بسم
الله الرحمن الرحيم
Bershalawat Kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
(Bag. 2)
Segala puji bagi
Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari
Kiamat, amma ba’du:
Berikut ini pembahasan lanjutan tentang bershalawat
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, semoga Allah Azza wa Jalla
menjadikan penulisan risalah ini ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma
aamin.
Waktu disyariatkan mengucapkan
shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
Kita
diperintahkan memperbanyak shalawat kepada Beliau[i], terutama sekali pada
beberapa keadaan berikut ini:
1. Ketika disebut namanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
"Orang yang bakhil (pelit)
adalah orang yang ketika disebut namaku di dekatnya, namun tidak mau
bershalawat kepadaku." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Hibban, dan
Hakim, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2878)
2. Ketika shalat setelah
tasyahhud,
عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :
سَمِعَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاً
يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ , لَمْ يَحْمَدِ اَللَّهَ , وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى
اَلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ : " عَجِلَ هَذَا " ثُمَّ دَعَاهُ , فَقَالَ : " إِذَا
صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ
وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ , ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى اَلنَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَدْعُو بِمَا
شَاءَ
Dari Fadhalah bin ‘Ubaid
radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya, namun ia tidak memuji Allah
dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Beliau
bersabda, “Orang ini tergesa-gesa," lalu dipanggilnya, dan bersabda,
“Apabila salah seorang di antara kamu shalat, maka mulailah dengan memuji
Tuhannya dan menyanjung-Nya, lalu hendaknya ia bershalawat kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam kemudian berdoa sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad dan tiga
orang Ahli Hadits, serta dishahihkan oleh Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim).
3. Ketika masuk dan keluar
masjid, yaitu pada doa masuk dan keluar masjid:
Doa Masuk Masjid
أَعُوْذُ بِاللهِ
الْعَظِيْمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ، مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، [بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلاَةُ][وَالسَّلاَمُ
عَلَى رَسُوْلِ اللهِ] اَللَّهُمَّ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dengan wajah-Nya
Yang Mulia dan kekuasaan-Nya yang abadi, dari setan yang terkutuk.[1] Dengan
nama Allah dan semoga shalawat [2] dan salam terlimpahkan kepada Rasulullah[3].
Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.” [4]
[1] HR. Abu Dawud, lihat Shahihul Jami’ no.
4591. [2] HR. Ibnus Sunni no.88, dihasankan Syaikh Al Albani. [3] HR. Abu Dawud
1/126, lihat Shahihul Jami’ 1/528. [4] HR. Muslim 1/494. Dalam Sunan
Ibnu Majah, dari hadits Fathimah radhiyallahu 'anha disebutkan, “Allahummagh
fir li dzunubi waftahli abwaba rahmatik”, dan dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani karena beberapa syahid. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/128-129.
Doa Keluar Masjid
بِسْمِ اللهِ وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ،
اَللَّهُمَّ اعْصِمْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
“Dengan nama Allah, semoga shalawat dan salam terlimpah kepada
Rasulullah. Ya Allah, sesungguhnya aku minta kepada-Mu dari karunia-Mu. Ya
Allah, peliharalah aku dari godaan setan yang terkutuk." (Lihat takhrij hadits pada doa sebelum masuk
masjid, adapun tambahan, “Allaahumma’shimni minasy syaithaanir rajim,”
adalah riwayat Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 129).
4. Pada siang hari Jum’at
dan malamnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ
آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا
عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالُوا
يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
"Sesungguhnya hari yang paling utama dari hari-hari kamu
adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu Adam diwafatkan,
pada hari itu terjadi peniupan sangkakala, dan pada hari itu terjadi kematian
makhluk. Oleh karena itu, perbanyaklah bershalawat kepadaku, karena shalawatmu
akan dihadapkan kepadaku." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah,
bagaimana shalawat kami ditunjukkan kepadamu padahal jasadmu telah
binasa?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
mengharamkan bagi bumi memakan jasad para nabi." (HR. Ahmad, Abu Dawud,
Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Hakim dari Aus bin Aus, dan dishahihkan
oleh Al Albani).
5. Dalam shalat Jenazah
setelah takbir kedua.
Abu Umamah meriwayatkan, salah
seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan kepadanya,
bahwa sunnahnya dalam shalat jenazah, seorang imam bertakbir, lalu membaca
surat Al Fatihah setelah takbir pertama secara sir (pelan), kemudian
bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu mengikhlaskan doa
untuk jenazah pada takbir (ketiga) tanpa membaca (ayat), kemudian salam
(setelah takbir keempat) secara sir." (Diriwayatkan oleh Imam Syafi'i
dalam Al Umm, dan melalui jalannya pula Imam Baihaqi dan Ibnul Jarud
meriwayatkan dari Az Zuhri dari Abu Umamah).
Asy Sya'biy berkata,
"Takbir pertama dari shalat jenazah adalah memuji Allah Azza wa Jalla
(membaca surat Al Fatihah). Takbir kedua, bershalawat kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam. Takbir ketiga, mendoakan si mayit,
sedangkan takbir keempat adalah salam." (Diriwayatkan oleh Isma'il bin
Ishaq Al Qadhiy dalam Fadhlush Shalati 'alan Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam).
6. Sebelum berdoa (lihat
hadits Fadhalah bin Ubaid yang telah disebutkan sebelumnya)..
7. Di akhir qunut.
Ismail bin Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada
Abdullah bin Harits, ia berkata, "Abu Halimah, yaitu Mu'adz bershalawat
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam qunut." (Dishahihkan oleh
Al Albani dalam tahqiqnya terhadap kitabnya Fadhlush Shalati 'alan
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam).
8. Setelah mendengar azan
muazin. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ
مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى
الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ
فِي الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ
أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
"Jika kalian mendengar muazin, maka ucapkanlah seperti yang
diucapkannya, kemudian bershalawatlah kepadaku. Sesungguhnya barang siapa bershalawat
kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali, kemudian
mintalah kepada Allah untukku Al Wasilah, sesungguhnya ia adalah
kedudukan di surga yang tidak patut diperoleh kecuali untuk salah seorang hamba
Allah, dan aku berharap agar akulah orangnya. Barang siapa yang memintakan
wasilah untukku, maka dia akan mendapatkan syafaatku." (HR. Ahmad, Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa'i).
9. Ketika duduk di majlis.
Telah disebutkan dalilnya.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, "Hiasilah majlis-majlis
kalian dengan bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam."
10. Dalam khutbah.
Para sahabat biasa memulai
khutbahnya setelah memuji Allah dengan bershalawat kepada Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam (lihat atsar-atsarnya dalam kitab Jalaa'ul Afham karya
Ibnul Qayyim). Namun di sini kami sebutkan salah satu contohnya.
Abdullah bin Ahmad meriwayatkan
dengan sanadnya yang sampai kepada Aun bin Abi Juhaifah dari ayahnya, bahwa Ali
radhiyallahu 'anhu pernah menaiki mimbar, lalu ia memuji Allah dan
menyanjungnya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
dan berkata, "Sebaik-baik umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar.
Kedua, Umar." Kemudian Ali berkata, "Allah memberikan kebaikan kepada
siapa yang Dia kehendaki." (Isnad riwayat ini menurut Ibnul Qayyim adalah
hasan).
Demikian pula dianjurkan
membaca shalawat setelah memuji Allah ketika memulai mengajarkan ilmu dan
ketika menutupnya.
Beberapa bentuk shalawat yang
bid'ah
Ada beberapa shalawat yang dibuat sebagian
orang, dimana shalawat ini tidak diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam. Jelas sekali, bahwa orang yang membaca shalawat buatan tersebut
tidaklah mendapatkan pahala karenanya dan perbuatan itu tertolak (tidak
diterima). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا
فَهُوَ رَدٌّ
"Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak kami
perintahkan, maka amalan itu tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim)
Berikut ini di antara shalawat-shalawat
buatan tersebut, dan masih banyak selainnya:
1. Shalawat Nariyah atau Kamilah, bunyinya, "Allahumma shalli
shalaatan kaamilatan wa sallim salaaman taamman 'alaa sayyidina…dst."
Shalawat ini di samping bid'ah,
juga terdapat ghuluw (sikap berlebihan) dan syirknya, yaitu pada kata-kata,
"Alladziy tanhallu bihil 'uqadu wa tanfariju bihil kurabu,"
(artinya: yang dengan Beliau maka segala ikatan terlepas dan segala penderitaan
hilang) namun sangat disayangkan banyak orang yang mengamalkannya, fa innaa
lillahi wa innaa ilaihi raaji'un.
2. Shalawat badar.
3. Bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika
takjub.
4. Menambah kata "sayyidina" dalam shalat ketika membaca
shalawat.
5. Beberapa shalawat yang disebutkan dalam kitab Dalaa'ilul
Khairat, contoh:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنَ الصَّلاَةِ شَيْءٌ وَارْحَمْ مُحَمَّدًا وَآلِ مُحَمَّدٍ
حَتَّى حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنَ الرَّحْمَةِ شَيْءٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنَ الْبَرَكَةِ شَيْءٌ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ حَتَّى لاَ يَبْقَى مِنَ السَّلاَمِ شَيْءٌ.
"Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad sehingga tidak bersisa sedikit pun shalawat. Berilah rahmat kepada
kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak bersisa sedikit pun
rahmat. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sehingga tidak
bersisa sedikit pun berkah. Dan berilah salam kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad sehingga tidak bersisa sedikit pun salam."
Dalam
shalawat ini mengandung kesalahan, seperti pada kata-kata, "sehingga tidak
bersisa sedikit pun rahmat," padahal rahmat Allah begitu luas.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بَحْرِ
أَنْوَارِكَ وَمَعْدِنِ أَسْرَارِكَ وَلِسَانِ حُجَّتِكَ وَعَرُوْسِ مَمْلَكَتِكَ وَإِمَامِ
حَضْرَتِكَ وَطِرَازِ مُلْكِكَ وَخَزَائِنِ رَحْمَتِكَ … إِنْسَانٍ عَيْنِ الْوُجُوْدِ
وَالسَّبَبِ فِي كُلِّ مَوْجُوْدٍ…
"Ya Allah berilah shalawat kepada pemimpin kami Muhammad
sebagai lautan cahaya-Mu, lisan hujjah-Mu, pengantin kerajaan-Mu, imam di
hadapan-Mu, lukisan kerajaan-Mu, bendahara rahmat-Mu, manusia yang satu-satuya
berwujud dan sebab terhadap segala sesuatu yang berwujud."
Dalam shalawat ini terdapat
banyak ghuluw yang dibenci Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنْ تَفَتَّقَتْ مِنْ
نُوْرِهِ الْأَزْهَارُ …. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنْ اخْضَرَّتْ مِنْ بَقِيَّةِ
وُضُوْئِهِ الْأَشْجَارُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مَنْ فَاضَتْ مِنْ نُوْرِهِ جَمِيْعُ
الْأَنْوَارِ.
"Ya Allah, berilah shalawat kepada orang yang karena
cahaya-Nya bunga-bunga terbuka. Ya Allah, berilah shalawat kepada orang yang
karena sisa wudhunya pohon-pohon menghijau. Ya Allah, berilah shalawat kepada
orang yang karena cahaya-Nya semua cahaya melimpah."
Kepada mereka yang membuat
shalawat-shalawat bid'ah ini, kami katakan, "Apakah kalian hendak
mendahului Allah dan Rasul-Nya?" Padahal Allah Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului
Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah." (QS.
Al Hujurat: 1)
Dan kepada mereka yang lebih mengutamakan
shalawat-shalawat buatan tersebut, kami katakan sebagaimana perkataan Nabi Musa
'alaihis salam kepada Bani Israil,
أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي
هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ
"Apakkah kamu mau mengambil yang rendah sebagai pengganti
yang lebih baik?" (QS. Al Baqarah: 61)
Kita meminta kepada Allah Azza wa Jalla
agar Dia memberikan hidayah kepada kita dan mereka dan memudahkan kita
mengamalkannya.
Wallahu a'lam, wa shallallahu 'alaa nabiyyinaa Muhammad wa 'alaa aalihi
wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Al Qur'anul Karim, Maktabah Syamilah versi 3.45, Mausu'ah
Haditsiyyah Mushaghgharah dan Mausu'ah Ruwathil Hadits (Markaz Nurul
Islam), Jalaa'ul Afhaam (Ibnul Qayyim), Al Mishbahul Munir fii
Tahdzib Tafsir Ibni Katsir (Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri), Al Adzkar (Imam Nawawi), Shifat
Shalatin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (M. Nashirrudin Al Albani), Fadhlush
Shalati 'alan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (Abdul Muhsin Al 'Abbad), Fadhlush
Shalati 'alan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (Isma'il bin Ishaq, tahqiq
Al Albani), Hishnul Muslim (Sa'id bin Ali Al Qahthani), Qaamusul
Bida' (Masyhur bin Hasan Alu Salman), dll.
[i] Lihat QS. Al
Ahzaab: 56 dan hadits Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu yang telah disebutkan
sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar