا فَأَتَيْتُ بِهَا أَبَا
طَلْحَةَ , فَذَبَحَهَا وَبَعَثَ إلَى رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - بِوَرِكِهَا
وَفَخِذَيْهَا. فَقَبِلَهُ))
383. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu ia berkata, “Ketika
kami berada di Marruzh Zhahran tiba-tiba kami dikagetkan oleh seekor kelinci,
lalu orang-orang mengejarnya namun mereka tidak berhasil, sedangkan aku
berhasil menangkapnya, lalu aku bawa ke Abu Thalhah, kemudian ia menyembelihnya
dan memberikan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam paha belakangnya dan
kedua paha depannya, lalu Beliau menerimanya.”
384
- عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رضي الله عنه قَالَتْ: ((نَحَرْنَا عَلَى عَهْدِ
رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَرَسًا فَأَكَلْنَاهُ)) . وَفِي رِوَايَةٍ
((وَنَحْنُ بِالْمَدِينَةِ)) .
384. Dari Asma binti Abi Bakar radhiyallahu anhu ia berkata, “Kami
pernah menyembelih kuda di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu
kami memakannya.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Sedangkan kami berada di Madinah.”
385
- عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنهما: ((أَنَّ النَّبِيَّ - صلى الله
عليه وسلم - نَهَى عَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الأَهْلِيَّةِ، وَأَذِنَ فِي لُحُومِ الْخَيْلِ))
. وَلِمُسْلِمٍ وَحْدَهُ قَالَ ((أَكَلْنَا زَمَنَ خَيْبَرَ الْخَيْلَ وَحُمُرَ الْوَحْشِ
, وَنَهَى النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - عَنْ الْحِمَارِ الأَهْلِيِّ)) .
385. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu
anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang daging keledai negeri
(piaraan), dan mengizinkan memakan daging kuda.
Dalam riwayat Muslim
disebutkan, “Pada perang Khaibar, kami makan kuda dan keledai liar, dan Nabi
shallallahu alaihi wa sallam melarang memakan keledai negeri.”
386
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى - رضي الله عنه - قَالَ: ((أَصَابَتْنَا
مَجَاعَةٌ لَيَالِيَ خَيْبَرَ , فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ خَيْبَرَ: وَقَعْنَا فِي الْحُمُرِ
الأَهْلِيَّةِ , فَانْتَحَرْنَاهَا فَلَمَّا غَلَتْ بِهَا الْقُدُورُ: نَادَى مُنَادِي
رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ أَكْفِئُوا الْقُدُورَ , وَرُبَّمَا قَالَ:
وَلا تَأْكُلُوا مِنْ لُحُومِ الْحُمُرِ شَيْئاً)) .
386. Dari Abdullah bin Abi Aufa
radhiyallahu anhu ia berkata, “Kami pernah kelaparan pada beberapa malam perang
Khaibar. Ketika hari penaklukan Khaibar, kami memperoleh keledai negeri, lalu
kami sembelih. Ketika periuk (kuali) telah mendidih tiba—tiba ada seorang penyeru
kiriman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyeru, “Tumpahkanlah periuk-periuk
itu,” sepertinya ia juga berkata, “Jangan makan sedikit pun daging keledai itu.”
387
- عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: ((حَرَّمَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى
الله عليه وسلم - لُحُومَ الْحُمُرِ الأَهْلِيَّةِ)) .
387. Dari Abu Tsa’labah
radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang
memakan daging keledai negeri.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa
Nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penerjemah:
Marwan bin Musa
0 komentar:
Posting Komentar