بسم الله الرحمن الرحيم
Risalah
Taubat (2)
(Diringkas
dari kitab “Uriidu An Atuuba wa laakin” karya Syaikh M. bin Shalih Al
Munajjid oleh Marwan bin Musa)
Syarat Tambahan Tobat Nashuha
Ketujuh,
menghilangkan benda-benda haram agar tidak kembali lagi berbuat maksiat.
Benda-benda haram itu misalnya minuman
keras, alat musik, gambar porno, buku-buku yang mengisahkan kisah-kisah porno,
patung dsb.
Kedelapan,
mencari kawan yang membantunya menjalankan ketaatan atau membantunya tetap
istiqamah.
Termasuk dalam hal ini adalah menghadiri majlis-majlis
ta’lim dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin, tidak memberikan kesempatan kepada
setan untuk mengingatkannya kepada masa-masa yang telah berlalu.
Kesembilan,
memperhatikan badannya.
Yakni yang sebelumnya badannya tumbuh dari
yang haram dan untuk perbuatan yang haram, maka ia bersihkan dengan makanan
yang halal dan menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Kesepuluh,
tobat tersebut dilakukan sebelum kiamat kecil yaitu ketika nyawa di tenggorokan
dan sebelum tibanya tanda kiamat besar yaitu matahari terbit dari barat.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam,
مَنْ تَابَ
اِلىَ اللهِ
قَبْلَ اَنْ
يُغَرْغِرَ
قَبِلَ اللهُ
مِنْهُ
“Barang
siapa yang bertobat kepada Allah sebelum nayawanya di kerongkongan, maka Allah
akan menerima tobatnya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Shahiihul Jaami’ 6132).
dan sabdanya,
مَنْ تَابَ
قَبْلَ أَنْ
تَطْلُعَ
الشَّمْسُ
مِنْ مَغْرِبِهَا
تَابَ اللَّهُ
عَلَيْهِ
“Barang
siapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari barat, niscaya Allah akan
menerima tobatnya.” (HR. Muslim)
Tobat menghapus semua kesalahan yang
telah lalu
Mungkin terlintas di benak seseorang “Aku
memang ingin bertobat, namun apa mungkin Allah akan mengampuni dosaku yang
begitu banyaknya, diriku masih ragu. Kalau sekiranya aku mengetahui bahwa Allah
mengampuniku, tentu aku akan bertobat.”
Kami katakan kepada anda, “Sesungguhnya perasaan
yang menimpa anda, telah menimpa pula kepada orang-orang sebelum anda dari
kalangan para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, perhatikanlah
kedua hadits di bawah ini agar hilang perasaan tersebut,
Pertama,
Imam Muslim meriwayatkan tentang masuk Islamnya ‘Amr bin ‘Aash radhiyallahu
'anhu, ia mengatakan, “Ketika Allah memasukkan Islam ke dalam hatiku, aku
datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, aku katakan, “Bentangkanlah
tanganmu, agar aku membaiatmu,” maka Beliau membentangkan tangannya, namun aku
malah menggenggam tanganku, Beliau pun bertanya, “Ada apa dengamu wahai ‘Amr?” ‘Amr menjawab,
“Aku ingin membuat syarat.” Beliau bertanya, “Syarat apa?” ‘Amr menjawab,
“Yaitu agar Dia mengampuniku.” Beliau menjawab:
« أَمَا عَلِمْتَ
أَنَّ الإِسْلاَمَ
يَهْدِمُ
مَا كَانَ
قَبْلَهُ
وَأَنَّ الْهِجْرَةَ
تَهْدِمُ
مَا كَانَ
قَبْلَهَا
وَأَنَّ الْحَجَّ
يَهْدِمُ
مَا كَانَ
قَبْلَهُ
» .
“Apa
kamu tidak mengetahui, bahwa Islam menghapuskan dosa-dosa yang lalu, hijrah
juga menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu, dan hajji juga menghapuskan
dosa-dosa yang telah lalu?”
Kedua,
Imam Muslim juga meriwayatkan dari Ibnu
‘Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa ada orang-orang musyrik yang sering melakukan
pembunuhan dan sering melakukan perbuatan zina, lalu mereka datang kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, “Sesungguhnya kata-kata
dan seruanmu sangat bagus, kalau sekiranya engkau mau memberitahukan kepada
kami sesuatu yang dapat menghapuskan amal perbuatan kami (tentu kami akan
mengikuti),” maka turunlah ayat,
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلَا
يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ
وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً
“Dan
orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah, tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
juga tidak berzina. Barang siapa yang melakukan perbuatan (buruk) itu, niscaya
Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (QS. Al Furqan: 68)
Dan turun juga ayat,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا
تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah, "Wahai
hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az
Zumar: 53)
Adapun perasaan bahwa dosa-dosa lebih
banyak dari ampunan yang Allah siapkan, ini tidak lain timbul dari beberapa hal
berikut ini:
1.
Kurangnya
rasa yakin seorang hamba terhadap luasnya rahmat Allah dan ampunan-Nya.
2.
Kurangnya
iman bahwa Allah berkuasa mengampuni semua dosa.
3.
Hilangnya
amalan hati yang sangat penting, yaitu rajaa’ (rasa harap).
4.
Tidak
mengetahui tobat itu sendiri, dan bahwa ia dapat menghapus dosa-dosa.
Untuk mengobati keempat perasaan ini,
perhatikanlah ayat dan hadits di bawah ini:
Obat untuk perasaan pertama,
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“Dan
rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A’raaf: 156)
Obat untuk perasaan kedua,
Dalam hadits Qudsiy disebutkan,
قَالَ تَعَالىَ
مَنْ عَلِمَ
اَنِّي ذُوْ
قُدْرَةٍ
عَلىَ مَغْفِرَةِ
الذُّنُوْبِ
غَفَرْتُ
لَهُ وَلاَ
اُبَالِي
مَالَمْ يُشْرِكْ
بِيْ شَيْئًا
Allah Ta’ala berfirman, “Siapa saja yang
mengetahui bahwa Aku dapat menghapuskan dosa-dosa, niscaya Aku akan
mengampuninya, Aku tidak peduli (banyaknya dosa yang dikerjakan) selama dia
tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu.” (HR. Thabrani dalam Al Kabirr dan Hakim,
Shahiihul Jaami’ 4330)
Obat untuk perasaan ketiga,
dalam hadits Qudsiy juga disebutkan,
قَالَ اللهُ
تَعَالَى
: يَا ابْنَ
آدَمَ، إِنَّكَ
مَا دَعَوْتَنِي
وَرَجَوْتَنِي
غَفَرْتُ
لَكَ عَلَى
مَاكَانَ
مِنْكَ وَلاَ
أُبَالِي،
يَا ابْنَ
آدَمَ لَوْ
بَلَغَتْ
ذُنُوْبُكَ
عَنَانَ السَّماَءِ
ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي
غَفَرْتُ
لَكَ، يَا
ابْنَ آدَمَ،
إِنَّكَ لَوْ
أَتَيْتَنِي
بِقُرَابِ
اْلأَرْضِ
خَطاَياَ
ثُمَّ لَقِيْتَنِي
لاَ تُشْرِكْ
بِي شَيْئاً
لأَتَيْتُكَ
بِقُرَابِهَا
مَغْفِرَةً
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Selama
kamu berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampunimu. Aku tidak peduli
(betapa pun banyak dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam! Seandainya
dosa-dosamu setinggi awan di langit, kemudian kamu meminta ampunan kepada-Ku
niscaya akan Aku ampuni. Wahai anak Adam! Jika kamu datang kepada-Ku dengan
kesalahan sepenuh bumi kemudian kamu menemui-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku
dengan sesuatu, maka Aku akan menndatangkan kepadamu ampunan sepenuh itu pula.“
(HR. Tirmidzi, ia mengatakan, “Hasan shahih”)
Obat untuk perasaan keempat,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اَلتَّائِبُ
مِنَ الذَّنْبِ
كَمَنْ لاَ
ذَنْبَ لَهُ
“Orang
yang bertaubat dari dosa, seperti orang yang tidak punya dosa.” (HR. Ibnu
Majah, Shahihul Jaami’ 3008)
Renungan surat Al Furqan ayat 68-70
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلَا
يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ
وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً- يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ
مُهَاناً - إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً
صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ
اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan
orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah, tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
juga tidak berzina. Barang siapa yang melakukan perbuatan (buruk) itu, niscaya
Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)---(yakni) akan dilipat gandakan azab
untuknya pada hari kiamat dan Dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan
terhina---Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan amal
saleh; maka kejahatan mereka itu diganti Allah dengan kebajikan. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqan: 68-70)
Firman Allah “Maka kejahatan mereka itu
diganti Allah dengan kebajikan” para ulama menjelaskan, bahwa diganti Allah
dengan kebajikan ini ada dua macam:
1.
Diganti
sifatnya yang buruk dengan sifatnya yang baik, misalnya syirk diganti dengan
iman, zina dengan rasa ‘iffah (menjaga kehormatan), dusta dengan sifat jujur,
khianat diganti dengan amanah, dst.
2.
Diganti
keburukan-keburukan yang dikerjakannya dengan kebaikan-kebaikan pada hari
kiamat.
Dan kebaikan yang digantikan untuknya bisa
banyak, bisa juga setara dengan keburukan yang dikerjakan dan bisa juga sedikit
tergantung kejujuran orang yang bertobat dan sempurnanya toubat yang dilakukan.
Allahu akbar, kemurahan apa lagi yang
melebihi ini?
Disebutkan dalam hadits[i]
bahwa ada seorang yang tua renta, alisnya berguguran di kedua matanya, sambil
bersandar dengan sebuah tongkat, lalu berdiri di hadapan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, ia bertanya, “Bagaimana pendapatmu tentang seeorang yang
telah mengerjakan semua dosa, tidak menyisakan sedikit pun, dikerjakannya dosa
yang kecil dan besar tanpa terkecuali, apakah masih bisa diterima tobatnya?”
Beliau bertanya, “Apakah anda memeluk Islam?” Ia menjawab, “Saya telah bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan engkau adalah
utusan Allah.”
Beliau pun bersabda,
تَفْعَلُ
الْخَيْرَاتِ
وَتَتْرُكُ
السَّيِّئَاتِ
فَيَجْعَلُهُنَّ
اللهُ لَكَ
خَيْرَاتِ
كُلِّهِنَّ
“Kamu
kerjakan kebaikan dan kamu tinggalkan keburukan, niscaya Allah akan
menggantinya dengan kebaikan semua.”
Orang itu bertanya, “Apakah (dihapuskan
juga) pelanggaran yang aku lakukan dan perbuatan jahatku?” Beliau menjawab,
“Ya.”
Orang itu lantas mengucapkan “Allahu
Akbar”, dan tetap terus bertakbir sampai pergi dan tidak terlihat lagi.
Apa sikap yang harus dilakukan
ketika terjatuh ke dalam perbuatan dosa
Sepatutnya bagi orang yang terjatuh ke
dalam perbuatan dosa setelah meninggalkan perbuatan itu melakukan dua amal:
1.
Amal hati,
yaitu dengan rasa penyesalan dan berazm (berniat keras) untuk tidak mengulangi.
2.
Amal
anggota badan, yaitu mengiringinya dengan perbuatan
baik, misalnya melakukan shalat tobat.
Berikut ini hadits tentang shalat tobat:
مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُوْمُ فَيَتَطَهَّرُ
ثُمَّ يُصَلِّي (ركعتين) ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللهَ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ ثُمَّ
قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ
أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
“Tidak
ada seorang pun yang melakukan perbuatan dosa, lalu bangun dan berwudhu’,
kemudian shalat (dua rakaat), dan meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah
akan mengampuninya.” Kemudian Beliau membacakan ayat, “Dan orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka
ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi
yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135). (HR.
Para penulis kitab Sunan, Shahih At Targhiib wat Tarhib 1/284)
Dalam riwayat-riwayat yang shahih juga
disebutkan tentang sifat shalat dua rakaat yang dapat menghapuskan dosa-dosa,
inilah kesimpulannya:
o Tidak ada seorang pun yang berwudhu’ lalu
memperbagus wudhu’nya,
Perlu diketahui bahwa dosa-dosa akan
berguguran bersama air dari anggota wudhu’ yang dibasuhnya berdasarkan riwayat
yang lain, dan termasuk memperbagus wudhunya adalah membaca basmalah
“Bismillah” sebelum berwudhu’ dan membaca doa setelahnya.
o Berdiri, lalu shalat dua rak’at,
o Tidak lalai ketika shalatnya,
o Hatinya khusyu’,
o Memperbagus dzikr dan khusyunya,
o Kemudian meminta ampunan kepada Allah.
Kecuali dosa-dosanya yang telah lalu akan
dihapuskan dan dia akan dimasukkan ke dalam surga. (lihat Shahih At Targhib
wat Tarhib 1/94-95).
Bersambung...
[i] Haitsami
mengatakan, “Diriwayatkan oleh Thabrani, Al Bazzar juga meriwayatkan sama seperti itu, dan para perawi Al Bazzar
adalah para perawi kitab shahih selain Muhammad bin Harun Abu Nasyiithah, ia
adalah tsiqah [Al Majma’ 1/36], Al Mundziriy dalam At Targhib
mengatakan, “Isnadnya jayyid dan kuat.” [4/113] dan Ibnu Hajar dalam Al
‘Ishaabah 4/149 mengatakan, “Hadits tersebut sesuai syarat shahih”, biografi
syathab.
0 komentar:
Posting Komentar