Risalah Taubat (3)

بسم الله الرحمن الرحيم
Risalah Taubat (3)
(Diringkas dari kitab “Uriidu An Atuuba wa laakin” karya Syaikh M. bin Shalih Al Munajjid oleh Marwan bin Musa)
Orang yang bertobat hendaknya memperbanyak amal saleh, karena amal saleh itu akan menghapuskan dosa yang dikerjakannya. Perhatikanlah hadits di bawah ini,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى عَالَجْتُ امْرَأَةً فِى أَقْصَى الْمَدِينَةِ وَإِنِّى أَصَبْتُ مِنْهَا مَا دُونَ أَنْ أَمَسَّهَا فَأَنَا هَذَا فَاقْضِ فِىَّ مَا شِئْتَ . فَقَالَ لَهُ عُمَرُ لَقَدْ سَتَرَكَ اللَّهُ لَوْ سَتَرْتَ نَفْسَكَ - قَالَ - فَلَمْ يَرُدَّ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم شَيْئًا فَقَامَ الرَّجُلُ فَانْطَلَقَ فَأَتْبَعَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم رَجُلاً دَعَاهُ وَتَلاَ عَلَيْهِ هَذِهِ الآيَةَ ( أَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَىِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ ) فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ يَا نَبِىَّ اللَّهِ هَذَا لَهُ خَاصَّةً قَالَ « بَلْ لِلنَّاسِ كَافَّةً » . 
Abdulllah bin Mas’ud berkata, “Ada seseorang yang datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya bercumbu dengan seorang wanita di tepi Madinah, saya bersenang-senang dengannya namun tidak sampai menjimainya, putuskanlah hukuman untuk saya sesuai kehendakmu.” Umar lantas berkata, “Sungguh, Allah menutupi kesalahanmu, kalau kamu mau menyembunyikan kesalahanmu.” Sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak berkata apa-apa, laki-laki itu pun bangun dan pergi. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim seseorang untuk memanggilnya dan Beliau membacakan ayat ini kepadanya,
“Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS. Huud: 114)
Lalu ada seseorang yang bertanya, “Wahai Nabi Allah, apakah ayat ini khusus untuknya?” Beliau menjawab, “Bahkan untuk semua manusia.” (HR. Muslim)
Sesuatu yang masih mengganjal di hati
Orang yang hendak bertobat biasanya merasakan sesuatu yang mengganjal di hati. Terkadang perasaan itu bisa membuatnya mundur ke belakang sehingga tidak jadi bertobat, atau mungkin ia telah bertobat, namun terdapat tekanan batin yang membuatnya gelisah di setiap saat. Berikut ini perasaan yang sering mengganjal di hati orang yang bertobat sekaligus jawabannya sebagai obat peredanya, mudah-mudahan obat ini ampuh dan dapat membuat orang yang hendak bertobat tidak menoleh ke belakang serta menghilangkan rasa gelisah yang menimpa dirinya.
Þ      Masalah, “Dahulu ketika aku tersesat, sampai aku tinggalkan shalat yang lima waktu sehingga aku keluar dari agama Islam, aku pernah mengerjakan sebagian amal saleh, lalu apakah amal salehku itu hilang begitu saja?”
Jawab: Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Hakim bin Hizam pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
أَىْ رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ أُمُورًا كُنْتُ أَتَحَنَّثُ بِهَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ مِنْ صَدَقَةٍ أَوْ عَتَاقَةٍ أَوْ صِلَةِ رَحِمٍ أَفِيهَا أَجْرٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « أَسْلَمْتَ عَلَى مَا أَسْلَفْتَ مِنْ خَيْرٍ
“Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu perbuatan-perbuatan (baik) yang aku lakukan di masa Jahiliyyah berupa sedekah, memerdekakan budak, atau menyambung silaturahim, apakah dinilai pahala?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Kamu masuk Islam dengan amal saleh yang dahulu kamu kerjakan.” (HR. Muslim)
Þ      Masalah, “Saya ingin bertobat, tetapi kawan-kawan lama saya mengucilkan saya karena melihat diri saya sudah berubah, mereka pun menimpakan fitnah (godaan) kepada saya, sedangkan saya lemah, apa yang harus saya lakukan?”
Jawab: Bersabarlah, ini adalah Sunnatullah untuk menguji hamba-hamba-Nya agar diketahui mana orang yang benar imannya dan mana yang dusta dan agar Allah memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Orang-orang yang hendak menghalangi anda menempuh jalan yang lurus adalah wali-wali setan dari kalangan manusia, di mana satu sama lain sama-sama mendorong anda untuk mengembalikan anda ke belakang, maka janganlah mengikuti mereka.
Mungkin mereka mengingatkan anda kepada masa lalu atau menghiasi perbuatan maksiat agar anda mendatanginya seperti mereka, janganlah menaati mereka dan waspadalah terhadap tipu daya mereka, ingatlah kisah sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Ka’ab bin Malik radhiyallahu 'anhu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh para sahabat semuanya untuk memutuskan hubungan dengannya karena tidak ikutnya dalam peperangan Tabuk, raja Ghassan yang kafir pun mengirimkan surat  yang isinya, “Adapun setelah itu, kami mendapat kabar bahwa kawanmu telah berlaku kasar kepadamu, Allah tentu tidak akan menjadikan kamu di tempat yang hina dan sia-sia, pergilah kepada kami, nanti kami akan menghiburmu.”
Namun apa sikap sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut, ia mengatakan, “Aku berkata ketika membacanya, “Ini adalah ujian”, aku pun pergi menuju dapur, lalu aku bakar surat itu.”
Ingatlah,
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ
“Bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan janganlah sekali-kali orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu. (QS. Ar Ruum: 60)
Þ      Masalah, “Saya ingin bertobat, tetapi kawan-kawan lama saya mengancam akan membuka aib saya di hadapan banyak orang, mereka memiliki foto dan dokumentasi tentang aib saya, saya khawatir nama baik saya menjadi tercemar?”
Jawab: Bertahanlah, berjihadlah melawan wali-wali setan, sesungguhnya tipu daya setan itu lemah. Ketahuilah, betapa pun banyak tipu daya yang mereka kerahkan niscaya tipu daya tersebut akan luluh dan hancur jika berhadapan dengan kesabaran dan keteguhan seorang mukmin. Ketahuilah, jika anda mundur, anda akan rugi di awal dan akhirnya. Mintalah pertolongan kepada Allah dan ucapkanlah “Hasbiyallah wa ni’mal wakiil” (cukuplah Allah bagiku, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung). Ingatlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan bersama orang-orang yang bertobat. Dia adalah Pelindung mereka dan tidak akan membiarkan mereka. Sesungguhnya tidak akan kecewa selama-lamanya orang yang pergi meminta perlindungan-Nya.
Ketahuilah, bahwa setelah kesulitan ada kemudahan dan setelah kesempitan ada kelapangan.
Perhatikanlah kisah berikut,
Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang bernama Martsad bin Abi Martsad Al Ghanawiy seorang yang banyak membebaskan kaum mukiminin yang lemah dari Makkah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi, ia memiliki teman wanita di masa jahiliyyah bernama ‘Inaq seorang pelacur, ketika ia pergi untuk membebaskan tawanan, saat sampainya di salah satu kebun di Makkah pada malam bulan purnama, ‘Inaq datang melihat bayangannya di samping kebun, ‘Inaq berkata, “(Apakah ini) Martsad?” Martsad menjawab, “(Ya), Martsad.” Inaq mengatakan, “Selamat datang, kemarilah untuk bermalam bersama kami.” Martsad mengatakan, “Wahai ‘Inaq, sesungguhnya Allah mengharamkan zina.” Lalu ‘Inaq mengatakan, “Wahai para penghuni kemah, inilah orang yang membawa tawanan kalian.” Lalu ada delapan orang mengejar Martsad, ia (Martsad) pun menempuh jalan Khandamah (nama sebuah gunung di dekat Makkah), Martsad lari menuju sebuah gua dan memasukinya, delapan orang yang mengejarnya pun masuk ke gua sampai-sampai mereka berdiri di atas kepala Martsad namun Allah menjadikan mereka tidak dapat melihatnya, lalu mereka pulang, Martsad pun kembali membebaskan kawannya dan dibawanya, kawannya adalah seorang yang agak berat, ketika Martsad sampai di rerumputan idzkhir, dilepaslah rantai yang mengikat kawannya dan dibawanya ke Madinah, lalu Martsad datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku menikahi ‘Inaq?” ia ucapkan dua kali, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diam, tidak menjawab apa-apa, sehingga turunlah ayat,
الزَّانِي لَا يَنكِحُ إلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik.” (QS. An Nuur: 3)
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Martsad, laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, maka janganlah kamu menikahinya.”[i]
Tidakkah anda melihat pada kisah tadi bagaimana Allah menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin dan bersama mereka.
Kemudian jika orang itu ternyata membuka ‘aibmu, maka tunjukkanlah sikapmu sekarang ini, katakanlah kepada mereka dengan tegas, “Memang dahulu aku mengerjakan dosa, namun aku sudah bertobat kepada Allah, lalu apa yang kalian inginkan?”
Anda pun hendaknya mengingat bahwa dibukanya ‘aib yang hakiki itu adalah ketika hari kiamat, di hadapan Allah. itulah hal yang memalukan, bukan dibuka aibnya kepada seratus orang atau dua ratus orang, akan tetapi dibuka aibnya di hadapan seluruh manusia, yang dahulu maupun yang terakhir.
Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pernah berdo’a,
وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ
“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.” (QS. Asy Syu’araa’: 87)
Þ      Masalah: “Dahulu aku pernah mengerjakan dosa-dosa besar, kemudian aku bertobat kepada Allah, akan tetapi dosa-dosa itu selalu saja terlintas di benakku sehingga diriku merasa gelisah, tidurku tidak tenang, dan bahkan terkadang membuatku tidak bisa tidur memikirkannya, bagaimanakah cara agar diriku bisa tenang?’
Jawab,”Wahai saudaraku, ini adalah tanda-tanda tobat yang sesungguhnya. Pandanglah masa lalu anda dengan rasa rajaa’ (berharap semoga Allah mengampuni) dan janganlah berputus asa dari rahmat Allah, tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah selain orang-orang yang sesat. Sedangkan seorang mukmin berjalan menuju Allah di antara perasaan rajaa’ (harap) dan khauf (takut/khawatir). Jika terjatuh ke dalam maksiat maka kedepankanlah rasa khauf (takut) agar anda segera bertaubat, dan jika sudah bertobat maka kedepankanlah rasa raja’ (berharap agar Allah mengampuni dosa anda).
Þ      Masalah, “Saya ingin bertobat, namun apakah saya harus pergi mendatangi mahkamah syar’i mengakui perbuatan saya dan dilaksanakan hukuman hudud[ii] terlebih dahulu kepada saya, dan apakah termasuk syarat tobat itu harus dijalankan hukuman (hudud) dahulu?’
Jawab: Saudaraku, Agama Islam -Al hamdulillah- tidak seperti kaum Nasrani yang apabila seseorang hendak bertobat perlu mendatangi pendeta dengan mengakui kesalahan di hadapannya, tetapi dalam agama Islam pengakuan cukup di hadapan Allah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
أَلَمْ يَعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ
“Tidaklah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya?” (QS. At Taubah: 104)
Yakni tanpa perlu perantara.
Adapun masalah penegakkan hudud, maka jika belum dilaporkan kepada pemerintah atau wakilnya seperti hakim, seseorang tidak wajib datang kepadanya serta mengakui kesalahannya. Kalau dosanya sudah ditutupi Allah, maka tidak mengapa seseorang menutupinya dan cukup taubatnya itu antara dia dengan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Bukankah di antara nama-nama Allah adalah As Sittiir yang artinya bahwa Dia suka menutupi aib hamba-hamba-Nya. Adapun sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seperti Maa’iz dan seorang wanita yang melakukan perzinaan, keduanya melaporkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa dirinya berzina, sebenarnya mereka berdua melakukan perbuatan yang tidak wajib bagi mereka, hal ini mereka lakukan hanyalah karena tingginya keinginan mereka untuk membersihkan diri mereka.
Oleh karena itu, anda tidak perlu pergi ke mahkamah untuk melaporkan perbuatan anda, cukuplah dengan pengakuan anda di hadapan Allah dan dengan ditutupnya aib anda oleh-Nya.
Bersambung...


[i] Lihat Shahih Sunan At Tirmidzi 3/80.
[ii] Hukuman terhadap perbuatan tertentu seperti dera untuk zina, potong tangan untuk tindak pencurian dsb.

0 komentar:

 

ENSIKLOPEDI ISLAM Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger