Ringkasan Akidah Ahlussunnah wal Jamaah (3)

بسم الله الرحمن الرحيم
Hasil gambar untuk ‫عقيدة أهل السنة والجماعة‬‎
Ringkasan Akidah Ahlussunnah wal Jamaah (3)
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat, amma ba'du:
Berikut lanjutan ringkasan Akidah Ahlussunnah wal Jamaah, semoga Allah menjadikan risalah ini ditulis ikhlas karena-Nya dan bermanfaat, Allahumma aamin.
Tentang beriman kepada rasul-rasul Allah
12. Ahlus Sunnah wal Jamaah beriman kepada semua Rasul Allah dan bahwa mereka telah menyampaikan risalahnya. Barang siapa yang kafir kepada salah seorang rasul, maka sama saja kafir kepada semua rasul.
      Ahlus Sunnah juga berkata, “Seorang rasul lebih utama dari nabi, dan seorang nabi lebih utama dari wali.”
Tentang beriman kepada hari akhir
13. Ahlus Sunnah wal Jamaah beriman kepada hari Akhir. Mereka beriman tentang keadaan setelah mati yang disebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah, seperti: Fitnah kubur, azab kubur, dan nikmat kubur, Ba’ts (kebangkitan manusia), Hasyr (pengumpulan manusia), bertebarannya lembaran catatan amal, Hisab, Mizan (timbangan), Haudh (telaga), shirat (jembatan), syafa’at, surga, neraka, dan sebagainya.
Mereka juga mengimani tanda-tanda hari kiamat seperti akan keluarnya Dajjal, turunnya Isa putera Maryam ‘alahis salaam, terbitnya matahari dari barat dan keluarnya binatang melata yang akan berbicara kepada manusia.
Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa surga dan neraka adalah dua makhluk yang tidak akan fana’/binasa, keduanya sudah ada sekarang.
Tentang beriman kepada qadar
14. Ahlus Sunnah wal Jamaah beriman kepada qadar, dan bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini yang baik mapun yang buruk telah diketahui Allah, telah ditulis, telah dikehendaki, dan diciptakan Allah Azza wa Jalla.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berbuat adil dalam qadha’ dan qadar-Nya. Semua yang ditaqdirkan-Nya adalah sesuai hikmah yang sempurna yang diketahui-Nya. Allah  tidaklah menciptakan keburukan tanpa adanya maslahat, namun keburukan dari sisi buruknya tidak bisa dinisbatkan kepada-Nya. Tetapi keburukan masuk ke dalam ciptaan-Nya. Dan jika dihubungkan kepada Allah Ta’ala, maka hal itu adalah keadilan, kebijaksanaan, dan sebagai rahmat/kasih-sayang-Nya.
Allah telah menciptakan kemampuan dan iradah (keinginan) untuk hamba-hamba-Nya, dimana ucapan yang keluar dan perbuatan yang dilakukan mereka sesuai kehendak mereka, Allah tidak memaksa mereka, bahkan mereka berhak memilih.
Manusia semua merasakan bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan, yang dengannya ia berbuat atau tidak, ia juga bisa membedakan antara hal yang terjadi dengan keinginannya seperti berjalan, dengan yang tidak diinginkannya seperti bergemetar. Akan tetapi, kehendak dan kemampuan seseorang tidak akan melahirkan perbuatan atau ucapan kecuali dengan kehendak Allah, karena alam semesta itu milik Allah, dan tidak mungkin terjadi sesuatu tanpa dikehendaki dan diketahui-Nya. Namun tidak mesti hal itu dicintai Allah.
Allah mengkhususkan orang-orang mukmin dengan dijadikan-Nya mereka cinta kepada keimanan serta dihiasi-Nya keimanan itu dalam hati mereka, dan dijadikan-Nya mereka membenci kepada kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan dengan keadilan dan hikmah-Nya.
Tentang ‘Arsy dan Kursi Allah
15.Ahlus Sunnah wal Jamaah mengimani ‘Arsy (singgasana) dan Kursi. Allah Subhaanahu wa Ta'aala sama sekali tidak membutuhkan ‘Arsy dan yang berada di bawahnya. Oleh karena itu, Dia bersemayam di atas ‘Arsy bukanlah karena butuh kepada ‘Arsy, tetapi karena hikmah yang menghendaki demikian. Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersemayam di atas ‘Arsy setelah menciptakan langit dan bumi (lihat QS. Al Baqarah: 29).
Makhluk paling besar dan paling tinggi serta sebagai atap seluruh makhluk adalah ‘Arsy. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang Arsy,
مَا اْلكُرْسِيُّ فِي الْعَرْشِ إِلاَّ كَحَلْقَةٍ مِنْ حَدِيْدٍ أُلْقِيَتْ بَيْنَ ظَهْرَيْ فَلاَةٍ مِنَ الْأَرْضِ
“Kursi dibanding ‘Arsy ibarat sebuah gelang besi yang diletakkan di padang pasir yang luas.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Adz Dzahabiy, dan Baihaqi serta dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu pernah berkata,
بَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا وَالَّتِي تَلِيْهَا خَمْسَمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ كُلِّ سَمَاءٍ خَمْسَمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ وَالْكُرْسِيِّ خَمْسَمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ الْكُرْسِيِّ وَالْمَاءِ خَمْسَمِائَةِ عَامٍ، وَالْعَرْشُ فَوْقَ الْمَاءِ، وَاللهُ فَوْقَ الْعَرْشِ، لاَ يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ مِنْ أَعْمَالِكُمْ
“Antara langit dunia dengan langit setelahnya jaraknya sejauh perjalanan lima ratus tahun. Jarak antara masing-masing langit lima ratus tahun. Jarak antara langit ketujuh dengan kursi lima ratus tahun. Jarak antara kursi[i] dengan air lima ratus tahun, ‘Arsy berada di atas air dan Allah berada di atas ‘Arsy, tidak samar bagi-Nya sedikit pun dari amalmu.” (Atsar hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Mahdiy dari Hammad bin Salamah dari ‘Ashim dari Zir dari Abdullah bin Mas’ud)
Ibnu Jarir berkata, Telah menceritakan kepadaku Yunus, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, Ibnu Zaid berkata: telah menceritakan kepadaku bapakku, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ فِي الْكُرْسِي إِلاَّ كَدَرَاهِمَ سَبْعَةٍ أُلْقِيَتْ فِي تُرْسٍ
“Langit yang tujuh dibanding dengan kursi ibarat tujuh keping dirham yang diletakkan di sebuah perisai.”
Jika sedemikian agungnya makhluk Allah Subhaanahu wa Ta'aala, lalu bagaimana dengan Pencipta-Nya,
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ 
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az Zumar: 67)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« يَطْوِى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ ثُمَّ يَطْوِى الأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ » .  
“Allah ‘Azza wa Jalla akan melipat langit pada hari kiamat dan memegangnya dengan Tangan Kanan-Nya kemudian berkata, “Aku-lah Raja, di manakah orang-orang yang kejam, di manakah orang-orang yang sombong!”, lalu Dia melipat semua bumi dengan Tangan Kiri-Nya dan berkata, “Aku-lah Raja, di manakah orang-orang yang kejam, di manakah orang-orang yang sombong!.” (HR. Muslim)
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata,
مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرَضُوْنَ السَّبْعُ فِي كَفِّ الرَّحْمَنِ إِلاَّ كَخَرْدَلَةٍ فِي يَدِ أَحَدِكُمْ
“Langit yang tujuh dan bumi yang tujuh jika ditaruh di telapak tangan Allah Ar Rahman seperti biji sawi yang diletakkan di tangan salah seorang di antara kamu.”
Bersambung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam

Marwan bin Musa




[i] Tentang kursi, Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma pernah berkata,
اَلْكُرْسِيُّ مَوْضِعُ الْقَدَمَيْنِ لاَيُقَدِّرُ اَحَدٌ قَدْرَهُ
“Kursi adalah tempat kedua kaki Allah, tidak ada seorang pun yang dapat memperkirakan besarnya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al ‘Arsy, Darimiy dalam Ar Radd ‘alaa Bisyr Al Marisi, dan Ibnu Khuzaimah dalam At Tauhid dengan sanad hasan).

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger